41

729 67 4
                                    

Tangis
Sedari tadi jeje seolah takkan bisa berhenti menangis. Ia terduduk lemas di depan ruang UGD,sudah dua jam tapi belum ada satupun dokter yang keluar dari sana. Jeje ketakutan.

Bayangin aja seluruh keluarganya diserang di saat ia sedang tidur di kamar dan anehnya dia baik-baik saja,bersyukurlah ia tidak di tuduh yang enggak-enggak sama pihak polisi,santika sedari tadi sedang berurusan dengan polisi bahkan jeje sudah menyerahkan hp nya sebagai barang bukti akan pesan yang menjadi bukti kuat bahwa orang itu pelakunya.

Tapi sayang sang pelaku memakai telepon sekali pakai jadi percuma saja jika itu di lacak. Sekarang ia hanya tinggal menunggu. Jehan dan jena sudah menghiburnya sedari tadi tapi jeje benar-benar tidak bisa berpura-pura kuat untuk saat ini. Ia rapuh.

Jantungnya seolah berdegup dua kali lebih cepat,membuat perasaan yang tidak enak timbul di dada. Kepalanya mendadak pusing dan semuanya nampak melelahkan.

Jeje kembali mengingat kelakuannya pada sandra yang tidak baik membuat dirinya menyesal.

Eyang Reno dan nenek lavisa yang baru datang langsung merangkul jeje agar tetap kuat. Cucunya itu terlihat menyedihkan.

Sampai akhirnya dokter yang di tunggu keluar. Dan menjelaskan keadaan mereka.

"Keadaan bapak Thio dan yang lain sudah stabil,namun tetap saja mereka harus mendapat perawatan yang intensif."

Jeje merasa sedikit lega, ia sungguh sangat takut untuk sekarang.

"sayang kamu pulang dulu ya ke rumah tante,kamu istirahat dulu ya."-bujuk lavisa pada cucunya yang berubah rona pucat. Awalnya jeje menolak tapi karena di paksa jadi ia pulang ke rumah santika.

***

"kamu mau makan apa?"-tanya om ranenva. Malam ini ia akan memasak untuk keponakannya ini. Ranen sebenarnya tidak tega melihat jeje yang menjadi murung dan tidak bersemangat seperti ini. Seperti ada yang berbeda.

"besok kita jenguk mama papa kamu deh,sekarang kamu makan ya,om dah masak yang enak buat kamu. Om jarang bisa masak loh."

Jeje akhirnya mau makan untuk menghargai omnya yang susah payah untuk masak.

Bahkan jehan dan jena juga bingung bagaimana harus menghibur sepupu mereka itu.

Malam ini juga jeje tidur bersama dengan jehan karena rumahnya yang lagi dibersihkan. Di balik selimut tebal itu jeje menangis,dia menganggap ini semua salahnya,jika saja ia mau mengikuti kemauan orang itu mungkin sekarang hal seperti ini takkan terjadi.

Kepalanya mulai pusing karena terlalu banyak yang ia pikirkan dan oksigen seolah mulai menipis di sekitarnya,dadanya bagaikan tertimpa beban berat.

Tapi tiba-tiba saja ada cahaya putih yang sangat terang membuat matanya silau. Dimana didepannya juga ada seseorang yang sepertinya ia kenal.

Nina harvey

Mata jeje membulat karena ini adalah pertemuannya pertama kali dengan nina. Ada apa sampai seorang nina harvey mendatanginya?

Nina terus berjalan mendekati jeje yang tertidur menyamping,nina menyibak selimut yang menutupi wajahnya itu. Nina,wanita itu sangat cantik dengan rambut panjangnya. Ia tersenyum dengan teduhnya.

"orang tuamu akan segera bangun lagi Ravael,tidak apa. Ada mama disini,kita akan menghabiskan waktu bersama."

Jeje tidak mengerti maksud ucapan nina yang terdengar aneh.

"apa maksudnya?"

Baik ava maupun nina,keduanya sama saja. Sama-sama memiliki senyum yang teduh. Kebaikan apa yang telah dibuat oleh nina sampai ia menjadi wanita yang sangat dicintai dan memiliki anak seperti Ravael Im?

He's returns (2) {END}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang