Delapan

8.7K 1.1K 138
                                    

Namjoon berjalan seorang diri menuju kabin yang berada di bagian barat, bagian dimana elders tingal di sana. Istana ini merupakan milik pack Namjoon. Terletak jauh di dalam hutan, di tengah sekumpulan tempat tinggal anggota pack nya. Sedangkan rumah mewah dengan dekorasi kayu yang terletak di dekat hutan adalah hunian kamuflase saja karena rumah sesungguhnya Namjoon adalah di sini.

Tok...
Tok....

Namjoon mengetuk pintu kayu yang besar dan tinggi ini. Pintu itu terbuka. "Silahkan masuk alpha Namjoon."

Namjoon mengangguk. Namjoon masuk, lalu pintu itu kembali di tutup.

"Alpha Taecyeon ingin bertemu dengan anda."

Namjoon mengangguk mengerti. Taecyeon adalah ayahnya, alpha sebelum dirinya. Namjoon semakin masuk ke dalam, omega yang tadi mengantarkannya sudah undur diri. Tibalah Namjoon di hadapan Taecyeon ayahnya, Soyoung ibunya, Yunho kerabat terdekat ayahnya. Minho yang juga kerabat ayahnya. Mereka bertiga adalah elders dari masing-masing pack.

Namjoon mengangguk sopan.

"Kemari nak," sang ayah melambaikan tangannya bermaksud agar anaknya mendekat. Namjoon mendekat lalu duduk di sebelah ayah dan Elders Yunho serta di depannya adalah sang ibu.

Di depan kelimanya terdapat kudapan manis, seteko air tea dengan gelas kecil di depan mereka. Tidak ada siapapun selain mereka berlima yang berarti akan ada perbincangan penting di sini.

"Appa sudah bertemu dengan Sandara."

Namjoon tau siapa itu Sandara. Sandara adalah seorang elders dari kaum wizard. Dialah orang yang sangat ahli dalam sihir sekaligus tau tentang masa depan. Semua yang diucapkannya selalu menjadi kenyataan. Banyak pack yang memperebutkan Sadara. Namun penyihir ini lebih memilih bebas -tidak terikat pack apapun. Dia sangat ahli kabur dan menghilang. Namun dia akan datang sendiri saat penglihatannya memang perlu diketahui oleh pack tersebut. Populasi wizard memang tidak sebanyak werewolf atau vampire. Populasi mereka hampir punah maka cukup sulit untuk bertemu dengan wizard.

Namjoon menatap appanya menanti kelanjutan ucapan ayahnya ini.

"Wizard Sandara bilang kau sudah bertemu dengan matemu. Benar?"

"Ya, appa." Jawabnya.

Sang ayah menatap anaknya. "Mate mu terkesan lemah. Appa benar?"

Namjoon mengangguk lagi, baginya kaum manusia adalah yang terlemah. "Benar, appa."

Sang appa tersenyum kecil, menatap sang anak dengan tatapan serius. "Walaupun lemah, mate mu bisa membuat peperangan. Dia tidak selemah itu, nak."

"Maksud appa?"

"Lima belas tahun lalu terjadi perang sangat besar dan mungkin," Taecyeon mengalihkan pandangannya ke Yunho, elders di sampingnya yang menganggukan kepala mempersilahkan elders Taecyeon untuk cerita. "Perang seperti itu mungkin akan terjadi lagi."

Namjoon tau peperangan yang terjadi lima belas tahun yang lalu karena dia juga ikut pertarungan itu walau dia berada di deret belakang karena umurnya masih belasan tahun.

Yunho menatap Namjoon.

"Dan itu karena dua pack besar yang saling berperang membuat dua pack besar lainnya ikut terseret. Dan kau tau itu karena apa?" Tanya sang appa.

W n HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang