Hari berlalu, tangan Seokjin sudah membaik kini dia sudah bisa berlatih menggunakan tangannya."Jiyeon,"
"Hmm?" Jiyeon masih menunduk memainkan ponselnya.
Seokjin menyandar di ring, baju oblong memperlihatkan otot lengannya itu nampak basah karena latihan yang tadi dia lakukan. Sedangkan Jiyeon yang duduk di luar ring belum juga memulai latihan. Tumben.
"Kau tidak latihan?" Tanya Seokjin seraya turun dari ring untuk minum. Dia haus.
Jiyeon masih diam. Keningnya mengerut dan sesekali mendengus sebal.
"Jiyeon," Panggil Seokjin lagi saat dia sudah berada di samping Jiyeon dan menggengam sebotol air mineral.
"Diamlah, Seokjin! Aku sedang kesal." Semprotnya dengan mata menatap sebal ke Seokjin. Jiyeon kembali menunduk memainkan ponselnya.
Seokjin mengedikan bahu lalu meminum air dalam botol kemasan isi 1,5 liter. Seokjin meneguk air putih cukup banyak. Seokjin diamkan Jiyeon yang kesal nanti saat kesalnya hilang Jiyeon juga akan cerita dengan sendirinya.
Tak lama setelahnya terdengar Jiyeon menghela nafas, dia memasukan ponselnya ke tas miliknya. Jiyeon berdiri, melepas hoodie hitamnya menyisakan sport bra, melepas celana traning panjang dan menyisakan celana pendek di atas lutut. Jiyeon masuk ke dalam ring dimana Seokjin masih duduk santai mengabaikan Jiyeon.
"Hey, ayo kita duel. Aku sedang ingin menonjok orang."
Seokjin tersenyum miring. Dia tau Jiyeon sedang ada masalah. Seokjin mengangguk seraya berdiri. "Oke, ayo."
Dan mereka pun terlibat duel. Seokjin selalu senang saat berlatih dengan Jiyeon. Jiyeon itu kuat. Dia tidak bisa diremehkan walaupun dia perempuan. Dan menurut Seokjin bertarung dengan Jiyeon sangat mengasah kemampuan bertarungnya.
Bugh!
Seokjin berhasil menonjok Jiyeeon. Jiyeon sampai harus mundur beberapa langkah. Bukannya mengaduh wanita cantik itu malah tersenyum miring dan Seokjin mengerti maksud senyum itu; senyum mengejek. Jiyeon juga selalu suka bertarung dengan Seokjin karena dengan Seokjin dia tidak merasa diremehkan. Dan menurutnya dia setara dengan Seokjin yang artinya Seokjin sama kuat dengannya. Jiyeon kembali menyerang Seokjin. Keduanya terlibat pertarungan; saling menyerang tak lupa untuk melakukan gerakan bertahan.
Waktu berlalu dan keduanya nampak terengah. Keduanya sepakat untuk berhenti setelah mendapat beberapa luka lebam. Tak masalah karena dalam waktu dekat tidak ada jadwal bertanding. Seokjin menjatuhkan dirinya, tidur terlentang dengan mata menatap langit-langit tempat latihannya begitupun dengan Jiyeon. Nafas keduanya nampak naik turun.
Jiyeon melepas pelindung di giginya. "Pukulanmu lemah. Apa karena kau baru sembuh?" Ejek Jiyeon. Itu ucapan jujur dari Jiyeon karena menurutnya pukulan Seokjin tidak sekuat biasanya.
Seokjin melepas pelindung giginya. "Selain efek baru sembuh jangan lupakan aku sudah latihan lebih dulu darimu jadi tenagaku habis." Ujar Seokjin tanpa menatap Jiyeon.
"Berlatihlah lebih keras. Kau melembek."
"Sialan!" Seokjin menonjok lengan Jiyeon.
![](https://img.wattpad.com/cover/205646012-288-k365831.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
W n H
Fanfiction[TAMAT] Menceritakan tentang Kim Seokjin, seorang siswa tahun ke kedua yang sebentar lagi akan berumur 17 tahun. Seokjin adalah seorang petarung MMA -pekerjaan yang harus dia geluti untuk mendapatkan uang. Sayangnya orang tidak tau pekerjaan Seokjin...