Sembilan

8.6K 1K 246
                                    

"Aku menugaskanmu untuk menjaga Seokjin." Waktu itu Jimin yang baru sembuh mendapatkan tugas baru. Dan tugas tersebut bukan tugas yang mudah; menjaga calon luna pack nya, menjaga mate dari alphanya.

"Baik, alpha." Namun seberat apa tugas tersebut Jimin tidak bisa menolak.

"Seokjin orang yang sangat keras kepala. Dia bukan tipikal orang yang menurut."

Oke, Jimin merasa akan semakin sulit.

"Dan saat dia melawanmu maka lawanlah kembali."

"Termasuk kalau saya bertarung dengannya?" Jimin tau bahwa mate alphanya ini pemain MMA.

Namjoon mengangguk. "Ya. Lawan saja agar dia jera."

"Baik, alpha."

Namjoon memejamkan matanya sejenak, lalu mata itu terbuka dan menatap ke arah pintu. "Seokjin akan segera sampai." Namjoon beralih menatap Jimin lagi. "Aku harap kau bisa menjaganya dengan baik. Aku percaya padamu, Jimin."


Setelahnya Seokjin datang dan mereka bersikap seolah tidak pernah terlibat perbincangan sebelumnya.





.


.


Seokjin terus meringis kesakitan saat lukanya di sudut bibirnya diobati.

"Shh, aw!" mata Seokjin mendelik kesal saat Namjoon, orang yang mengobatinya, menekan luka tersebut.

Namjoon dengan ekspresi datar tidak peduli dengan delikan Seokjin. Tidak menakutkan sama sekali. Namjoon terus mengobati Seokjin.

Sentuhan terakhir Namjoon memberikan salep ke bagian memar di pipi Seokjin. "Berhenti bertingkah bodoh." Namjoon menutup obat oles tersebut, matanya menatap Seokjin. "Kau lupa kalau kita werewolf dan kau manusia? Seokjin, tenagamu jauh lebih lemah dibandingkan kami."

Seokjin tidak bisa membatah karena memang itu kenyataannya.

"Kalau kau mau mengalahkan werewolf kau harus banyak berlatih dan itu tidak mudah." Namjoon membereskan perlengkapan obat yang ia gunakan untuk mengobati Seokjin.

Seokjin duduk di atas ranjang dengan kepala ranjang ia jadikan senderan, matanya menatap semua pergerakan Namjoon. Dia jadi ingat tadi Namjoon menghempaskan tubuh Jimin, membuat pria dengan badan yang jauh lebih kecil dari Namjoon itu terhempas ke tanah. Seokjin juga ingat Namjoon memberikan pukulan yang kuat sampai membuat Jimin berdarah dan berakhir dengan Jimin duduk pasrah menyandar pada pohon dengan keadaan banyak luka.


"Jimin," Seokjin bisa melihat sejenak Namjoon menghentikan kegiatannya membersihkan alat kesehatan tersebut lalu kembali melanjutkan membereskan. "Dia baik?"

"Tidak." Namjoon menutup kotak tersebut, matanya menatap Seokjin. "Jimin baru sembuh dan Jimin terpaksa mendapat perawatan lagi."

"Kenapa kau memukulnya?"

Namjoon menaikan satu alisnya mendengar pertanyaan Seokjin. "Aku memukulnya?"

Seokjin mengangguk. "Ya, kau memukulnya Namjoon."

Namjoon mendecih remeh. "Bukan aku yang memukulnya tapi Nate. Serigala dalam diriku mengamuk mengambil alih diriku saat melihatmu nyaris mati di tangan Jimin."

Seokjin semakin merasa bersalah.

"Jadi berhenti berbuat onar. Berhenti bertingkah bodoh. Kau membuat Nate semakin sulit terkendali."

"Nate?"

"Serigala dalam diriku."

Pejelasan Namjoon membuat Seokjin bungkam. Saat Namjoon hendak berdiri dari ranjang untuk menaruh kotak P3K, Seokjin menahan tangannya. Namjoon melihat tangannya yang digenggam Seokjin, naik sampai matanya bertemu tatap dengan Seokjin.

W n HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang