"Kau siapanya Jiyeon?"
"Aku temannya." Balas Seokjin.
Hoseok mendekat ke Seokjin, mendekatkan pula wajahnya ke Seokjin. Seokjin hanya mengerjap polos. Seokjin sadar wajah pria di depannya ini tidak kalah tampan darinya. Dalam hati dia heran kenapa keluarga Jiyeon rupawan semua.
"Aku tidak tau kalau Jiyeon punya teman sepertimu."
Seokjin menatap malas orang di depannya ini. "Apa karena aku tidak setara dengan Jiyeon?"
Hoseok mengernyit tidak mengerti.
"Jiyeon kaya dan aku miskin. Jadi aku tidak bisa berteman dengannya?"
Hoseok paham. "Oww, tenang." Hoseok menegakkan tubuhnya. "Bukan maksudku seperti itu."
Seokjin merotasikan matanya.
Hoseok tersenyum kecil, matanya menatap Seokjin. "Kau tau, Seokjin-ssi, kau begitu berani."
"Maksudmu?"
Hoseok memasukan satu tangannya ke saku celana. "Biasanya orang akan takut saat bertatapan dengan Jiyeon tapi kau malah berteman dengannya."
Aku juga sempat takut dengannya. Ujar Seokjin dalam hati.
"Adikku itu punya aura mengintimindasi yang mengerikan."
Adik? Jadi benar dia oppa nya.
"Dan kau juga begitu berani bertatapan denganku dengan jarak yang dekat seperti tadi. Aku kira kau akan memejamkan mata atau bahkan mundur. Tapi ternyata kau tidak."
Aku menahan diri untuk tidak melakukan itu.
"Ayo masuk. Jiyeon di dalam." Hoseok berbalik dan mendekat ke pintu rumah. Seokjin mengikuti.
"Apa Jiyeon baik?" Tanya Seokjin.
"Maksudmu?" Tanya Hoseok tanpa berbalik menatap Seokjin.
"Dia bilang padaku kalau lama tidak bertemu dengannya berarti dia sekarat atau mati."
Hoseok lagi-lagi hanya bisa tersenyum. "Beruntung, dia sekarat."
Seokjin membelalakan matanya. Sekarat dibilang beruntung? Bukankah mengerikan? Seokjin heran kenapa oppa nya Jiyeon ini gila? Pantas saja mereka berdua suka bertarung seperti yang dikatakan Jiyeon.
Pintu rumah itu terbuka dan Seokjin hanya bisa membatin betapa kerennya rumah ini. Rumah besar dan mewah. Seokjin tak henti-hentinya takjub dengan rumah ini. Di sini Seokjin menyadari satu hal; Jiyeon kaya raya!
Temannya ini memang sudah terlihat banyak uang namun dia tidak menyangka sebanyak ini. Terlihat dari rumahnya yang begitu besar namun sepi. Di dinding tidak ada foto apapun selain lukisan-lukisan abstrak yang Seokjin tidak mengerti apa bagusnya.
"Duduklah dulu."
Seokjin duduk di sofa ruang tamu. Sofa yang empuk dan rasanya Seokjin ingin menjadikan sofa itu kasur. Bahkan sepertinya kasurnya dengan sofa ini lebih nyaman sofa ini.
"Akan ku panggilkan Jiyeon."
Pria yang memperkenalkan dirinya bernama Hoseok itu berbalik dan menjauh dari Seokjin untuk mencari keberadaan Jiyeon.
Seokjin melihat ke sekitar. Rumah ini memang besar namun terasa dingin dan sepi. Dindingnya hanya terdapat lukisan abstrak yang sampai sekarang Seokjin bingung dimana letak bagusnya dan kenapa bisa mahal. Matanya melihat ke arah lain namun tidak ada yang menarik. Satu hal yang pasti; tidak ada foto yang terpajang.

KAMU SEDANG MEMBACA
W n H
Fanfiction[TAMAT] Menceritakan tentang Kim Seokjin, seorang siswa tahun ke kedua yang sebentar lagi akan berumur 17 tahun. Seokjin adalah seorang petarung MMA -pekerjaan yang harus dia geluti untuk mendapatkan uang. Sayangnya orang tidak tau pekerjaan Seokjin...