Enam

9.9K 1.1K 225
                                    

Kita mundurkan waktu dimana waktu setelah Seokjin di bawa ke rumah sakit oleh Jaebum -delta di dalam packnya, untuk segera diobati oleh dokter Eunwoo -dokter di packnya yang bekerja sebagai dokter di rumah sakit terkenal dekat hutan.

Seokjin mengalami banyak luka namun tidak dengan Namjoon. Namjoon tidak mengalami luka sedikit pun karena bagaimanapun melawan Rogue bukanlah perkara yang sulit. Namjoon tidak mendapat luka secara fisik tapi karena Seokjin yang terluka membuat Namjoon ikut merasakan sakit tersebut.

"Kau yakin akan membuat ini terlihat seperti kecelakaan?" Tanya Hoseok, beta sekaligus sahabat sang alpha.

Namjoon mengangguk. Matanya melihat mobil pick up yang terongok mogok di sisi jalan. "Itu cara terbaik agar Seokjin aman. Kalau sampai Seokjin tau dia diserang oleh werewolf maka dia akan terpancing untuk mencari tau. Dan semakin sering Seokjin ke hutan semakin banyak yang curiga bahwa dia calon Luna. Sekarang dia terlalu lemah." Namjoon menatap Hoseok, "aku tidak mau dia terluka."





"Kau pengecut, Namjoon. Kau bukan takut Seokjin terluka tapi kau takut dirimu yang terluka. Kau bodoh, Kim!"


Namjoon memejamkan mata, memutus midlink yang dibuat oleh Nate; wolf dalam dirinya.

.

.

.

Seminggu setelah Seokjin pulang dari rumah sakit, keadaan Seokjin semakin membaik. Kakinya memang masih terpincang namun tidak parah karena kaki kirinya sudah kembali normal dengan kaki kanan tinggal menunggu kering luka tersebut. Seokjin bersyukur ibunya merawatnya dengan baik, memberi obat tepat waktu membuat luka itu cepat sembuh.

Seperti sekarang, ibunya tengah mengoleskan betadine pada lukanya, setiap hari ibunya membersihkan luka membuat Seokjin tau perkembangan lukanya bagaimana. Sentuhan terakhir ibunya menutupnya dengan kassa.

"Kalian sudah siap?"

Seokjin dan ibunya melihat ke sumber suara dimana sang kepala keluarga menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar. Seokjin mengangguk. "Ya, kita sudah siap." Jawabnya.

Sang appa tersenyum. "Appa tunggu di luar ya."

Seokjin dan ibunya mengangguk sebagai jawaban. Sang ibu membersihkan obat sedangkan Seokjin berdiri dari kasur menunggu ibunya beres membereskan peralatan P3K tersebut.

"Ayo, nak."

Seokjin mengangguk dan mengikuti ibunya dari belakang. Kini jalannya pun sudah tidak perlu menggunakan kruk. Dia sudah mampu berjalan sendiri walaupun masih terpincang. Setidaknya lukanya membaik dengan cepat.

Kedua orang tuanya mengantar Seokjin menggunakan mobil pick up. Bukan mobil tua milik mereka dulu. Appa nya bilang mobil pick up tua itu sudah ringsek dan tidak mungkin diperbaiki maka pihak asuransi memberikan mobil baru sebagai gantinya. Seperti dugaan, Seokjin tidak percaya. Lagi, ini terlalu aneh. Namun melihat dampak mobil baru itu banyak yang baik maka Seokjin abaikan pikiran tersebut. Toh, itu baik untuk dirinya dan keluarganya.

Kini tibalah Seokjin dan kedua orang tuanya di rumah sakit. Keduanya pun bergegas untuk melakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

"Selamat pagi, Seokjin-ssi," dokter tampan berkacamata itu tersenyum menyambut Seokjin.

"Selamat pagi, dok." balas Seokjin seraya duduk di kursi depan dokter dengan nama Cha Eunwoo. Ibunya duduk di kursi kosong sebelah Seokjin sedangkan appanya menunggu di luar.

W n HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang