Duapuluhsembilan

7.6K 973 355
                                    

Bulan penuh terlihat begitu menakjubkan dengan sebuah pohon rindang yang menaungi srigala abu bermata biru yang masih betah menatap indahnya bulan.

"Kau memilih di sini?"

Nate menengok dan betapa terkejutnya dia melihat moon goddes datang menghampirinya. "Ya, moon goddes." Nate merendahkan tubuhnya saat wanita cantik yang sangat dikagumi oleh bangsanya datang menghampirinya. Wanita cantik itu duduk di tempat yang biasa Namjoon duduki. Tidak peduli baju indah yang menjuntai kebawah kotor.

"Tegakkan tubuhmu, Nate."

Nate patuh. Dia menegakkan tubuhnya. Tubuh besarnya itu duduk di sebelah moon goddes.

"Kenapa memilih di sini?" Tanya sang moon goddes.

"Karena saya tau, saya tidak akan sanggup ikut bersama Namjoon. Tubuh saya terlalu lemah."

Sang moon goddes mengangguk mengerti. "Kalau begitu istirahatlah." Ujar sang moon goddes.

.

.

.

Waktu berlalu; detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam, jam menjadi hari dan hari menjadi minggu. Total sudah 12 minggu -yang artinya 3 bulan Namjoon menjalani kehidupan manusianya. Pack kembali di pimpin olehnya karena rakyat masih percaya sepenuhnya dengan Namjoon tapi Namjoon sendiri yang tidak mempercayai dirinya sendiri. Namjoon memang menerima jabatan itu kembali karena bagaimanapun kedudukan rakyat di sebuah pack masih menjadi yang tertinggi.

Walaupun Namjoon hidup tanpa ada srigala dalam dirinya, Namjoon tetap petarung yang hebat namun Namjoon tidak menyadari itu. Dia terus berlatih dan berlatih. Hingga tanpa dia sadari, dia mengabaikan sekitar. Namjoon sadar dia adalah alpha tanpa wolf dalam dirinya yang artinya dia manusia dan Namjoon sadar saat dia lemah maka dia mudah di serang. Dulu saat masih memiliki wolf Namjoon terkenal kaku dan dingin dan kini dia semakin parah.


SWING....


Anak panah melesat lalu tertancap di papan. Anak panah itu tertancap di lingkaran paling dalam; nilai sempurna. Sejak tadi pagi dia melakukan latihan terlihat dari bajunya yang basah karena keringat, bajunya yang kotor karena debu. Namjoon benar-benar memaksa tubuhnya untuk terus berlatih.

"Alpha,"

Niat Hoseok untuk menasehati Namjoon agar Namjoon berhenti berlatih urung. Dia langsung diam saat Namjoon memberikan lirikan tajamn. Hoseok menelan paksa air liurnya. Walaupun Namjoon tidak ada wolf dalam dirinya tetap saja aura dominat itu menakutkan. "Aku bukan alpha lagi."

"Tapi, al-"

GREP!!!


Namjoon mencengram erat kerah baju Hoseok, menarik tubuh Hoseok mendekat ke arahnya, membuat kaki Hoseok sedikit terangkat. Satu lagi dari sosok Namjoon yang berubah; dia mudah emosi. Berbeda dengan Namjoon yang dulu; yang biasanya tenang.

"Namjoon," seseorang memanggil Namjoon. Dia Seokjin; sang Luna.

Cengraman itu melonggar, kaki Hoseok bisa menapak tanah dan dia bisa bernafas. Namjoon menjauhkan tangannya dari kerah baju Hoseok dan Hoseok bisa menghela nafas. Oh my moon goddes! Hoseok merasa bersyukur sang luna datang.

Seokjin datang dengan langkah kakinya yang ringan. Perutnya memang sudah membesar; hampir masuk 7 bulan- tidak menjadi penghalang tingkah lincahnya. Wajah Seokjin berseri-seri saat menghampiri Namjoon.

"Siang, Hoseok," sapa Seokjin dengan senyum lebar di bibirnya.

Hoseok mengangguk sopan. "Siang, Luna."

W n HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang