Duapuluh

9K 983 185
                                    

Awan di atas nampak hitam -mendung. Sinar matahari seolah enggan menyinari bumi dan menambah kesan sendu yang terjadi di bumi.

Seokjin menggenggam erat tangan Namjoon, menyulurkan rasa takut yang menggelogoti hatinya.

"Kau takut, Seokjin-ah?"

Tanpa menatap Namjoon, Seokjin menjawab. "ya. Sangat takut." Ucapnya dengan mata menatap lurus ke depan -ke segerombolan werewolf yang bergerak maju menyerang packnya.

Namjoon mengelus punggung tangan Seokjin dengan punggung tanggnnya, berharap Seokjin menjadi tenang. "Tenang, Seokjin. Kau kuat dan aku akan selalu melindungimu. Aku Namjoon dan wolfku Nate, akan melindungimu."

Masih dengan tatapan kosong, Seokjin mengangguk. "Ya, aku kuat." Kata-kata sebenarnya untuk menyemangati dirinya yang tengah ragu.

.

.

"Seokjin," Namjoon menepuk pelan pipi Seokjin -membangunkan Seokjin. "Seokjin, bangun."

Seokjin masih tidak bangun. Matanya kasih terpejam dengan air mata menetes dari matanya. Ya, Seokjin menangis dalam tidurnya.

"Luna,"

Panggilan itu membuat mata Seokjin perlahan terbuka. Seokjin mengerjab menatap Namjoon dan Namjoon mengusap air mata Seokjin.

"Kau mimpi apa sampai menangis?" Tanya Namjoon seraya membantu Seokjin yang sedang mendudukan dirinya.

"Sesuatu yang mengerikan." Ujar Seokjin pelan.

Namjoon terdiam. Dia tidak tau harus bagaimana menangapi hal ini.

"Namjoon," mata basah Seokjin menatap Namjoon.

"Ya?"

"Boleh aku memelukmu?" Pintanya.

Namjoon mengangguk, menarik Seokjin ke dalam pelukannya. Dari perpotongan leher Namjoon, Seokjin bisa mencium aroma tubuh alphanya ini dan itu membuatnya tenang.

"Kau bermimpi apa?"

Seokjin menggeleng. "Aku tidak mau bercerita dulu. Aku tidak mau menangis."

Namjoon mengangguk mengerti. Nanti saat Seokjin sudah tenang dia akan bertanya.

"Alpha," panggil Seokjin dalam pelukan Namjoon.

"Ya?"

"Bisakah kita berhenti bercinta dulu? Aku harus berlatih."

Namjoon tidak menduga dengan pertanyaan ini. "Y-ya, bisa."

Seokjin tersenyum kecil. Baru kali ini dia mendengar suara Namjoon yang terdengar konyol. "Terima kasih."

"Ya."

Memang sudah seminggu sejak mereka menikah mereka rutin melakukan hubungan intim tersebut. Seokjin tidak pernah keluar kamar karena dia hanya menghabiskan waktunya di atas ranjang -karena istirahat seabis bercinta, saat bercinta dan akan bercinta. Semua di lakukan di atas ranjang. Sedangkan Namjoon masih beraktivitas seperti biasa.

.

.

Keesokan harinya Seokjin bangun dengan keadaan kamar yang sudah kosong -di sebelahnya Namjoon tidak ada. Seokjin menyibak selimut, duduk di sisi ranjang dengan kaki menjuntai menyentuh lantai kamar -sejenak Seokjin diam. Merasa seluruh nyawanya sudah terkumpul, Seokjin berdiri dan berjalan gontai ke kamar mandi untuk mandi. Ini sudah dua hari Seokjin dan Namjoon tidak melakukan hubungan intim karena Seokjin ingin cepat bisa berlatih. Rasa takut seolah menghantuinya untuk bisa kuat. Seokjin benci rasa takut ini.

W n HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang