Chapter 8 | Eyang Datang

510 293 39
                                    

Now Playing | Maxime Bouttier, Agatha Chelsea - Sunset

Chapter 8 | Eyang Datang

Waktu yang paling berharga dan tidak bisa di sia-siakan adalah waktu bersama keluarga. Tapi hati ini rasanya tak terima, bila hati ini terus dipaksakan untuk tersakiti.

***

FUCHSIA kaget setelah melihat siapa yang berada di meja makan duduk dengan anggun dengan memakai baju kebaya tersebut. Eyangnya. Fuchsia sedang bermimpi bukan?

Tiba-tiba ada yang menampar Fuchsia dengan cukup keras dari samping. Renand, cowok itu yang baru saja menamparnya. Tapi emosi Fuchsia kembali bisa di kendalikan karena ternyata Fuchsia tidak bermimpi. Eyangnya benar-benar ada di sana.

"Ren, itu Eyang?" tanya Fuchsia dengan nada setengah kaget.

Renand menggeleng. "Bukan, bukan Eyang. Tapi kuyang," jawab Renand yang langsung di hadiahi injakan kaki dengan keras dari Fuchsia.

Seketika itu juga Eyang Ovie berbalik, melihat kedua cucunya sedang berada di depan pintu. Eyang pun tersenyum. Tetapi raut wajahnya kembali tidak senang ketika melihat gadis dengan mengenakan baju seragam sekolah yang keluar dari roknya.

Fuchsia. Cewek itu masih dengan penampilan kaget nya yang tidak menyangka bahwa Eyangnya datang ke rumah.

"Fuchsia, sini salim sama Eyang dulu," panggil Rachel sambil mengode Fuchsia untuk duduk dan salim kepada Eyang.

Fuchsia melangkahkan kakinya ke meja makan, tetapi Eyang sudah menaikkan satu tangannya ke udara dan memberhentikan langkah kaki Fuchsia.

"Kamu berhenti di situ," tahan Eyang dengan wajah keriputnya dengan tidak suka.

Fuchsia mengernyit. "Kenapa Eyang?"

"Kamu perbaiki penampilan kamu dulu baru kamu salim sama Eyang. Eyang tidak mau bertemu cucu yang penampilannya tidak beres seperti kamu." Benar saja, perkataan Eyang barusan mengingatkan Fuchsia dengan sifat Eyang yang memang tidak menyukainya dari dulu.

"Lihat Renand. Tadi pulang sekolah baju seragam nya saja rapi sekali. Kamu? Sudah pulang terlambat, penampilannya kaya gini pula." Mengapa harus Renand yang di bandingkan? Fuchsia pikir dirinya tak pantas berada di dalam keluarga yang penuh dengan paksaan ini.

Harus selalu mengikuti apa kemauan diri orang lain, menurut Fuchsia dia tetap harus menjadi dirinya sendiri. Be yourself.

Fuchsia akhirnya tetap berjalan ke arah Eyang dan tersenyum tipis. Eyang menghela napasnya karena tegurannya tadi tidak di lakukan oleh Fuchsia sama sekali.

Fuchsia pun meraih tangan kanan Eyangnya kemudian Eyang hanya pasrah  cucunya tersebut menyalami tangannya.

"Kamu denger nggak yang Eyang bilang tadi Fuchsia?" tanya Eyang lagi dengan nada sedikit kesal.

"Iya, Eyang. Tapi aku kan udah pulang sekolah, mau mandi juga. Jadi--" Belum sempat Fuchsia menyelesaikan kalimatnya, Eyang sudah menyelanya terlebih dahulu.

"Pulang sekolah memangnya harus tidak rapi seperti gaya mu tadi?" tanya Eyang dengan tidak suka. Rachel yang melihat putrinya sedari tadi di perlakukan seperti itu oleh mertuanya, langsung menimpali obrolan antara Fuchsia dan Eyang.

"Hm, Sya, kamu mendingan mandi sekarang udah gitu ikut makan di sini," timpal Rachel yang langsung di angguki oleh Eyang.

"Ma, hari ini kan aku... " Fuchsia melihat Rachel di belakang Eyangnya. Rachel terlihat menganggukan kepalanya dengan pasrah kepada putrinya. Fuchsia pun menghela napasnya dengan kasar dan naik ke lantai atas.

Cielo & Tierra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang