"Walaupun terhalang dinding pembatas, hati kita tetap menyatu."
***
Sejak bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, hidup Toska menjadi kelabu. Bagaimana tidak? Fuchsia, sahabatnya itu adalah cewek yang resek sepanjang hidupnya. Untungnya cewek...
Bisakah aku menjadi penghalang diantara kamu dan dia? Berilah aku kesempatan, jika kamu ingin melihat kebenaran.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"JADI, pertama-tama, rencana ini harus bersangkutan dengan Renand di rumah," kata Toska yang membuat Renand kaget.
Toska mengundang Renand dan Evano, di Kafe yang berada di dekat rumah Toska. Dia tidak mengundang Devan, males. Soalnya kalau cowok itu diundang pun, gak bakalan ngeluarin suara sedikitpun. Malah mereka yang sibuk ngajak Devan ngomong duluan. Nyebelin, kan?
Nanti juga Devan kalau ditanya, auto jadi Mas triplek lagi.
"Hm-em. Kan lo seatap sama Fuchsia, nah lo bahas apa kek gitu sama Fuchsia, supaya dia gak bahas soal Marco ke lo."
"Apaan. Fuchsia juga nggak pernah bahas soal Marco ke gue. Jadi buat apa gue yang ditugasin?" kata Renand yang membuat Toska bertopang dagu.
"Seharusnya kan itu tugas lo, kalau lo ketemu dia di sekolah, ya lo usaha buat Fuchsia gak bahas soal Marco ke lo." Renand tiba-tiba jadi bijak.
Evano menyetujui kata Renand. "Setuju sih, gue sama Renand."
Toska berbalik ke sampingnya dan menatap Evano dengan sebal. "Lo mah setuju-setuju aja, bantu dong bikin rencana."
Salah Toska mengundang cowok di sampingnya ini. Seharusnya dia mengundang Devan saja daripada cowok ini. Kerjanya cuma ngangguk, dan bilang setuju. Apa coba.
"Atau... Kaya gini," ujar Evano yang mulai mengajukan rencananya. "Gimana kalau gue sama Devan yang urus Marco supaya gak deketin Fuchsia?" aju cowok itu.
