Chapter 22 | Curious

291 151 5
                                    

NOW PLAYING | Kotak - Pelan-pelan saja

Chapter 22 | Curious

Kenapa kamu menjadi seperti yang tidak pernah kuharapkan sebelumnya? Apakah kamu mulai jenuh, padahal aku baru saja tertarik padamu?

***

Hai kamu yang baca! Baca saja, tak usah lihat wajah tamvan ku, wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai kamu yang baca! Baca saja, tak usah lihat wajah tamvan ku, wkwk

***

RENAND baru saja mematikan kompor setelah memasak mie goreng di dapur. Ya, cowok itu hanya makan sendiri. Tak ingin membagi mienya kepada Fuchsia. Malah dia menyuruh Fuchsia untuk membuat sendiri.

Setelahnya, Renand duduk di sofa sambil menonton TV. Eyang sebenarnya sudah tidak ada di rumah nya, empat hari yang lalu Eyang Ovie sudah pulang ke Jogja.

Katanya ada temannya yang sakit disana. Beruntunglah, Fuchsia dan Renand jadi tidak banyak di datangi Auristela di rumah nya, males soalnya.

Cewek itu juga datang hanya ingin dekat dan nempel sama Renand. Menyebalkan. Makanya kalau ada Auristela, Renand harus menyiapkan lengkungan di bibirnya. Iya, supaya dia bisa selalu berpura-pura tersenyum kepada Auris.

Aneh, kan?

"Ren, ganti chanel nya dong, upin ipin kek, sofia kek, jangan itu. Bosen itu mulu, di ulang-ulang terus," gerutu Fuchsia sambil memakan mie goreng buatannya sendiri.

"Kalo mau nonton, ya siapa cepet dia dapet dong. Kan gue duluan disini, lo siapa tiba-tiba dateng kesini," ujar Renand sambil menyeruput air putih yang dia masukkan ke dalam gelas berwarna hitam miliknya.

Fuchsia memutar kedua bola matanya dengan malas. "Dasar. Ganti ih, Ren, sekali aja, gue pengen banget liat upin ipin," pinta Fuchsia sambil mencoba untuk mengambil remote yang berada di samping Renand.

Renand duluan mengambil remote tersebut dan menyembunyikannya di bawah bantal di dekatnya. "Ck, nanti ah. Upin ipin mulu lo, ngatain gue padahal tak sadar diri."

Fuchsia berdecak kemudian dia beranjak dari lantai dan dia memutuskan untuk naik dan makan di kamarnya. Lebih enakan di kamarnya, bisa bebas. Kalau di bawah gak bisa bebas karena ada Renand. Gerah juga. Gak ada AC kaya di kamar Fuchsia.

Renand mengulum senyumnya ketika melihat adiknya kesal padanya. Semakin kesal Fuchsia kepadanya, semakin bertambah pula sayang Renand kepada gadis itu.

Fuchsia mengecek handphonenya dengan kepo. Dia berharap sekali ada chat dari Marco untuk meminta maaf kepadanya karena cowok itu sudah membela Rena di banding dirinya. Tetapi mustahil, tak ada satupun chat dari cowok itu.

Cielo & Tierra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang