"Walaupun terhalang dinding pembatas, hati kita tetap menyatu."
***
Sejak bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, hidup Toska menjadi kelabu. Bagaimana tidak? Fuchsia, sahabatnya itu adalah cewek yang resek sepanjang hidupnya. Untungnya cewek...
Banyak yang memandang kamu buruk. Tapi hanya aku seorang yang tak memandangmu seperti orang lain. Aku tetap percaya padamu meski kamu seburuk apapun.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading, guys!
***
HARI ini, adalah hari yang membuat Fuchsia keheranan dan kebingungan setengah mati. Ia heran, kenapa semua siswa dan siswi Azelle terus menatapnya sejak ia masuk dari pagar sekolahnya.
Apa gue tambah cantik kaya Jisooblackpink? pikir Fuchsia sambil tersenyum di kursi yang didudukinya di kantin. Sekarang pun, ia sedang di kantin dan banyak seangkatannya menatap dengan wajah sinis.
Ada apa sih? batin Fuchsia yang juga lama-lama kesal dengan tatapan orang-orang disekelilingnya.
Sampai Fuchsia melihat satu teman seangkatannya, dia memanggil cewek yang duduk di samping kursinya.
"Aisa, itu kenapa temen-temen lo pada ngeliatin gue, sih? Gue makin mirip Jisoo blackpink, ya?" tanya Fuchsia yang mendapat gelengan pelan dari Aisa.
"Ge-er lo,"
"Lah? Terus apa dong?"
"Lo nggak tau? Udah ada gosip tentang lo sama Kak Toska tau, gara-gara Kak Mona sebarin kalo lo sama Kak Toska jadian."
Apa? Fuchsia serasa ingin tertawa di kantin. Sangat ingin. Tetapi hanya waktunya yang tidak pas untuk ditertawakan. Sejak kapan ia dan Toska akan jadian? Mustahil.
"Heh, sejak kapan gue jadian sama Kak Toska?" tanya Fuchsia lagi.
Aisa memejamkan matanya sebentar. "Ya gue gak tau Sya," katanya, "tapi, kalian berdua so sweet tau."
"Ck, so sweet apanya. Terus senior-senior? Kenapa pada liatin gue juga?" Ya ampun, Fuchsia tidak bisa berhenti untuk bertanya.
"Jelas lah," ucap Aisa, "gosip lo jadian juga udah sampai ke kelas senior-senior, termasuk kelas abang lo."
Renand? Astaga! Fuchsia tidak bisa menahan kakinya yang terus berjalan ke kelas Renand dan terpaksa meninggalkan semangkuk baksonya di kantin.
Fuchsia tidak bisa membiarkan ini terjadi. Bisa mampus dia kalau sampai Renand tau. Setibanya Fuchsia di koridor kelas XII, Renand sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.
