"Walaupun terhalang dinding pembatas, hati kita tetap menyatu."
***
Sejak bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, hidup Toska menjadi kelabu. Bagaimana tidak? Fuchsia, sahabatnya itu adalah cewek yang resek sepanjang hidupnya. Untungnya cewek...
NOW PLAYING | Aisyah Aqilah - Tentang Kita & Cinta
Chapter 20 | Rencana Baru
Aku sudah terlanjur sakit hati karenamu. Karena perkataanmu. Mungkin tak bisa perkataanmu diulang, tetapi mungkin pikiranmu bisa diulang sebelum kamu berucap.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat membaca cerita Cielo & Tierra!
***
FUCHSIA sedang bingung saat ini. Sejak memasuki halaman Azelle, Fuchsia menjadi tidak bersemangat. Apalagi ketika dia bertemu Toska di kantin tadi. Sungguh, kejadian semalam membuatnya bingung.
Tiba-tiba ada yang membuyarkan lamunan Fuchsia pada saat dia sedang melamun sendirian di rooftopsekolah.
Cewek itu menepuk bahunya. "Ada apa sih? Tumben nggak makan gado-gado yang dibeli Kak Renand."
Fuchsia berbalik mendengar kata gado-gado tersebut. "Renand bawa?" tanya Fuchsia kepada cewek itu.
Cewek itu mengangguk dan duduk di sebelah Fuchsia sambil menyelonjorkan kakinya di atas lantai.
"Sya, kalo lo ada masalah, seenggaknya ceritalah sama gue," ucap Mawar sambil mengelus tangan Fuchsia disampingnya.
Fuchsia tersenyum tipis. "Gue udah terlanjur sakit hati, War. Gak tau gue ini bener anak Mama gue apa bukan."
Mawar menganga. "Hust! Nggak boleh ngomong gitu ah," kata Mawar mengingatkan.
"Emang ada masalah apa lagi lo sama tante Rachel? Hm?"
"Gue minta persetujuan masuk kuliah di Spanyol dia udah kaya marah banget. Susah gue minta persetujuan ke dia," balas Fuchsia yang membuat Mawar terkejut.
"Kuliah? Di Spanyol? Wah, lo beneran pengen kuliah disana, Sya?"
"Hm-em. Tapi gitu deh, gue selalu dipaksa untuk dibawa dan disuruh tinggal di Jogja sama Eyang gue," kata Fuchsia, "tapi Renand nggak pernah disuruh."
Mawar tersenyum indah kepada Fuchsia. Dia pun mengelus pundak sahabatnya itu. "Kalau emang lo niatnya gak pengin lanjut kuliah di Jogja, yaudah lo bisa di Jakarta aja, kan?"
"Nggak bisa, War. Mama sama Eyang emang udah buat persetujuan kalo gue kuliah nanti gue bakal tinggal dan kuliah di Jogja."
Mawar menghembuskan napasnya sambil memainkan jarinya. "Ya kalo masalahnya kaya gitu sih, gue gak tau lagi. Soalnya, Kak Renand pernah kasih tau gue sesuatu."
