Now playing | Alka Yagnik, Sonu Nigam - You are my sonia
Chapter 11 | Pembelaan
Kamu diam-diam memilihku ternyata. Dan itu membuatku tersenyum sekilas.
***
SUDAH empat hari Renand dan Fuchsia perang dingin. Tidak ingin saling menyapa satu sama lain, tidak ingin makan bersama di meja makan, dan tidak mau bertemu di sekolah. Penyebabnya Auristela memberitahu Eyang dan Renand bahwa Fuchsia telah melarang dirinya untuk tidak dekat dengan Renand. Sungguh membuat Fuchsia kesal bukan?
Fuchsia kini sedang duduk sendirian di meja makan. Masih memakan roti bakar buatan Mamanya dengan segelas teh hangat. Eyang pun masih kesal padanya.
Rachel melihat putrinya duduk sambil memakan roti bakar buatannya dengan tidak selera. Sepertinya Fuchsia masih kesepian tidak ada yang membelikannya gado-gado ataupun menyapanya saat di pagi hari.
"Kalau nggak selera nanti Mama yang makan. Kamu pergi ke sekolah aja gih, nanti telat," ucap Rachel ketika dia menaruh teh hangat di atas meja makan untuk dirinya sendiri.
Fuchsia mengangkat kepalanya. "Beneran Mama yang mau makan roti bekas ku?" Fuchsia menyatukan kedua alisnya. "Mama nggak jijik?"
Rachel tertawa lalu dia mengambil piring Fuchsia dan memakan sisa roti bakarnya. "Buat apa Mama jijik? Ini kan bekas anaknya Mama."
"Yaudah, aku berangkat dulu ya Ma." Fuchsia beranjak dari kursinya dan dia salim terlebih dahulu kepada Rachel.
Fuchsia baru saja ingin membuka pintu, tetapi Rachel sudah memanggilnya.
"Fuchsia!" panggil Rachel.
Fuchsia berbalik. "Ya?"
"Kamu pulang nanti bareng siapa?" tanya Rachel sambil mengernyitkan dahinya.
Fuchsia menunduk ke bawah. Sebenarnya dia ingin pulang bersama Renand, tetapi dia langsung kembali melupakan Renand dan mengingat Toska.
"Bareng Kak Toska. Kenapa?"
"Yakin nggak mau pulang sama Renand?" tanya Rachel dengan nada menggoda Fuchsia.
Fuchsia menggeleng cepat. "Nggak! Assalamualaikum!" Fuchsia langsung keluar dan menutup pintu dengan terburu-buru.
Rachel tertawa pelan melihat kegengsian Fuchsia yang tidak mau pulang bersama Kakak laki-lakinya itu. Rachel kembali menyesap teh nya lalu memakan roti bakar sisa Fuchsia.
°°°
Fuchsia mengejar Sheryl dengan napas tersengal-sengal. Sheryl sedari terus berjalan dan tidak mendengar teriakan Fuchsia sampai gerbang sekolah tertutup.
"Pak! Buka pak!" teriak Fuchsia sambil memegang pagar sekolahnya.
Satpam sekolah yang bernama Pak Emen, tidak mendengar teriakan Fuchsia akibat memakai earphone dan memutar lagu dangdut.
Fuchsia melihat Pak Emen seperti itu membuat Fuchsia semakin kesal saja. Bisa-bisanya Satpam seperti itu di pekerjakan di sekolah unggul seperti ini.
Fuchsia akhirnya pasrah dan dia ingat akan hal dan keajaiban yang dia miliki. Ya! Fuchsia kan bisa memanjat pagar sekolahnya. Bagus. Fuchsia menaiki pagar sekolahnya dengan pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cielo & Tierra (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Walaupun terhalang dinding pembatas, hati kita tetap menyatu." *** Sejak bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, hidup Toska menjadi kelabu. Bagaimana tidak? Fuchsia, sahabatnya itu adalah cewek yang resek sepanjang hidupnya. Untungnya cewek...