19

338 46 3
                                    

"Chel,"

Lia tersenyum miris melihat sahabatnya yang belum sadar dan tubuhnya ditempeli berbagai peralatan medis yang dia bahkan tidak tau.

Jose mengelus pundak Lia pelan setidaknya mengurangi kesedihan Lia.

Dokter sendiri juga sempat ke kamar Rachel dan menjelaskan bahwa bangunnya Rachel tentu tidak dapat diprediksi kapan. Semua rergantung  Rachel tapi yang pasti Rachel memang sudah melalui masa masa kritisnya.

"Lo udah berhasil ngelewatin kritis,"ujar Lia pelan, "lo mungkin bakal maki gue tapi gue seneng Chel."

Lia merasakan air matanya menetes perlahan, "Maaf gue seneng kalo lo masih ada kesempatan hidup karena gue pengen buktiin ke lo kalo lo pantes disayangi."

Jose menatap Rachel sembari akhirnya memindah tangannya dari bahu Lia ke tangan Rachel.

"Gue merasa bersalah, Chel,"ujar Jose, "gue minta maaf kalo ketahuan gue tentang masa lalu lo membuat lo merasa makin useless di dunia ini,"

Perasaan bersalah kembali muncul di dadanya hingga membuat Jose menghela nafas sembari mencoba menahan air matanya,

"Gue tau bukan buat ngatain lo gila. Gue tau bukan karena gue mau kasihan. Tapi gue tau karena gue pengen lindungin lo lebih lagi."

Lia ikut memegang tangan Rachel, "Bangun ya, Chel. Lo gak mau kan bikin Bian khawatir?"

Tiba-tiba seorang suster masuk dengan wajah meringis tidak enak.

"Ada orang yang memaksa untuk menjenguk nona Rachel, apakah bisa? Karena dokter tadi meminta untuk tidak terlalu banyak orang masuk dan mereka terdiri dari 5 orang."

Jose dan Lia sadar siapa yang dimaksud oleh perawat tersebut.

Berita pasti cukup tersebar luas apalagi mengingat tadi ada beberapa anak dan mamah Lia tadi juga sempat mengatakan bahwa penjaga kos sudah tahu akan masalah ini. Terlebih Givano sendiri adalah alumni mahasiswa kampus yang sama dengan Lia, jelas berita menyebar luas dengan cepat.

Pasti mamahnya atau papahnya yang mengonfirmasi pada Je atau siapa saja yang entah bagaimana mereka bisa memastikan itu Rachel. Padahal Lia sudah berusaha menutupi semuanya. Bahkan mematikan HP demi menghindari telepon dari Je.

"Bian ya?"tanya Jose,

Lia mengangguk pelan, "Mau keluar?"

"Iya deh,"ujar Jose, "siapa tau lo sama Bian mau ngomong disini."

Lia mengangguk pelan lalu akhirnya membuka pintu kamar dan benar saja ia melihat seluruh member 6Days tengah berdebat dengan suster.

"Kak Bi?"

Bian yang tadinya tengah berdebat karena suster tidak mengijinkannya masuk sembarangan menatap Lia dengan tatapan sendunya.

"Li,"ujar Bian dengan suara gemetar, "Je bener?"

Lia menatap kekasihnya sekilas, "Kalo yang kakak maksud Rachel, aku gak tau kakak tau darimana–"

"JAWAB AJA."bentak Bian,

"Chill man!"ujar Jose, "Dia berusaha buat ngomong baik-baik."

"Lo siapa?"desis Bian, "Lo yang kemaren nemenin Rachel kan? Lo ngapain disini?"

Lia menaikkan alis, "Kak Bi, lo disini bukan buat bertengkar."

Bian menatap Lia, "Terus dia ngapain disini? Nikung gue? Ngerebut Rachel?"

Apabila Jose tidak mengingat bahwa ini di rumah sakit, mungkin tinjunya sudah sampai ke pipi lelaki itu.

"Bian, gue tau lo lagi sedih tapi–"

Quiet SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang