Hari ini Lia dan Rachel mengantar 6Days untuk pergi ke bandara. Bandara masih sepi karena mereka mengambil penerbangan pagi atau bisa dibilang subuh. Tentu untuk menghindari media dan segala fans.
Lia dari tadi sudah berceloteh tentang berbagai macam hal kepada Je dan Je mengangguk-angguk mengerti sembari sesekali mengelus pelan rambutnya.
"Edan Lia kaya mau ditinggal Je berapa taun aja sih lo."
"Kak Giv, diem! Je kalo ga diceramahin nanti mati soalnya."
"HEH! MATI DARIMANA CERITANYA?!"
"YAIYA KAMU KAN SEMBRONO!"
"Buset masih pagi ini!"protes Bian,
"Chel, lo gamau ceramahin Bian juga?"
"Lah mereka aja kaga tidur gegara bucin mau diceramahin apalagi Bian?"
"Tuh,"ujar Lia, "orang mah gemes gemesan, bucin bucinan. Kamu malah asik ngegame. Yeu!"
"Diem kamu! Sini peluk aku aja!"
Bian dan Rachel hanya terkekeh ketika Je menarik Lia masuk ke dalam pelukannya sembari mengusap acak rambut gadisnya hingga Lia memekik pelan.
Bian menatap Rachel lalu terkekeh, "Mau peluk-pelukan lagi?"
Rachel tertawa kecil, "Tadi malem kurang apa?"
Ya, setelah memuaskan mata melihat pemandangan dan melakukan soft hour diiringi pelukan, keduanya masuk ke dalam mobil dan setidaknya saling bercerita hal hal yang mereka lalui belakangan ini.
Ya, walau kebanyakan Bian yang bercerita dan Rachel menimpali dengan ledekan sembari memakan cemilan yang Bian sengaja bawa.
Setelahnya Bian mengantar Rachel ke kosnya untuk berganti baju karena Rachel akan mengantar Bian untuk ke bandara. Sebelum ke bandara, Bian menuju ke titik kumpul 6Days yaitu studio milik mereka latihan untuk memastikan peralatan musiknya sendiri.
Mereka juga pergi ke bandara menggunakan van agar Lia dan Rachel tidak harus naik ojek online dan segala macamnya.
"Jaga diri ya."ujar Rachel, "Ya aku tau sih kamu gak mungkin skip makan kaya Kak Je tapi tetep sehat-sehat ya? Lagi musim penyakit nih."
Bian tersenyum, "Khawatir banget ibuk?"
"Nyesel aku bilang."
"Ih ih ngambek."
Bian terkekeh lalu menarik gadisnya ke dalam pelukan sembari mengecup puncak kepalanya berkali-kali. Entah sudah berapa kali Bian melakukan hal itu tapi mencium puncak kepala gadisnya adalah hal yang paling menyenangkan untuknya.
"Kamu juga sehat-sehat ya?"pinta Bian, "Kalo kamu capek, kamu harus tau, kalo kamu ada aku. Oke?"
Rachel terkekeh lalu hanya mengangguk. Selebihnya, Rachel hanya membenamkan kepalanya ke dada Bian. Meski keduanya tidak berbicara apapun, mereka merasa bahwa mereka sedang saling berusaha melawan rasa rindu yang mungkin belum tuntas terbalas.
"Bi,"ujar Rachel melepas pelukan lalu mengecup pelan bibir kekasihnya, "hati hati ya."
Bian tersenyum lebar lalu membalas kecupan kekasihnya.
"Jadi ga pengen pergi."ujar Bian sembari cengengesan,
Rachel berdecak geli, "Udah sana, udah dipanggilin mulu tuh."
Bian mengangguk, "Kontak aku terus loh?"
"Gak mau. Maunya kontak Kak Cakrawala."
"Siap, Chel."