Lia melipat tangannya ketika melihat lelaki yang entah kenapa kapan hari mengirim chat kepadanya dan mengajaknya bertemu di salah satu cafe dekat kampus.
"Napa lo?"tanya Lia, "Lo mau ngaku kalo suka sama Rachel?"
"Lebih penting."ujar Jose, "Seberapa berat hidup Rachel?"
"Excuse me?"
"You hear me."
"Are you really trying to ask this, Jos?"
"Yaps!"
"Who the hell are you?"
"I am her friend,"tegas Jose, "gue khawatir sama dia."
Lia menaikkan alis, "Why you–"
"Apa lo tau kalo dia selama ini semenderita itu?!"
"GUE SAHABATNYA, JOS."
Jose tiba-tiba mendekatkan dirinya ke Lia yang membuat Lia melotot, "Lo mau ap–"
"Then, since when you've known that she's been doing cutting?"
Lia merasakan tubuhnya membeku mendengar pertanyaan Jose. Lia menatap tajam Jose seakan menuntut penjelasan.
"Lo–"
"Gak sengaja lihat. Jelas banget. Kelihatan baru. Gue merinding, Li. Bukan karena ngeri sama dia tapi gue khawatir sama dia."ujar Jose, "Seberapa berat sih beban dia, Li? Lo udah tau kan?"
Lia mengusap mukanya gusar, "Gue gak tau gue berhak apa enggak buat ceritain semua ini."
"Gue gak mungkin tanya Rachel sekarang."ujar Jose, "Dia kadang memang apa-apa ngajak gue, deket sama gue, tapi gue sadar dia ga seterbuka itu sama gue."
Lia mengangguk, "Gue pun tau bukan karena dia sendiri yang cerita."
"You had seen her like that."
"Worse i guess,"ujar Lia, "saat itu titik terendah dia dan gue bersyukur gue langsung coba ke kos dia."
"Shit,"umpat Jose, "sebenernya kenapa? Plis, Lia. Percaya sama gue."
"It's a long story, Jos."
"I have enough time to hear all about her."
"Kenapa?"tanya Lia tegas, "Kenapa lo mau sejauh ini buat cewek yang mungkin sekedar temen lo?"
Jose menatap tajam Lia, "Lo serius mau nanya gini?"
"I am 100% serious, Mr Rahardan"
Keduanya saling melempar tatapan tajam. Lia dengan tatapan menginterogasinya dan Jose dengan tatapan seriusnya.
"Gue tulus sama dia."
"What do you mean?"
"I sincerely love her,even maybe she is not mine, at least let me show her my love with protect her till the end."
--
Jose mengendarai mobilnya perlahan dengan mukanya yang cukup suram dan mata yang nampak menerawang jauh.
"Rachel punya banyak masalah yang menurut gue gak sepele. Ini gak cuma tentang lingkungan Rachel tapi juga pribadi Rachel sendiri."
"Bullying, sexual harassment, broken home, jatuh miskin, dijadiin buronan debt collector, keluarga yang selalu menuntut Rachel menjadi sempurna untuk menutupi aib keluarga."
