18

317 42 0
                                    

In case this makes you triggered, i put this ⚠️

--
Lia baru saja bangun dari tidurnya karena dering HPnya yang tidak berhenti. Herannya, Lia bisa terbangun hanya karena dering HPnya.

"Halo?"

"Lia, you told Jose about my crazyness?"

"Hah?"

"TELL ME!"

"Chel, dia yang tau sendiri kalo lo–"

"Thank you, then."

"Chel! Bukan gitu!"

"I am done."

"Halo? Halo?! HALO?! RACHEL?!"

Lia yang baru saja terbangun langsung menyambar jaketnya. Demi Tuhan ini jam 5 pagi.

Lia langsung memesan ojek online karena tidak ingin menganggu kedua orang tuanya. Entah mengapa, ojek online yang ia pesan cukup cepat datang. Lia mencoba menelpon lelaki yang Rachel sebutkan tadi namun hanya operator yang membalasnya.

Lia turun dari motor ojek onlinenya dan terkejut melihat Jose baru turun dari mobilnya.

"LO–"

"GUE TAU! Gue keceplosan!"pekik Jose, "Gue khawatir karena dia kemaren bilang mau putus."

"HAH?"

"Ayo tengokin Rachel dulu, oke."ujar Jose lalu akhirnya membuka gerbang kos Rachel.

"Lo kok ada kunci gerbang kos–"

"Gue pernah diem diem duplikat."ujar Lia langsung bergegas membuka pintu masuk kos Rachel.

Karena masih pagi, belum ada mahasiswa yang berlalu lalang bahkan penjaga kos sekalipun. Kebetulan penjaga kos Rachel jarang berada di tempat juga.

"Gak dikunci!"ujar Lia pelan ketika melihat kamar Rachel nampak gelap,

"Bau amis–"

Jose dan Lia langsung melotot lalu mencari saklar lampu kamar Rachel.

Saat itu pula, dunia Lia dan Jose terasa hancur melihat pemandangan di depan mereka.

--

Lia tidak dapat berhenti mengetukkan kedua kakinya. Kepalanya terasa pusing dan badannya gemetar setelah melihat sahabatnya tergeletak dengan darah bercucuran.

Ini kali keduanya

... Dan kali ini dia cukup terlambat.

"Li.."

"Jos, gue takut dokter gak bisa nanganin dan kita telat."ujar Lia gemetar,

"Lia, enggak oke? Ayo kita berdoa, oke?"pinta Jose pelan,

Tangisan Lia pecah begitu saja karena tidak dapat menahan perih hatinya yang lagi lagi melihat sahabat satu-satunya terlalu menyerah terhadap hidupnya.

"Lia!!"

Lia berhambur ke pelukan ibunya, "Mah.. Rachel.."

"Lia gapapa, oke? Yang nanganin dokter kepercayaan mamah. Lia percaya sama mamah, oke?"

Papah Lia yang menatap Jose di sampingnya, "Gimana keadaannya tadi?"

Jose menghela nafas gugup, "Darahnya udah berceceran banget dan dia kayanya nyayat nadinya sendiri."

Papah Lia memejamkan matanya sebentar,  "Ada yang lihat?"

"Waktu kita bawa ke mobil saya ada, om. Tapi kita minta mereka buat gak nyebarin rumor aneh aneh."

Quiet SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang