"Chel, habis ini mau kemana lo?"
Rachel, gadis yang tadinya masih berfokus pada buku paketnya teralih kepada sahabatnya Lia yang malah sudah sibuk dengan HPnya.
"Me time kayanya gue. Udah lama gak me time."ujar Rachel sembari menutup bukunya,
"Ngelesin gak hari ini?"tanya Lia lagi,
"Kagak makanya kepengen refreshing,"ujar Rachel lalu mendelik, "Gak usah bilang Bian."
Lia mengerutkan kening, "Apasih paling Bian juga udah tau kalo misal lo ngilang tuh lo kemana."
"Ya dia tau karena lo ngasih tau."ketus Rachel,
"Tidak baik hai perempuan membiarkan pujaan hati bingung karena hilang kabar."ujar Lia,
"Emang gue perempuan?"
"Jadi Bian homo selama ini?"
"Bangke."ujar Rachel lalu mengalungkan tasnya, "Inget lo! Gak usah bilang Bian."
"Iye-iye,"ujar Lia, "naik apa lo?"
"Naik ojol lah apalagi gue gak bawa motor."ujar Rachel,
"Dijemput dimana?"
"Tempat biasalah. Nanya mulu lo kaya pembantu baru!"
"Brengsek, gue khawatirin juga."protes Lia,
Rachel pun hanya tertawa lalu akhirnya menuju ke tempat dimana ia biasa memejam ojol lalu menuju ke sebuah cafe tempat ia biasa melakukan banyak hal disana.
Ia sering menghabiskan waktunya sendirian disana entah hanya untuk membaca buku, mengerjakan tugas, menulis hal random hingga mempelajari hal-hal yang ingin ia pelajari.
Demi apapun sudah lama Rachel tidak keluar sendirian seperti ini karena kesibukan kuliahnya dan pekerjaan sambilannya sebagai guru les private. Terlebih lagi ia kadang tergabung dalam crew event organizer yang membuat waktunya untuk sendiri cukup terbuang banyak.
Rachel suka sendirian. Hal yang paling menyenangkan untuk Rachel adalah sendirian di tempat yang tidak terlalu ramai.
Seperti saat ini.
Mungkin karena orang lebih sibuk pulang kerja dan hanya ke cafe tersebut untuk sekedar membeli kopi untuk dibawa pulang sehingga akhirnya kursi yang disinggahi tidak penuh.
Rachel memilih untuk duduk di kursi sofa yang berada dekat dengan jendela kaca yang memaparkan pandangan nan indah karena letak cafe ini sendiri berada di lahan yang cukup tinggi.
Rachel sudah mempersiapkan beberapa novel kesayangannya untuk dihabiskan ditemani dengan ice chocolate, kue red velvet kesukaannya serta earphone yang sudah ia sumpalkan ke telinga.
Tak peduli seberapa ramai atau sepinya cafe atau lingkungannya, asal telinganya sudah dihanyuti melodi melodi indah, semua tak masalah baginya. Ia akan terus mendalami dunianya sendiri.
Tanpa sadar gadis itu sudah benar benar tenggelam dalam dunianya, memahami setiap bagian kata yang tertangkap indra pengelihatannya dan terhanyut dalam jalan ceritanya.
Gadis itu tidak akan sadar ada seseorang yang berada di dekatnya apabila tidak ada tangan yang membelai surainya lembut. Belaian itu sukses membuat kepala gadis itu mendongak dan bibirnya mengkerucut.
Tatapannya terarah sebal ke lelaki dengan hoodie hitamnya dan juga segala macam topi dan masker yang menutupi mukanya dan lelaki itu justru malah menurunkan maskernya dan tersenyum ketika menyadari bahwa ia menganggu dunia gadis itu.
