Hari seakan berjalan terpaksa seperti biasa. Lia yang tentu saja harus tetap masuk kuliah sembari setidaknya mengatakan kepada dosen bahwa Rachel tengah dirawat di rumah sakit.
Setelah Lia bertanya pada 6Days bagaimana cara mereka tahu masalah ini, Lia sedikit bersyukur ternyata nama Rachel tidak tersebar di grup angkatan. Lia juga sedikit bersyukur karena kejadian itu terjadi di pagi hari dan belum banyak orang menyaksikan jadi Lia dan Jose setidaknya bisa mengarang cerita untuk menjaga nama Rachel.
Hari ini, Lia menghabiskan waktunya bersama Je. Je tahu bahwa Lia sedang tertekan menawarkan diri untuk mengantar gadisnya refreshing.
"Aku baru tau kalo kamu ternyata tau Rachel cutting,"ujar Lia sembari menyeruput minumannya, "Kak Bian yang bilang."
Je mengangguk membenarkan, "Iya, gak sengaja. Waktu itu Bian lagi nyari makan dan Rachel tidur di studio. Waktu bangun, dia kayanya lupa kalo dia di studio terus nggulung lengan bajunya. Kayanya luka yang baru banget abis cutting."
Lia bergidik ngeri membayangkan menjadi kekasihnya yang ia tahu cukup takut dengan hal seperti darah dan luka sayat.
"Terus kamu kok ga nanya aku?"tanya Lia,
"Aku takutnya kamu gak tau? Ya bego juga sih aku, jelas mesti harusnya kamu tau,"ujar Je mengacak pelan rambutnya canggung, "Cuma ya karena aku ga mau seakan bocorin rahasia ke dia karena udah janji aku ya diem aja."
Lia tersenyum lalu menggenggam tangan kekasihnya, "Thank you for doing that."
Je tersenyum lalu membalas genggaman gadis tersebut, "You've been doing well, too."
"Kak Je,"ujar Lia pelan, "kalo misal Rachel sama Bian putus, kalian marah gak sama Rachel?"
Je menaikkan alis, "Mereka mau putus?"
"Kayanya?"ujar Lia mempertanyakan kata-katanya sendiri, "Aku cuma denger dari Jose sebelum Rachel mau kaya gitu."
Je menghela nafas panjang. Ia tahu betapa besar cinta seorang Arkano Bian Calandra kepada Ilonia Rachel Zevanya.
Bisa dibilang, Rachel adalah gadis dengan periode terlama yang dipacari oleh Bian. Tak dapat ditampik, aura Bian memang mempesona banyak kaum wanita dari kalangan manapun, namun hanya Rachel yang dapat membuat Bian takluk bahkan hingga menginjak dua tahun lebih.
"Kupikir aku ga ada hak buat benci sama Rachel bahkan Bian sekalipun."ujar Je, "Dengan segala beban yang sudah Rachel punya, tugas kita tuh dukung dia, berusaha berada di sampingnya. Dia gak butuh perasaan-perasaan lain, dia cuma butuh sadar kalo kita ada buat dia."
Lia tersenyum lebar. Entah kenapa hatinya menghangat mendengar kekasihnya sejak ia lulus SMA bisa sebijak ini.
"Gak nyesel aku jadi panitia waktu SMA terus guest starnya kalian."ledek Lia,
Jevarian tersenyum salting, "Apasih. Malah inget gituan."
"Aku dulu PJ kalian,"ujar Lia malah meneruskan, "terus terus kamu bilang 'dek, kalo kita kenal lebih deket ga cuma sebatas panitia sama GS boleh gak?'"
"HIH! Itu Cakrawala yang ngetik!"protes Je, "Kenapa sih malah ingetnya malah yang kaya gitu? Perasaan yang lain banyak."
Lia tertawa kecil. Je bersyukur setidaknya kekasihnya tak kehilangan tawa renyah yanh menjadi favorit Je.
Tawa Lia terhenti ketika mendengar HPnya berdering kencang. Lia menatap layar HPnya kaku namun memutuskan untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.
Lia menatap Je dengan wajah terkejut yang membuat Je menaikkan alis seakan bertanya 'kenapa?'
