Lia tersenyum cerah ketika mendapati Je yang tengah bermain game di studio. Disana juga ada Bian yang malah tertidur di sofa dan bahkan tidak terbangun meski Lia membuka pintu studio cukup keras.
"Main game mulu!"protes Lia,
Je terkekeh lalu melepas headphone nya, "Bawa makan apa?"
"Katanya mau dibawain taichan,"ujar Lia menyodorkan plastik, "nih aku beliin buat Bian juga."
Je baru sadar bahwa Lia datang ke studio sendirian, "Gak sama Rachel?"
"Gak mau dia. Dia ngelesin juga."ujar Lia lalu terkekeh, "Berapa hari kamu berduaan sama Bian di studio gini?"
"Atuh yang, masa kamu cemburu sama Bian!"
"CUMA NANYA!"
Je cuma cengengesan lalu mengambil satu tusuk sate untuk disantap sedangkan Lia malah sibuk meminum boba cheese tea yang ia beli.
"Li, katanya Bian mau ngelamar Rachel."
Lia yang baru saja menyedot boba langsung tersedak begitu saja mendengar pernyataan Je yang tiba-tiba.
"Kamu habis mabuk apa gimana? Gak usah ngomong dulu sama aku."
"Ya Tuhan! Aku serius!"
Lia mengerutkan kening, "Bian bilang sendiri?"
Je mengangguk, "Iya. Kemaren kalo gak salah."
"Gila aja pikirannya jauh amat,"ujar Lia, "padahal pacaran lamaan kita."
"Mau aku lamar juga ini ceritanya?"
"Gak mau lah. Mending sama Abraham. Imam sejati."
"Heh!"
"Tapi nikah tuh ga segampang itu. Banyak pertimbangan."
"Iya,"ujar Je mengangguk, "aku udah bilang biar dia lebih memahami Rachel dulu."
"Lagian aku juga ga yakin kalo Bian sudah paham sama Rachel sebaik itu. Di saat belum ada yang berhasil sepaham itu sama pikiran Rachel."
"Emang kenapa Li?"
Lia tersenyum pahit, "This is her life not mine, Je. I don't have any right to say anything."
"True, i am sorry for asking."
Lia menghela nafas panjang, "Aku cuma berharap semoga Bian jadi orang yang bisa memahami Rachel walau susah."
"Sesusah itu apa, Li?"tanya Je, "Aku lihat setiap kamu cerita tentang Rachel mesti kaya susah banget."
Lia mengangguk, "Ya begitulah."
"Bian tau gak sih?"
"Mana aku tau, Je. Rachel gak pernah bilang apa-apa soal hubungannya."
"Rachel setertutup itu ya?"tanya Je pelan,
"Berteman sama Rachel tuh gampang Je,"ujar Lia, "Rachel itu kaya rumah kaca."
"Rumah kaca?"
Lia mengangguk, "Kelihatannya setelah kenal sama dia, dia terlihat transparan banget hidupnya tanpa sadar dia punya beberapa sisi yang orang sendiri harus menyelusuri sendiri dan itu ga mudah."
Je tidak bertanya lebih lanjut dan memutuskan untuk menyantap makanannya kembali sembari sesekali mencari topik lain.
Hingga tanpa sadar, Bian sudah terbangun dan mendengar semuanya.
--
Rachel baru saja membuka pagar kosnya ketika sadar bahwa ada mobil kekasihnya terparkir di depan pintu.