Chapter 2.11 [2/2]

78 20 58
                                    

Kirika mengerti jalur roller coaster ini. Terowongan bawah tanah merupakan lintasan menegangkan terakhir sebelum mereka berbelok ke pemberhentian. Dia melangkah ke sana dan menunggu di bawah tepat di salah satu sisi. Setidaknya ia tidak akan menghalangi jalan keluar nantinya.

Akira tahu. Tentu ia tidak segera menemui Madam. Di tingkatan tangga ketiga, ia melompat ke sisi berlawanan. Sukses ia mendarat tanpa suara lantas Akira bergegas mencari sesuatu untuk diberikan kepada Kirika. Sebuah ucapan terima kasih sebab telah rela menunggu, begitu menurutnya.

Tapi karena terlalu mendadak, sulit bagi si android memutuskan benda macam apa yang harus ia berikan. Tentu ia hanya sekadar mengingat satu hal yang identik dengan sang Madam.

Mawar, tentu saja.

Mendapatkan sesuatu yang menurutnya bagus, Akira berlari kecil kembali ke tangga.

Di samping tangga, ia mendapati Kirika yang tengah menunggu, agak menengadah. Pastilah maniknya tengah mencari Akira. Namun, si android malah muncul dari balik punggungnya.

"Terima kasih sudah menunggu, Madam." Sukses suaranya membuat empunya manik delima itu tersentak. Waktunya sangat tepat. Tepat ia berbalik, Akira sudah lebih dulu menyodorkan sebuah pin dengan kepala bunga mawar merah. "Hadiah."

Bunga mawar tersebut dibuat dengan aluminium. Barangkali anti karat. Bagian kelopaknya diberikan permata merah. Juga terdapat rantai yang menggantung sebab ujungnya terkait di peniti. Sederhana, tetapi terlihat cantik.

Kirika mendengkus, mau tak mau menerimanya. Namun, saat mengamati pin lebih seksama, ia tersenyum samar.

"Merah lagi," katanya sembari melempar pandangan ke Akira. "Kalau aku bertanya, apakah jawabannya masih sama?"

"Ya. Anda selalu cocok dengan warna keberanian itu. Saya tidak akan mengubah pendapat saya."

Selagi Akira berujar, Kirika mulai mengenakan pin tersebut di sebelah kanan kardigannya. Tentunya itu berhasil mengundang senyum lebar di wajah si android. "Sempurna."

Selanjutnya Akira mengajak Kirika bermain tembak hadiah dan lempar gelang. Banyak mainan dan boneka lucu di tenda-tenda yang berjajar rapi. Pengunjungnya tak sedikit, lagi-lagi membuat mereka harus menunggu.

"Apa Anda menginginkan sesuatu?" tanya Akira selagi menunggu pemain tengah menembak beberapa kali. Lensanya menangkap boneka penguin makaroni. "Penguinnya lucu, ya. Sangat mirip dengan Anda."

Mendengarnya Kirika justru mengernyit. "Kenapa?"

"Sama-sama senang meluncur, hanya saja dia berseluncur dengan perut."

Dengkusan lawan bicaranya meletus tepat ia berpaling. Terkekeh Kirika sampai pipinya memerah.

Sungguh, itu merupakan reaksi yang tak terduga dari sang Madam.

"Jadi kau mau menjadikannya target untukku, begitu?"

"Kalau Anda tidak keberatan," jawab Akira mantap.

Begitu mereka mendapatkan giliran, Akira hanya membutuhkan tiga tembakan untuk menjatuhkan boneka penguinnya. Kirika memeluk boneka itu sepanjang jalan.

Merasa keberuntungannya sedang bagus, Akira bahkan menyeret sang Madam ke game center yang tersedia di dalam gedung. Banyak sekali permainan tangkap boneka menggunakan mesin cakar.

Sekarang hanya berharap Akira tidak meretasnya dan membawa pulang isi dari belasan mesin tersebut.

Beruntung ia hanya ingin mengambil beberapa dan mencoba sesekali. Setidaknya ia bisa membawa pulang beberapa boneka kecil untuk Aoi dan saudara-saudaranya. Mimik si android tampak berbunga-bunga kala ia menyimpan boneka-boneka itu satu per satu.

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang