Mikhail Abrahamovich ialah nama aslinya. Lebih akrab dipanggil dengan kode namanya, Jackal, orang-orang di dunia gelap mengenalnya sebagai salah satu agen peretas yang nyaris melakukan pekerjaannya dengan begitu bersih tanpa jejak. Di masa pensiun dininya, Jackal acap kali mengganti identitas, termasuk sebagai Daniel Ivanov.
Ya, memang seharusnya ia berhenti dan hidup bersama identitas Daniel hingga ajal menjemput selagi ia tetap membelah diri menjadi Mikhail dalam melanjutkan amal, serta mengurus panti asuhan yang telah lama ia bangun sebagai bentuk penebusan dosa.
Namun, rasanya keinginan untuk hidup damai itu utuh sirna tepat ia menginjakkan kaki ke Jepang setelah sekian lama. Padahal sedikit pun Mikhail tak pernah bercerita kepada siapa saja, akan tetapi ingatannya terpicu kepada masa lalu yang secara tidak langsung membuatnya seolah kembali terikat di sini
"Meski membutuhkan pergantian musim puluhan kali, kelak kau harus kembali menjadi bahu tempat ia berpijak kala ia tumbuh dewasa. Kau bisa melakukan itu untukku, 'kan, Misha?"
Setelah berkali-kali bertukar jasa serta menerima segala upah yang tak setimpal dengan pekerjaannya, bagaimana ia bisa berkata tidak? Cerobohnya, dia bahkan bersumpah menyanggupi titah yang satu itu.
Mikhail bisa saja lari, hanya saja itu tak sejalan dengan prinsip hidupnya. Mau tak mau ia harus memberikan kejutan yang sedikit meriah. Dia tahu, selama enam tahun tuan mudanya tidak banyak berubah sehingga Mikhail yakin mengenai apa yang ia sukai.
Entah kebetulan, tetapi agaknya kala itu takdir sedang berpihak kepadanya. Pasalnya, kala itu datang saat ia ikut memasuki ruang kendali pemantauan gedung perusahaan Alford. Ya, dia benar-benar merelakan dirinya untuk mempelajari hal baru mengenai kamera pengawas, tahu-tahu ia mendapatkan hadiah berupa keberuntungan dari takdir di sana.
Dia mendapati gerakan-gerakan ganjil di sekitar gedung.
Mikhail memang tidak yakin meski batinnya menerka-nerka bahwa orang tersebut tak lebih pula tak kurang merupakan sosok yang familier baginya. Maka ia mengulur waktu memperbaiki bagiannya dan menyelidik lebih jauh.
Tujuannya hanya satu; mencari tahu bahwa benar itu adalah Ayame, sekaligus melindungi Ayame agar tidak tertangkap kamera pengawas. Mulailah ia memberanikan diri melakukan peretasan kecil di perangkat yang seringkali Ayame bawa.
Mikhail menghubunginya, lantas memulai dengan sapaan manis seperti, "Kulihat kau sedang gundah-gulana di luar sana. Ada yang bisa kubantu, Nona Rubah?"
"Jackal ...?"
"Waktuku tak banyak untuk menjelaskan semuanya sekarang, tetapi kau benar. Ini aku," potong Mikhail sembari memperhatikan sosok bertopeng yang sempat berhenti dan mundur memasuki semak-semak. "Singkatnya, dengarkan aku. Biarkan aku menjadi pundak bagimu untuk mendaki ke tanjakan awal, berikan titik di mana kau menetap dan aku akan memberikan anak-anak tangga yang mampu membantumu memanjat lebih jauh.
"Maka dari itu mundurlah untuk sekarang selagi aku memanipulasi rekaman kamera pemantau."
Ayame diam, tetapi ia menurut. Mikhail bisa melihat dia menjauh melalui GPS yang pula sedang ia pantau melalui ponselnya.
Demikian ia mengangkat pandangan ... sayangnya harus menahan dengkusan lega usai manik kebiruannya menangkap bayangan ganjil dari salah satu monitor yang mati.
Hendaknya ia berbalik, lebih dulu ia menerima todongan moncong pistol tepat di pelipisnya.
"Madam ...."
Jantungnya seolah meronta minta dikeluarkan, bahkan terasa semakin jelas tepat Kirika menempelkan moncong pistolnya. Mikhail hampir lupa bernapas seiring memandang senyum samar yang mengundang peluh dingin muncul dari pori-pori kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]
Action18+ for violence, blood, and strong language [Action, Drama, Science Fiction] Takdir ibarat seperti langit. Jika ia biru, artinya merupakan pertanda baik. Namun sebaliknya, kalau kelabu berarti pertanda buruk. Semua yang hidup mendapatkan hal serupa...