Gagak merenggut Bunga Matahari yang tercinta, menciptakan sekujur luka di dalam diri Mawar Putih selagi salah seekor dari kawanan kupu-kupu pula ikut menghilang.
Mawar Putih yang telah kehilangan terlanjur berdarah-darah, tetapi mereka yang berada di sekitarnya memilih berpaling; tak acuh.
Tapi ia tidak boleh gugur di sini.
Ratu berjiwa ksatria tidak boleh berhenti di sini.
Sementara Gagak menyaksikan Mawar Putih bangkit dengan segala kenaifan di dalam hati sambil terbahak. Namun, belum saatnya berpuas hati. Maka ia kembali bernyanyi menebarkan bulu-bulu tajam yang menimpa puluhan bunga.
Taman bunga bertambah suram. Keresahan oleh mereka yang tak berdaya mulai mengakar.
Lenyapnya Gagak sudah menjadi satu-satunya harapan untuk mendatangkan ketenangan.
Mengoyak paruhnya agar berhenti tertawa, pula mematahkan sayap yang membantu Gagak terbang tinggi membelah langit ... mampukah Mawar Putih melakukannya?
Hai, halo~. KEMBALI LAGI BERSAMA SAYA DAN KARYA YANG TIDAK MENYEHATKAN INI WUAHAHAHAHAHAHAHAH-- //heh
Senang bisa datang dengan prelude baru. Saya harap kalian akan menyukai babak ini dan saya harap saya bisa menamatkannya dengan penuh suka cita~. Sebenarnya saya masih takut, tetapi saya pikir tidak apa-apa untuk memuat prelude-nya sekarang meski tidak ada yang terlalu peduli.
Meskipun saya tahu tidak banyak orang yang menunggu kelanjutan karya ini, saya pikir tak masalah. Saya akan tetap menuliskannya. Pun, saya harus segera menuntaskannya. Fate sudah mandeg bertahun-tahun, sampai pembacanya hilang semua ahahahahahaha.
Hm, note-nya cukup? Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]
Action18+ for violence, blood, and strong language [Action, Drama, Science Fiction] Takdir ibarat seperti langit. Jika ia biru, artinya merupakan pertanda baik. Namun sebaliknya, kalau kelabu berarti pertanda buruk. Semua yang hidup mendapatkan hal serupa...