Chapter 3.6 [EX]

60 15 25
                                    

"Aku tidak menyangka lensa kontak Swan pernah berjasa dalam badan investigasi."

"Aku pun sama. Mungkin, selain karena mendiang ibu Kirika juga pernah menjadi brand ambassador, hal inilah yang membuat relasi perusahaan tetap bertahan," sahut Aoi kala jemarinya sibuk menekan tombol lift menuju lantai terbawah. "Banyak hal tak terduga yang terjadi tanpa kita tahu."

Lagi, hal melegakan ialah ketika Kirika tak banyak berkomentar setelah ia mengambil lensa kontak rombakan itu.

Hilangnya Akira sudah cukup membuat divisi robotika kelimpungan dengan menumpuknya pekerjaan, dan itu dimulai dari hal sederhana seperti merombak lensa kontak buatan perusahaan milik keluarga Stanford atas permintaan Kirika. Aoi bahkan harus mengutus seseorang dari laboratorium untuk pemantauan produktivitas Human Helper sebab ia tidak bisa meninggalkan tugas yang mendadak menjadi tujuan utamanya.

Setelah ini ia akan meminta bantuan kepada Nina untuk melakukan perancangan tangan prostetik baru. Lagi, atas permintaan Kirika dengan sedikit perancangan bantuan BM Corp.

Membayangkan perakitan panjang agaknya sudah lebih dulu membuat Aoi mengembus napas penuh keluh sepanjang yang ia bisa. Pun, kadang kala ia melakukan itu tanpa sadar di hadapan semua orang.

Termasuk Nina yang saat ini persis berdiri bersamanya di dalam lift.

"Jika kau ingin berkata aku menyesal karena telah membantunya, kau tahu apa jawabanku," celetuk Aoi seolah ia mengetahui apa yang dipikirkan empunya manik biru di sampingnya. "Hanya saja ... terkadang aku ingin kau tahu bahwa punggung Mawar Jepang itu terus kokoh. Sewaktu-waktu ia terjatuh, meskipun aku tahu aku tak sanggup, aku bersedia berdiri paling depan untuk menangkapnya.

"Sepertinya aku baru terdengar omong besar, ya." Pun, tawa canggungnya meledak. "Tapi aku mengenalnya sejak lama dan ini satu-satunya kesempatan dan caraku untuk membantu sebisaku."

"Dan kami selalu ada untukmu kapan saja," imbuh Nina. "Sebagaimana semboyan Cyclone Team yang kita ciptakan, 'Kesenangan yang satu adalah kesenangan bersama, susah yang satu adalah susah yang dirangkul bersama-sama.'"

Ucapan itu sempat dan biasanya selalu sukses menyungging senyum yang awet untuk beberapa waktu di wajah Aoi. Namun, Nina mengerti apa yang membuat senyumnya lebih cepat surut.

Seluruhnya benar-benar terjadi di luar rencana. Adam terpaksa harus bekerja sendiri dengan orang-orang laboratorium untuk membantu pelacakan, sementara Edward mengajukan diri untuk bergabung ke divisi kemiliteran untuk mempelajari bela diri dasar agar ia bisa melindungi orang-orang terdekatnya. Tinggallah Nina dan Aoi yang masih berada di lingkup kerja yang sama.

Daniel? Ialah dosa besar bagi Aoi terus menutup mata dan berkata, 'Hanya dia dan Tuhan yang tahu bahwa ia sedang baik-baik saja.' Pun, hanya pria muda itu sendiri yang mengerti apa motifnya; motif yang membawanya ke petaka bagi diri sendiri kelak.

"Dia pasti—"

"Aku harap begitu, Nina. Aku harap begitu."

Betapa terkejut ia mendengar tukasannya sendiri. Lantas aura kurang mengenakkan untuk dirasa mulai menyeruak seiring Aoi menelan ludah. Pun, lift seolah bergerak lambat tepat canggung sedang berkuasa.

Pada akhirnya lebih dulu Aoi mengalihkan pembicaraan, "Lebih baik kita berfokus mengerjakan tugas dari Madam."

"Ya." Nina sepakat. "Dua di antaranya selesai dan waktu kita menjadi lebih luang."

Justru balasan Nina sukses membuat Aoi menoleh padanya.

"Bukan karena setiap sudut gedung memiliki dinding yang mampu berbisik, tetapi ... aku tak bisa menahan diri untuk tidak penasaran terhadap apa yang sedang kau kerjakan," kata Nina. Tuturannya benar-benar lancar dan jujur. "... Maaf jika lancang."

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang