Pussy

2.8K 358 42
                                    

"Meong! Meong!"

"Aauuu!"

"Meong!"

"Aauuu!"

"Ih, Hunhun! Kita kan balu jadi empus, kenapa cualanya awu?" Jongin mendengkus pelan, mendudukkan diri. Kedua tangan mungil itu mulai membersihkan debu-debu yang menempel–tangannya ia gunakan sebagai kaki depan, seperti kucing.

"Hun maunya jadi celigala, bukan empus." Sehun ikut mendudukkan diri, menatap penuh minat pada Jongin.

"Huh! Hun dak acik!"

"Nini uga! Hun tadi cudah bilang, main jadi celigala."

"Tapi Nini maunya jadi ucing!"

"Ya cudah, Nini jadi ucing, Hun jadi celigala!" Jongin menggerakkan kaki gempalnya untuk menjauhi Sehun, merajuk tentu saja. Mereka sudah membicarakannya sebelum bermain tadi dan menurut Jongin, Sehun telah mengingkari kesepakatan. Seharusnya hari ini mereka bermain menjadi kucing, mencuri ikan dari kulkas Bibi Seo–tetangga mereka–lalu berlari bersama menghindari amukan Siena–anjing Bibi Seo, tentu saja setelah mengusik anjing itu.

"Cehun dak acik!" dengkus Jongin, memainkan bandul kalungnya yang berbentuk permata kecil, hadiah dari Sehun. Jongin memberengut ketika melihat Sehun malah terlihat asik sendiri dengan permainannya.

"Mama, hiks." Jongin berlari memeluk kaki ibunya, menangis. Dia kesal pada Sehun. "Puyang! Mau puyang!" Sedikit mengamuk, Jongin berucap.

Yuri yang tidak siap dengan tingkah Jongin merasa bingung. Tidak biasanya Jongin merajuk seperti ini ketika tengah bermain. Yuri mengusap sayang helai rambut Jongin, mengangkat tubuh gempal putranya, menciumi pipi Jongin yang sudah basah oleh air mata. "Nini kenapa, hm?"

"Mau puyang!" ucapnya mutlak.

"Sepertinya Jongin ingin tidur, aku pulang dulu, Yoona," ucap Yuri, tidak ingin Jongin lebih menangis lagi–Jongin akan terus menangis sampai keinginannya tercapai dan Yuri sedikit trauma, takut Jongin masuk rumah sakit lagi.

"Iya, tidak apa-apa." Yoona tersenyum maklum. Mengusap pipi Jongin. "Jongin lelah, ya?" tanyanya. Jongin menggeleng kasar, memeluk tubuh Yuri lebih erat, tidak ingin bertatapan dengan orang lain, apalagi disentuh.

"Maaf, ya?"

"Tidak apa."

Yuri membawa tubuh Jongin untuk pulang. Mengusap penuh sayang punggung putranya yang bergetar. Jongin sangat jarang menangis, tapi hampir selalu sulit ditenangkan ketika sudah menangis, membuat Yuri terkadang merasa ada yang salah dengan putranya.

"Mama, Nini mana?" Sehun mendekati tubuh ibunya, menarik ujung kemeja yang Yoona kenakan.

"Pulang."

"Napa?" Sehun terlihat tidak terima. Mereka sedang bermain, kenapa Jongin pulang? "Nini malah Hun?" tanyanya kemudian, mengingat bagaimana Jongin kesal karena Sehun tidak mau bermain menjadi kucing.

"Kenapa Nini harus marah sama Sehun?" Yoona balik bertanya, berjongkok untuk menyejajarkan tinggi mereka.

"Nini mau main ucing, Hun maunya celigala." Sehun menunduk, bibirnya melengkung ke bawah. Pasti Jongin kesal, pikirnya.

"Nini dak mau teman Hun?"

"Tidak, Sayang. Jongin hanya lelah, ingin tidur. Besok, Sehun minta maaf pada Jongin, ya?"

Sehun mengangguk pelan dengan mata yang menampung cairan bening berasa asin. Kedua tangannya diangkat ke atas, meminta gendong. Memahami keinginan Sehun, Yoona segera mengangkat tubuh putranya.

"Hei, jangan menangis. Nanti tidak keren lagi."

"Hun kelen!" dengkus Sehun, tidak terima.

"Kalau keren, jangan menangis."

"Dak angis lagi!" Bibir Sehun terkatup rapat, menatap tajam ke arah Yoona yang tentu saja malah terlihat lucu di mata ibunya itu.

"Sudah, sekarang Sehun juga tidur, ya? Oke?"

"Um!" Tidak ada Jongin, pasti akan membosankan jika dia harus bermain sendirian. Sehun akan menurut pada ibunya saja, daripada dikunci di luar rumah.

...

"Aku merasa ada yang salah pada Jongin, Siwon." Yuri menatap suaminya, berharap ada sedikit perhatian yang akan Siwon tunjukkan, terlebih ini tentang Jongin, satu-satunya putra mereka.

"Tidak ada yang salah." Siwon menjawab abai, lebih sibuk mengurusi berkas-berkas miliknya.

"Jongin sering mengalami perubahan suasana hati—"

"Itu wajar Yuri-ya, jangan dibesar-besarkan. Jongin masih kecil, wajar kalau suasana hatinya gampang berubah."

Yuri menggeleng tidak percaya. Bagaimana Siwon bisa sesantai itu menanggapi masalah Jongin? "Kemarin dia menangis sampai sakit. Apa itu masih wajar?" Susah payah dia menjaga intonasi agar tidak membentak Siwon. Yuri sangat kesal sekarang.

"Iya, itu wajar. Sudah, aku harus kembali ke kantor." Satu kecupan Siwon berikan pada Yuri sebelum beranjak pergi.

Hambar. Kehidupan pernikahan mereka seakan tidak ada apa-apanya sekarang. Yuri menahan isakannya, berlari menuju kamar Jongin, mendapati putranya terlelap nyenyak di atas ranjang. Yuri terisak pelan, memeluk tubuh Jongin.

"Jangan sakit ya, Sayang?" bisik Yuri, mengecup puncak kepala Jongin. "Mama tidak mau Jongie sakit." Karena membayangkannya saja sudah menyeramkan. Yuri harap, semua pemikiran buruknya hanyalah angin lalu. Jonginnya baik-baik saja. Putranya yang jahil itu pasti baik-baik saja.

"Mama tidak akan marah-marah pada Jongin lagi, tidak akan menghukum Jongin jika nakal, tapi Jongin harus janji, Jongin tidak boleh sakit. Jongin tidak boleh sakit." Isakan Yuri tidak lagi dapat ditampung. Ibu Jongin itu memeluk erat tubuh putranya, meracaukan segala doa yang tersimpan di dalam hati.

...

"Mama!" Sehun berlari memeluk kaki Donghae, mengerjapkan matanya beberapa kali pada sang ayah. "Mama!"

Donghae menghela napas pelan, mengangkat tubuh Sehun. Mengecup pipi putranya beberapa kali. "Papa, bukan Mama! Anak pintar ini," gemasnya. Sehun hanya terkikik geli, sangat suka menjahili ayahnya.

"Papa! Baekhyun tidak mau adik lagi!"

"Adik?" Sehun menatap bingung pada kakaknya. "Adik ciapa?"

"Hah? Adik siapa?" Donghae bahkan ikut bingung. "Siapa yang hamil? Mama hamil lagi?"

"Hah? Siapa yang hamil lagi?" Taehyung yang baru datang bertanya. "Papa! No adik-adik lagi! Cukup Sehun saja!" Taehyung–saudara kembar Baekhyun–memekik kesal.

"Tapi Mama tidak hamil." Yoona yang sedari tadi hanya memerhatikan ikut angkat suara. "Baekhyun, siapa yang hamil?"

"Tidak ada."

"Lalu kenapa dengan ucapanmu tadi?" Donghae menahan diri untuk tidak memakan anaknya hidup-hidup. Membuat jantungan saja.

"Baekhyun kan hanya bilang, tidak mau punya adik lagi!" Si sulung berucap kesal. Aneh, dia yang membuat masalah tapi sendirinya yang kesal.

"Hah! Ada-ada saja," keluh Donghae. Menurunkan tubuh Sehun yang memberontak, pasti karena ada Yoona. Sehun lebih suka berada di dekat Yoona dibanding Donghae, pilih kasih sekali!

"Mama! Peluk!"

"Sehun pasti mengantuk. Papa, Mama ke kamar dulu."

"Iya," balas Donghae, tersenyum simpul pada Yoona sebelum sibuk membantu si kembar mengerjakan PR.

Sehun mengalungkan tangan pada leher Yoona, menenggelamkan wajahnya di sana. "Mama, Nini malah Hun?" bisiknya, masih memikirkan pertengkaran tidak langsung mereka siang tadi.

"Tidak, Sayang. Nini hanya lelah. Nah, sekarang Sehun juga lelah karena bermain-main dengan Baek Hyung dan Tae Hyung. Sekarang, Hunnie tidur, oke?"

"Mama, peluk."

"Iya." Yoona menepuk-nepuk pelan bokong berisi Sehun, mengantarkan putranya itu menuju alam mimpi dengan iringan lagu ninabobo.

...

Chibby•√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang