"Coba bilang, Jong-In!"
"Ni—ni!"
"Bukan Nini, Sayang. Jong-In!"
"Ni—ni!"
Yuri mengembuskan napas kesal. Jongin sudah berusia lima tahun dan dia masih belum bisa melafalkan namanya sendiri. Belum lagi huruf-huruf lain yang sepertinya memang sengaja Jongin plesetkan agar tidak terdengar normal. Bukan apa-apa, Minggu depan Jongin akan masuk sekolah dan Yuri tidak ingin bayinya menjadi tertawaan calon teman-teman baru, walau itu tidak mungkin juga.
"Jongin."
"Ya?" Jongin mengangkat kepalanya, menatap sang mama dengan tatapan seperti kucing paling manis yang pernah ditemukan. Pipinya yang gembil terlihat lebih menggembung dengan roti yang baru saja dimasukkan ke mulut.
"Jongin masih cadel?" tanya Yuri. Entah kenapa, dia yakin jika Jongin mengerti maksud dari ucapannya.
"Macih. Ini dak bica biyang 's'." Jongin menampilkan deretan giginya, sama sekali tidak merasa berdosa.
"Itu tadi bisa bilang s!"
"Dak bica, Mama. Cucah." Yuri mengerutkan kening, menatap dalam pada Jongin yang sudah menunduk kembali.
"Sehun sudah mulai lancar bicaranya, Jongin tidak mau?"
"Kan Nini beyum bica. Gimana yagi? Nanti uga bica cendili."
"Nantinya itu kapan?" gumam Yuri.
Jongin sudah tidak cadel, dia bisa berbicara lancar dan Yuri tahu itu dengan baik. Entah apa alasannya, Jongin memilih untuk terlihat tetap cadel, dengan unsur kesengajaan.
"Mama! Mam!"
"Itu sedang makan roti," goda Yuri, menoel-noel pipi Jongin yang memang gembul karena sedang mengunyah roti. Nafsu makan Jongin dapat dikatakan sangat baik—jika suasana hatinya sedang baik juga.
"Mam! Mam naci, ikan, teyul, mam!" Jongin merengek, menyingkirkan jari Yuri yang masih asik menoel-noel pipinya. "Belbi yapal!" pekiknya sambil mengangkat tinggi-tinggi boneka barbie di tangan.
"Barbie lapar." Yuri mencibir pelan putranya, mengangkat tubuh Jongin ke dalam gendongan. Yuri tidak bisa menahan ibu jari dan telunjuknya untuk mencapit bibir penuh Jongin. "Barbie Jongin lapar, hm?"
"No! Nini no belbi!" pekik Jongin, tentu saja dia tidak terima dipanggil barbie. Jongin kan tampan, sedangkan boneka barbienya itu cantik, mirip Lisa. Jongin tersenyum sendiri ketika membayangkan wajah cantik Lisa.
"Mama, main lumah Lica, boyeh?"
"Boleh."
"Main mayam-mayam?" Mata Jongin berbinar, sangat berharap akan mendapat persetujuan.
"Tidak boleh."
"Napa?"
"Tidak boleh, Sayang. Sudah. Ayo duduk, Mama ambilkan makanan dulu."
Jongin mencebikkan bibir, sangat kesal karena tidak dibolehkan main di rumah Lisa sampai malam. Harusnya kan boleh, sama seperti Sehun yang menginap di rumah mereka, atau sebaliknya.
Yuri sibuk menyiapkan makanan untuk Jongin ketika Siwon datang mendekati tubuh putra mereka yang duduk di kursi bayi. Jika diperhatikan dengan baik, Jongin terlihat sangat menggemaskan dengan rambut yang sudah mulai panjang, belum lagi dengan kedua pipi gembilnya. Tatapan sayu Jongin membuatnya semakin terlihat seperti bayi menggemaskan yang butuh banyak perhatian.
"Jongin," panggil Siwon, dia sudah duduk di kursi samping Jongin, mengusap lembut surai hitam putranya. "Nini," ulangnya saat tidak mendapatkan respons berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chibby•√
Fanfiction[COMPLETE •√] Ketika dua bayi setan dipersatukan 191229 - 200509 It just absurd story, but yeah, hope u enjoy it^^