"Mama! Buka Mama! Buka! Mama!" Jongin menggedor-gedor pintu rumahnya kencang, berteriak heboh. Matanya sesekali melirik ke belakang dengan gusar.
Yuri yang membukakan pintu menatap bingung pada putranya, terlebih saat Jongin terlihat kesulitan mengatur napas. "Nini kenapa?" tanyanya, khawatir.
"Tutup pintu! Tutup cepat!" hebohnya, setelah merengsek masuk. Dia menjatuhkan tubuh ke lantai, masih berusaha keras mengatur napas.
Seingat Yuri, Jongin pergi bermain ke rumah Sungjae bersama Sehun, Jisung, dan Lucas. Lisa tidak ikut karena dia akan pergi dengan Mama Seohyun. Mereka terlihat sangat senang tadi saat pergi, dan sekarang Jongin terlihat kacau. Pasti ada yang terjadi selama di rumah Sungjae, pikir Yuri.
"Mama, gendong." Jongin mengangkat kedua tangannya. Dia lelah berlari tadi, kakinya sakit dan dadanya juga masih sesak.
Tanpa banyak berkata, Yuri menggendong tubuh Jongin. Menepuk-nepuk punggung putranya dengan lembut. Dia menciumi pipi Jongin, mencium aroma asamnya keringat. Yuri tertawa pelan, putranya sudah empat tahun, dan dia selalu merasa baru saja kemarin melahirkan Jongin. Dia menjadi penasaran sekaligus mengkhawatirkan bagaimana Jongin saat besar nanti.
"Nini tadi main apa di rumah Sungjae?" tanya Yuri, memancing Jongin untuk bercerita. Kata Changmin, mengajak Jongin mengobrol tentang temannya juga bagus untuk perkembangan.
"Ehm, apa ya? Ungjae ada ikan. Ikan kecil banak-banak. Tapi banak di rumah Paman Minmin. Nini suka rumah Ungjae. Ungjae baik sama Nini, Hunnie, Icung, dan Uke." Jongin terkikik pelan, membayangkan banyaknya ikan di rumah Sungjae tadi. Dia menyukai ikan.
"Terus, kenapa tadi lari-lari?" tanya Yuri. Dia hanya menebak sebenarnya, mengingat napas Jongin yang tidak teratur dan banyaknya keringat yang bercucur, serta caranya menggedor pintu dengan teriakan-teriakan heboh. Jongin berlari karena ketakutan, beruntung sekali Yuri tidak menemukan luka di tubuhnya tadi.
"Ehm, mama Ungjae marah."
"Marah? Kenapa?" Yuri mendudukkan Jongin di kursi bayi yang ada di ruang makan. Dia akan membuatkan susu.
"Nini pecah akuium ikan. Nini nakal, Mama." Jongin menatap berkaca-kaca ke arah Mama Yuri. Dia takut.
Yuri menarik napas panjang, berusaha menahan amarah. Dia tidak boleh emosi. "Lalu, Nini sudah minta maaf?" tanyanya. Jongin menggeleng.
"Belum, Mama. Nini takut."
"Nanti minta maaf sama Mama, ya? Nini tidak boleh lari begitu saja. Kalau salah harus meminta maaf, oke?"
"Iya, Mama." Jongin mencebik, menunduk dalam. Dia masih takut dengan mamanya Sungjae yang marah-marah tadi. Tapi, Mama Yuri juga mengajarkan, tidak boleh lari dari masalah. Jongin sebenarnya tidak terlalu mengerti maksud Mama, yang dia tangkap hanyalah harus bilang maaf kalau berbuat salah. Tapi tadi dia terlalu takut, makanya lari.
"Sudah, nanti Mama antar. Ini, Nini minum susu dulu," ucap Yuri. Memberikan botol favorit Jongin yang sudah diisi dengan susu stroberi. Jongin menerimanya dengan senang hati, meminum isi botol tadi.
Jongin melepaskan botolnya yang baru diminum sebentar itu. "Mama, puk puk," ucapnya, lalu memasukkan kembali dotnya ke mulut.
Yuri mengangkat tubuh Jongin. Napas Jongin masih belum teratur, detak jantungnya juga masih terlalu cepat. Sepertinya, Jongin sangat ketakutan tadi. Yuri menepuk-nepuk pelan punggung Jongin, menenangkan putranya itu.
Jongin yang merasa nyaman, menyandarkan kepalanya pada bahu Mama. Dia mengantuk. Susu stroberi yang enak, digendong, mencium aroma Mama, dan punggung yang dipuk-puk. Jongin tidak bisa menolak semua surga dunia yang ditawarkan. Matanya sudah sangat berat, ingin segera menyapa alam mimpi. Mama bilang, minta maafnya nanti, diantar. Jadi, tidak apa-apa 'kan kalau Jongin tidur sekarang? Dia sangat mengantuk.
"Mama, bubu," lirihnya. Dia sangat lelah setelah berlari-lari, kabur dari mamanya Sungjae tadi.
"Iya, Nini bobok saja," balas Mama. Masih menepuk-nepuk punggung Jongin penuh sayang.
...
What happens?
"Wah! Ikan banak-banak, cantik," ucap Jongin sesaat setelah memasuki rumah Sungjae. Matanya segera menangkap akuarium besar di tengah ruangan, lalu masih ada beberapa akuarium kecil lainnya. Jongin sangat suka dengan ikan warna-warni yang berenang tersebut.
"Wah! Banyak," gumam Jisung. Dia menempelkan wajahnya pada akuarium besar, menatap lebih dekat ikan berbagai ukuran tadi.
"Nini, ikan merah!" celetuk Lucas. Dia menunjuk satu ikan yang berada di akuarium kecil. Jongin mendekat ke arahnya, terlalu bersemangat sampai tidak sengaja terjatuh dan menyenggol meja tempat tiga akuarium berisi masing-masing satu ikan nila terjatuh. Suara kaca yang terbentur dengan lantai tentu saja mengagetkan anak-anak tadi. Jongin sang pelaku menatap ketakutan ikan-ikan yang menggelepar. Empat anak lainnya juga tidak bisa berkata, hanya membatu.
"Ada apa ini?" Mama Sungjae keluar dari dapur. Dia sedang menyiapkan camilan buat anak-anak tadi.
"Mama, ikan jatuh," ucap Sungaje, lirih.
Jongin berdiri ketakutan. Mamanya Sungjae terlihat galak. Dia mundur selangkah demi selangkah. Jongin takut dimarahi. Dia tidak mau dimarahi.
"Huwa! Nini jatuh. Meja jatuh. Ikan jatuh!" ucapnya, memilih untuk melarikan diri.
"Nini!" panggil Sehun.
Mama Sungjae menggeleng. "Dia pasti ketakutan. Kalian jangan dekat-dekat, banyak kacanya. Sini, pindah ke ruang bermain saja. Biar Bibi yang membereskan nanti."
Keempat anak tadi mengangguk, mengiyakan.
...
Hope u enjoy it,
See ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Chibby•√
Fanfiction[COMPLETE •√] Ketika dua bayi setan dipersatukan 191229 - 200509 It just absurd story, but yeah, hope u enjoy it^^