ABCDE

1.7K 278 67
                                    

"Mama! Nini! Hunnie mau rumah Nini!" Sehun menarik-narik ujung kaos Yoona. Mereka sedang dalam perjalanan pulang saat ini. Tangan Yoona memegang Sehun di sebelah kiri dan Jisung di sebelah kanannya. Lisa, Lucas, dan Seohyun sedang ada acara sehingga mereka tidak langsung pulang, membuat ketiganya berjalan sendirian.

Yoona menghela napasnya pelan. Mengingat peristiwa tadi, dia tidak yakin jika Yuri dan Jongin sudah pulang saat ini. "Nanti, ya, setelah ganti baju dan makan." Yoona bernapas lega ketika Sehun setuju dengan idenya.

"Main cama Nini? Icung ikut!" Jisung menarik-narik jari Yoona yang digenggam, mencari perhatian dari bibinya itu.

"Iya, nanti setelah ganti baju dan makan siang."

"Ote!" Jisung menampilkan deretan giginya, tersenyum lebar.

"Anak pintar," puji Yoona.

"Hun?"

"Sehun juga, Sehun anak pintar." Sampai membuat Mama sering kesulitan, imbuh Yoona di dalam hati.

Yoona menatap jalanan yang tidak terlalu ramai. Rasanya memang sangat berbeda saat tidak ada Jongin di antara mereka. Anak itu bahkan sering tidur memeluk Yoona ketika datang menginap. Yoona rasa, keberadaan Jongin sudah hampir mirip dengan Sehun. Dia menyayangi anak itu tanpa memerlukan syarat.

Ia kembali menghela napas pelan, menatap pagar rumah keluarga Kim yang baru saja dilewatinya. Dalam hati Yoona berbisik, sehat selalu Nini.

Yoona membawa Sehun dan Jisung untuk masuk ke rumah. Membantu kedua bayi itu mengganti baju lalu menyiapkan makan siang untuk mereka.

...

Jongin mengerjapkan matanya imut, menatap Sehun dan Jisung yang kini sudah berdiri di hadapan. Dia menggenggam erat tangan Yuri, mendongak untuk mendapati sang ibu yang ternyata juga tengah menatap ke arahnya. Jongin kembali mengerjap, mengulurkan tangan kirinya untuk menerima coklat permintaan maaf dari Sehun.

"Nini maaf Hun?" tanya Sehun, menatap sahabatnya penuh harap. Jongin mengangguk ragu, dia masih kesal dengan Sehun, tapi Yuri sudah memberitahunya tadi. Jongin tidak boleh memiliki sifat pendendam, nanti Sehun main sama yang lain terus. Jongin tidak suka melihat Sehun mengabaikannya seperti tadi, jadi dia akan menjadi anak manis yang memaafkan teman. "Makasih. Hun janji, Hun main sama Nini, dak pergi-pergi, terus lupa Nini."

Jongin menatap Sehun dengan wajah cerahnya. Dia suka saat Sehun berjanji, karena Sehun jarang sekali membohonginya. Jika sudah berjanji, Sehun berarti sungguh-sungguh dengan kalimatnya. "Janji?"

"Um! Janji!"

"Hun boyeh main cama meyeka, ajak Nini."

"Ote, nanti Hun ajak Nini." Jongin tersenyum lebar mendengar kalimat tersebut.

"Nini! Icung juga. Ini buat Nini. Maaf Icung, ya?" Anak itu memberikan sekotak stroberi yang diambilnya dari kulkas keluarga Oh—setelah meminta pada Yoona tentu saja—pada Jongin. "Maaf, ya?" Jisung menyerahkan paksa kotak tadi, lalu memeluk Jongin dengan erat. Mengalungkan kedua tangannya pada leher Jongin.

"Iihh, Icung! Napa peluk-peluk?" decak Sehun, mencoba memisahkan tubuh keduanya.

"Icung kan minta maaf!" dalih bayi itu, melepaskan diri dengan tidak terima. Matanya menatap kesal pada Sehun. Sepupunya tidak asik.

"Nini, sekolah besok?"

"Mama?" Jongin menatap penuh harap pada Yuri. Sehun dan Jisung sudah meminta maaf, itu artinya dia tidak akan kesepian jika pergi ke sekolah. Tapi, Yuri sudah memberitahunya tadi, dia tidak akan sekolah untuk tiga hari ke depan. Jongin tidak mengerti, ibunya kadang aneh. Padahal, dulu Yuri yang mengatakan jika sekolah itu menyenangkan, kenapa sekarang Yuri menyuruhnya untuk bolos?

"Maaf, Hunnie, Icung. Nini besok tidak sekolah dulu." Yuri berbicara dengan lembut.

"Napa?" Dua bayi lainnya memekik tidak terima.

"Anak kecil tidak perlu tahu," kekeh Yuri.

"Hun sudah besar, Mama kasih tahu Hun!" Jisung menunjuk pada sepupunya itu. Sehun sering mengatakan jika Jisung masih kecil, itu artinya Sehun sudah besar, 'kan? Kalau Sehun diberitahu, nanti Jisung bisa tanya padanya. Ide bagus.

"Tidak. Kalian bermain saja, bagaimana?" tawar Yuri.

Sehun dan Jisung memberengut tidak suka. Mereka belum dapat jawaban, kenapa dialihkan? Orang dewasa itu menyebalkan.

"Main apa? Main belbi mau?" Jongin sudah bertanya lebih dulu. Dia bosan karena seharian hanya berada di ruangan putih dengan Changmin. Jongin tidak suka berada di sana, menyebalkan karena Changmin banyak tanya padahal dia tidak ingin menjawab.

Sekarang, Jongin maunya bermain dengan Sehun dan Jisung. Dia hanya ingin bermain dengan Sehun saja, tapi tidak masalah kalau Jisung diajak.

...

"Paman Mimin kacih, ini beluang, hehe." Jongin menunjukkan pin miliknya, tersenyum lebar.

"Icung pinjam boleh?"

"Boleh. Nini ada dua yagi, hehe. Catu Hun, catu Icung. Ini."

"Waahh! Bagus!" Jisung mengangkat kedua jempolnya, mengarahkan pada Jongin, tersenyum senang melihat pin yang sudah menempel di bagian dadanya.

"Makasih, Nini." Sehun menatap kagum pin yang sudah Jongin tempelkan padanya. Jongin sangat baik, suka berbagi.

"Mau main apa? Nini bocan. Tadi cama Paman Mimin caja, dak da teman." Bibirnya mengerucut, menatap Sehun dengan mata membola, mencoba meyakinkan.

"Main rumah Hun? Mama buat kue. Ayo nakal Mama," ajak Sehun, berbisik untuk kalimat terakhirnya.

Jongin mengangguk setuju. "Ayo!" ucapnya penuh semangat.

"Mama! Nini lumah Hun!" Suara cempreng Jongin menggema, padahal Yuri sedang duduk di dekat mereka tadi.

"Oke," balas Yuri.

Sehun dan Jisung mengapit tubuh Jongin. Yuri memerhatikan ketiganya dengan raut gemas sekaligus miris. Di tengah tawa itu, ada putranya yang tersakiti. Jonginnya.

Tawa ketiganya terdengar seperti obat paling ampuh, tapi menjadi penyakit mematikan di saat yang sama. Yuri menghela napas pelan. Changmin bilang dia hanya perlu bersabar dalam menghadapi Jongin, membantu putranya pelan-pelan dan semua akan baik-baik saja untuk bayinya. Jongin akan baik-baik saja.

...

TBC

Chibby•√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang