Catu

3.4K 396 21
                                    

"Dak boyeh, Nini! Tadi Hun liat dulu! Ini Hun punya!"

"Tapi Nini yang mau dulu! Hun ikut-ikut caja tadi! Ini Nini punya!"

"Dak boyeh!" Sehun memekik kencang, menarik kasar boneka dinosaurus yang berada dalam pelukan Jongin. "Ini Hun punya!"

"Cidak! Ini Nini punya!" Jongin balas memekik, tidak mau mengalah pada Sehun.

"Huwa! Ini Hun punya!" Pegangan Sehun terlepas. Boneka berwarna hijau tadi benar-benar berada dalam dekapan Jongin kini.

Melihat Sehun yang kini bergeloseran di lantai, Jongin merasakan sesak pada dadanya. Bibir anak itu melengkung ke bawah, menjatuhkan boneka yang menjadi rebutan mereka. Hidungnya memerah dengan sudut mata yang juga berair kini.

"Huwa!" Jongin menangis lebih kencang dari Sehun.

"Wah, dramanya sudah dimulai." Yuri berkomentar pelan sambil menyendok es krim yang Yoona bawa.

"Sepertinya ini akan sedikit lama. Untung aku membeli banyak camilan tadi."

"Yah, kau benar." Tidak ada yang terlihat cemas dengan perlakuan kedua bayi itu. Mereka sudah terlalu terbiasa dengan drama Sehun dan Jongin. Akan lebih parah jadinya jika berusaha melerai pertengkaran hebat ala bayi-bayi dengan pikiran terlalu luar biasa itu.

"Mau ke mana lagi setelah ini?" Yoona menatap penuh minat pada Yuri. Sudah lama sejak keduanya keluar bersama-dengan Sehun dan Jongin yang mengekor tentunya. Berada di rumah itu menyebalkan, apalagi jika para suami juga bertingkah kekanakan. Huft, rasanya seperti mengasuh dua bayi saja. Ah, Yoona memang memiliki lebih dari satu anak, tiga orang lebih tepatnya. Dua anak kembar dan Sehun yang menjadi ekor terakhir-semoga saja terakhir, karena Yoona meskipun gemas, capek sendiri jika diharuskan memiliki anak dengan pola pikir seperti Sehun lagi.

Entah bagaimana, Sehun dan Jongin bisa berbagi otak. Mungkin, keduanya berada dalam antrean yang sama saat pembagian sel otak. Ah, lupakan Yoona dan pemikirannya yang kelewat jauh.

"Bagaimana kalau ke salon?"

"Oh, kalau kau ingin melihat Sehun atau Jongin memotong rambut mereka sendiri, lalu menangis berhari-hari. Baiklah."

"Well, itu lebih baik dibanding melihat keduanya menjahili pelanggan lain." Lalu keduanya bergidik ngeri sendiri dengan bayangan masa lalu. "Baiklah, salon bukan tujuan yang baik. Aku menyerah." Yuri menggeleng pelan.

"Belanja saja yang puas. Buat apa Donghae dan Siwon bekerja keras kalau bukan untuk kita peras?"

"Ah, kau benar juga."

Yoona mengalihkan pandang saat merasakan ada tarikan pada ujung dress yang ia kenakan. Sehun dan mata sembabnya menjadi pemandangan yang netra ibu muda itu tangkap. "Sudah puas menangisnya?"

"Udah."

"Tidak ingin berebut boneka lagi?" Sehun memberengut kesal.

"Ndak!" ketusnya. "Mau es klim caja! Ayo beli es klim!" rengeknya kemudian.

"Tadi sudah beli es krim. Jadi, no!"

Bibir Sehun mengerucut kesal. Dia tidak ingin menangis lagi karena Jongin juga sudah tidak menangis. Tidak keren kalau banyak menangis, apalagi ini di depan partner in crime-nya. Sehun hanya akan menangis jika sedang menjalankan misi dengan Jongin.

"Ya cudah. Ayo beli pelmen!" ajak Sehun. "Nini pelmen uga?" Bertanya pada Jongin yang memeluk boneka dinosaurus dengan kepala yang mengintip dari baliknya. Jongin mengangguk pelan, mengiyakan pertanyaan Sehun.

Hei, mereka tidak benar-benar bertengkar tadi. Yoona dan Yuri bahkan sudah hafal di luar kepala bagaimana kedua bayi itu berubah menyebalkan saat disatukan. Benar-benar kenakalan di luar nalar yang dapat orang lain pikirkan.

"Nah! Ayo beli pelmen!" ajak Sehun.

"Baiklah, baiklah. Biarkan Mama membayar semuanya dulu." Yoona memilih untuk mengalah, daripada Sehun menampilkan drama terburuknya.

"Kenapa tidak sekalian beli permen di sini?" Yuri menaikkan sebelah alis, menatap bingung pada temannya.

"Tidak ada permen beruang di sini, aku sudah mengeceknya tadi."

"Ah," gumam Yuri.

Sehun dan Jongin saling pandang, cekikikan tanpa suara. Drama lain siap dimulai.

...

"Ya Tuhan! Apalagi ini?" keluh Yoona dan Yuri bersamaan saat menyadari bayi-bayi mereka memang keterlaluan jauh pola pikirnya.

"Kapan kalian memasukkan permen-permen itu? Astaga!" Yoona memekik pelan.

"Aku malu sekali," keluh Yuri. Bagaimana tidak, mereka berbelanja di supermarket milik mantan pacarnya. Poor Yuri.

...

Chibby•√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang