"Nini! Peluk! Peluk!" Lisa berlari kecil menghampiri tubuh Jongin yang baru saja melangkahkan kaki keluar gerbang tinggi rumahnya. Jongin tidak sendiri, ada dua bayi mungil yang sudah segar karena mereka memang baru saja mandi.
"Licaaa!" Jongin memekik gemas, membalas pelukan Lisa tidak kalah erat, mengabaikan tatapan mengintimidasi dari dua bayi lainnya. Sehun mendengkus pelan, jika berada di dekat Lisa, Jongin suka lupa segalanya. Jisung? Jangan ditanya. Bayi itu bahkan melipat kedua tangan di depan dada, dia tidak suka teman barunya dekat dengan orang lain, dengan Sehun saja dia tidak mau berbagi—tidak sadar diri, padahal dia yang orang baru dalam hubungan pertemanan dengan Jongin.
"Lica puyang kapan?" tanya Jongin, pelukan keduanya sudah terlepas. Sehun segera berdiri di samping kanan Jongin, memeluk erat lengan sahabatnya dengan kedua tangan, begitu juga dengan Jisung yang melakukannya pada lengan kiri Jongin.
"Tadi." Jongin mengangguk pelan mendengar jawaban bayi perempuan yang diam-diam disukainya itu. "Ini ciapa? Lucu, hehe." Tangan mungil Lisa menyentuh pipi Jisung, menampilkan senyuman manisnya karena melihat teman baru. Lisa menyukai siapa saja yang bisa dekat dengan Jongin—tapi, sepertinya siapa saja mendadak membenci Lisa karena bisa dekat dengan Jongin.
"Ini Icung, cepupu Cehun."
"Halo Icung! Aku Lica." Bayi manis itu sama sekali tidak menghilangkan senyuman ketika Jisung bahkan tidak mau membalas sapaannya. Tidak apa. Siapa pun yang dekat dengan Jongin memang agak sulit untuk Lisa dekati, bukan sesuatu yang baru lagi.
"Lica main baleng, mau? Nini ambil oneka duyu, mau?"
"Dak ucah, main cama oneka Lica aja. Di lumah Lica banyak oneka uga."
"Ote." Jongin melepas paksa tangan Sehun dan Jisung, berjalan mengekori Lisa di belakang.
"Ih, Lica nakal!" Jisung mencebikkan bibir, sama sekali tidak kagum dengan Lisa yang menurut Jongin sangat cantik. Mereka sempat membahas tentang Lisa saat mandi tadi, dan Jongin sama sekali tidak mau mengganti topik pembicaraan, bahkan ketika Jisung mencoba membahas boneka-boneka lucu milik Jongin.
"Iya, nakal. Dak cuka!" Sehun membenarkan. Menatap kesal pada punggung dua bayi yang semakin menjauh. "Ayo lumah Lica."
"Napain?"
"Nakal-nakal," bisik Sehun. Jisung membolakan matanya, menatap sang sepupu tidak percaya. Sehun memang hampir tidak pernah berbuat nakal tanpa Jongin, tapi itu bukan berarti dia tidak bisa melakukannya. Dia bisa dan sepertinya ada yang mendukung kenakalan Sehun.
"Ayo nakal-nakal. Dak cuka Lica main cama Nini." Jisung ikut tersenyum nakal, menarik lengan Sehun agar segera mengikuti langkah dua bayi yang sudah lebih dulu masuk ke halaman rumah keluarga Lisa.
...
"Iihh, Icung pinjam! Pinjam!" Jisung merebut paksa boneka kodok hijau dengan mata besar yang Lisa bawa.
"Tadi kan cudah ambil oneka kiki, napa ambil koko?" Lisa mencebik kesal, melepaskan boneka kodok hijaunya untuk dipeluk Jisung. Belum ada lima menit sejak bayi itu merebut boneka berbentuk coklat batangan miliknya dan sekarang dia sudah mengambil boneka lain milik Lisa.
"Icung dak boyeh nakal." Jongin mendesah pelan, kesal juga dengan cara Jisung. Jika itu Jongin, mungkin dia masih bisa maklum. Tapi, ini Lisa. Jelas Jongin tidak suka cara Jisung meminjam mainan. Terlalu kasar menurutnya.
"Icung kan pinjam." Jisung menjawab tak acuh, dia bahkan sengaja mengabaikan Jongin yang berkacak pinggang sambil menatap garang. Biar saja. Jisung ingin membuat Lisa kesal dan berakhir dengan Jongin yang membawanya untuk pulang. Yah, itu rencana awalnya.
"Dak papa Nini, Lica ada banyak oneka."
"Huh! Icung nakal. Lica kecal?"
"Kecal? Kecal apa?" Lisa mengerjapkan matanya, membuat Jongin gemas saja.
"Kecal, malah, dak cuka." Bayi perempuan itu mengangguk paham, terkikik geli. Dia tidak marah pada Jisung, meski cara anak itu terlalu kasar. Menurut Lisa, Jisung justru menggemaskan. Baru pertama kali ini dia bertemu teman kasar seperti Jisung. Rasanya seperti saat menghadapi sepupu menyebalkannya yang mungkin sore nanti akan datang.
"No. Lica dak kecal, kan ada Nini." Entah mengapa, Jongin sangat senang mendengar kalimat dari Lisa. Seperti tengah mendapatkan pujian paling hebat saja rasanya.
"Nah, Nini duduk dulu. Lica minta minum ke bibi."
"Ote," balas Jongin pendek, tersenyum manis. Sebelum benar-benar pergi, Lisa menyempatkan diri untuk memeluk tubuh Jongin dan meninggalkan kecupan di pipi gembil teman menggemaskannya tersebut.
"Hehe, Lica lindu Nini," ucapnya sebelum pergi untuk meminta minum pada pembantu di rumahnya.
Jongin meraba pipi, menampilkan senyuman yang lebih lebar dari sebelumnya. Sehun berdiri dari duduk, menghampiri Jongin dengan wajah cemberut. "Napa Lica tiyum-tiyum? Kan dak boleh!" Dia memekik tidak terima.
"Napa dak boyeh?"
"Iihh! Dak boleh!" Sehun menggeram kesal, memegang pipi Jongin dengan kedua tangannya. Tanpa diminta, Sehun mencium bagian tempat Lisa mengecup Jongin tadi, berkali-kali.
"Icung ikut!" Jisung memekik heboh.
Jongin? Jangan ditanya. Bayi itu hanya bisa pasrah saja melihat kedua temannya yang malah berebut untuk menciumi pipi Jongin. Kalau bukan teman, jangan tanyakan keadaan dua bayi itu pada Jongin.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Chibby•√
Fanfiction[COMPLETE •√] Ketika dua bayi setan dipersatukan 191229 - 200509 It just absurd story, but yeah, hope u enjoy it^^