Maniak (2)

1.9K 302 104
                                    

Masalah perayaman berakhir dengan baik meskipun sempat ada recok antara Jisung dan Sehun, tentang siapa yang lebih pantas berteman dengan Jongin. Mereka sempat saling mendiami beberapa saat, persis seperti dua orang yang merebutkan pacar. Jongin itu ibarat narkoba, sekali berteman dengannya pasti akan menimbulkan candu. Sangat sulit membenci Jongin, meskipun dia sering bersikap seenaknya. Seperti saat ini, baik Sehun ataupun Jisung tidak ada yang bisa menolak ketika Jongin meminta untuk bermain rumah-rumahan, dengan kedua temannya itu yang menjadi bayi Jongin.


"Nah, Icung minum cucu duyu. Minum, minum!" Jongin menepuk-nepuk punggung temannya, memberikan botol dot berisi susu coklat yang telah Yuri siapkan untuk mereka, atas permintaan Jongin tentu saja.

"Papa! Hunnie cucu!" Sehun terlihat tidak terima, menarik-narik kaos yang Jongin kenakan, memberikan tatapan cemberut. Kenapa harus Jisung yang diberi dulu?

"Bental, Hunnie. Icung duyu, Icung kan lebih kecil dali Hunnie." Jongin menjawab tegas, bahkan berani memukul lengan Sehun yang masih menarik kasar ujung kaosnya. "Nah, Icung duduk duyu, ya? Papa mau ambil cucu buat Hunnie." Jongin berlari kecil menuju meja, mengambil dua dot lainnya.

"Hunnie, ini minum." Tangan Jongin terulur, memberikan susu putih untuk Sehun dan memasukkan dot berisi susu coklat untuknya sendiri. Sehun tidak suka susu coklat, berbeda dari Jisung dan Jongin. Mereka duduk bersama menghadap jalanan, bermain peran ternyata melelahkan juga.

Jongin melirik pada Jisung yang terlihat tenang saat menikmati susunya, tangan kanan Jongin terangkat dengan tangan kiri yang kini memegangi dotnya, menepuk-nepuk pelan kepala Jisung. "Bayi pintal," ucapnya, persis saat Donghae memuji Sehun. Jongin suka melihat keluarga sahabatnya itu. Yoona yang menyayangi semua orang dan Donghae yang hampir tidak pernah berteriak pada keluarganya-Jongin belum pernah melihat papa Sehun marah-marah saat di rumah.

"Papa pintal!" Jongin menoleh pada Sehun yang baru saja melakukan hal yang sama padanya, senyuman lebar menghiasi wajah manis bayi mungil itu. "Papa, bobok boyeh?" tanya Sehun, menarik lagi tangannya dari kepala Jongin.

"Nanti, ini macih pagi, halus mandi, telus main duyu."

"Papa, Icung mau main oneka beluang. Papa ada banyak, pinjam boleh?"

"Boyeh, kan pinjam." Jongin menjawab santai. Dia suka dipanggil papa oleh dua teman setannya itu, seakan Jongin menjadi orang paling berkuasa saja. "Acal jangan ambil pakca, Papa dak cuka!" Jongin mendengkus pelan, teringat lagi dengan pertemuan pertamanya dan Jisung. Menyebalkan. Tapi semuanya seperti terbayar sekarang, Jisung teman yang baik, Jongin jadi suka.

"Ote," balas Jisung, menampilkan deretan giginya yang terlihat putih bersih.

"Papa!" Sehun merengek, menarik-narik lengan Jongin.

"Apa Hunnie?"

"Puk-puk. Papa puk-puk Icung tadi, Hunnie belum." Jongin tertawa kecil, melakukan apa yang Sehun minta. Menggemaskan sekali melihat interaksi bayi-bayi mungil tersebut. Yuri bahkan diam-diam mengambil video ketiganya, untuk memori ketika mereka sudah dewasa nanti. Ah, pasti akan menyenangkan saat mengejek Sehun, Jongin, juga Jisung ketika sudah dewasa.

"Cucu dah abis. Ayo didi." Kedua bayi lainnya mengikuti langkah Jongin tanpa banyak membantah. Seharusnya mereka mandi sebelum sarapan tadi, tapi karena Jisung yang kelaparan, jadilah mereka makan dulu. Ketiganya berjalan beriringan dengan Jongin yang berada di tengah, kedua tangan Jongin masing-masing dipegang Sehun dan Jisung.

...

TBC

...

Bonus (1)

"Nini, Nini." Sehun berbisik, memanggil Jongin yang tidur menghadap Jisung.

"Apa, Hunnie?" Menjawab Sehun, Jongin berbalik, menatap tepat pada manik sahabatnya.

"Nini banyak bicala lagi, Hunhun cuka." Sehun tersenyum manis, memeluk erat tubuh Jongin. "No bicu-bicu lagi, ya?" pintanya, sedikit memelas.

"Hehe, ote." Jongin membalas pendek, memeluk tubuh Sehun. Jisung yang sudah tidur sejak tadi bergerak gelisah, lalu kembali tenang setelah memeluk tubuh Jongin.

"Ish! Icung ganggu!" kesal Sehun, ingin sekali dia menendang tubuh sang sepupu jauh-jauh.

...

Bonus (2)

"Lica ciapa?" Jisung memiringkan kepalanya, menatap penuh minat pada Sehun dan Jongin. Jongin sudah lebih tenang sekarang, meski masih sedikit sesenggukan.

"Lica, cayon pacal Nini!"

"Pacal? Pacal apa?" tanya Jisung lagi. Well, otak Jisung belum sepenuhnya terkontaminasi oleh bisikan setan bernama Donghae.

"Pacal, yang cuka cama cuka itu lho. Iihh, Icung macih bayi cih, makanya dak tau!" gemas Sehun.

"Oohh, kayak Cehun, Nini, ama Icung, ya? Cuka cama cuka? Kita pacalan?"

Siwon yang sedari tadi diam akhirnya bernapas lelah. Bayi-bayi di hadapannya itu sangat menyeramkan. Mereka terlalu kecil untuk membahas tentang percintaan.

Dari sudut matanya, Siwon dapat melihat jelas bagaimana gelagat Jongin yang mencoba menghindarinya. Dia banyak salah pada putra kecilnya itu.

"Ni-"

"Ayo tidul, cudah mayam ini!" ajak Jongin, menarik paksa tangan Sehun dan Jisung untuk dibawa ke kamarnya. Siwon kembali menghela napas pelan, dia diacuhkan oleh bayi mungilnya sendiri.

...

Chibby•√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang