Chapter 4 : Shining Light

1.4K 187 15
                                    

Jennie mengobrol dengan orangtua Taehyung. Sementara Taehyung hanya mendengarkan walaupun tidak paham apa yang mereka bicarakan.

Pria itu menyesap teh beraroma Melati dihadapan nya, mencoba memahami frasa yang dibicarakan oleh dua wanita yang berbeda jauh dalam umur itu.

Sejenak ia menenangkan pikiran nya dengan menyandarkan kepala nya di sofa berbahan Oscar yang dingin dan nyaman.

Sekelebat bayangan seorang gadis masuk ke dalam otak Taehyung disaat hati nya tenang. Gadis itu nampak tersenyum memperlihatkan gigi-gigi nya yang rapi tertata di gusi-gusi cantik nya.

Taehyung tersenyum sendiri dalam diam tanpa seorang pun menyadari nya. Gadis itu membuat nya tenang walaupun hanya dalam pikiran nya saja.

Dialah Minatozaki Sana, gadis Jepang yang bertemu dengan nya karena ketidak sengajaan pagi tadi. Sungguh membuat Taehyung selalu memikirkan nya tanpa alasan.

Baru saja ia mendapat ketenangan tapi sebuah kalimat membuat mood nya kembali dipacu untuk menggebu-gebu.

"Jadi apakah kalian sudah merencanakan pernikahan?" ucapan wanita tua itu benar-benar membuat Taehyung terkejut dan level amarah nya naik hanya dalam satu kejapan mata.

"Mwo?!! " Taehyung membelalak tak percaya, ucapan tiba-tiba dari ibu nya benar-benar membuat nya terkejut.

Seusai obrolan basa-basi sejak tadi, kini giliran omong kosong yang keluar dari mulut wanita yang melahirkan nya itu.

"Eomma! Kita bahkan tak berfikir hingga ke jenjang itu!" Taehyung tak setuju, apa-apaan ini? Dia bahkan tidak mencintai Jennie.

"Aku sudah memikirkan itu kok, Tae. " dan Taehyung semakin geram saat Jennie mulai melontarkan kalimat yang tak ingin ia dengar seumur hidup nya.

"Bagus Jennie, awal yang bagus. " puji tuan Kim membuat Taehyung semakin memanas. Jika saja dia bukan anak keluarga terhormat, mungkin saja ia akan mengobrak-abrik seisi rumah dengan tangan nya sendiri.

"Taehyung, kau sudah dewasa. Tidakkah kau berfikir bahwa menikah itu penting? Kau harus memberikan keruran Kim masa depan. Maka dapatkan lah pendamping berkelas seperti jennie"

"Tapi tidak dengan dia juga! " Taehyung menatap tak suka, hal itu membuat Jennie cukup sakit hati.

"Kenapa? Bukankah kalian itu sepasang kekasih? Harus nya kalian saling mencintai!" tanya nyonya Kim heran.

"Aish... Menyebalkan! " Taehyung beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan keluar dan menunggangi kuda besi nya menuju suatu tempat.

"Taehyung-ah..."

*

*

Taehyung menghirup segar udara malam di sebuah taman yang tak jauh dari kantor nya. Aroma harum bunga-bunga yang berjatuhan karena angin malam, menambah nyaman suasana bangku taman yang hanya diduduki oleh satu insan itu.

"Taehyung-ssi? " suara tak asing itu berhasil menerobos pendengaran Taehyung, lantas membuat pria beraroma maskulin itu menengok ke arah suara itu terdengar.

"Sana? Kenapa kau disini? " tanya Taehyung melihat gadis yang rambut nya dikuncir ke belakang itu. Leher jenjang nya nampak terlihat jelas saat inu, menambah aura kencatikan gadis campuran Jepang-Korea itu semakin cantik.

"Aku baru saja pulang dari rumah teman ku." jawab Sana dengan hati-hati duduk di sebelah Taehyung. Pria itu menggeser tubuhnya memberikan ruang lebih kepada gadis cidera itu.

"Apa kakimu sudah baik-baik saja? " tanya Taehyung memperhatikan kaki yang masih terbungkus oleh kain putih berongga itu.

"Ne, sudah lebih baik... Ini semua karena mu. Aku benar-benar berterima kasih. " Sana menunduk tersenyum berterima kasih pada pria yang mood kembali baik itu.

"Sudah berapa kali kau berterimakasih padaku? Itu bukan apa-apa, itu adalah tanggung jawab ku."

Sana mengangguk pelan lalu memejamkan matanya, merasakan segar nya angin malam bercampur aroma bunga-bunga di musim semi yang membuat hati menjadi tenang.

"Apa kau menyukai musim semi? " tanya Taehyung tertarik jika Sana menjawabnya.

Sana menoleh kepada Taehyung. "Eung, ini adalah musim favoritku. Jikalau tuhan mengabulkan permohonan ku, aku ingin menemukan seorang pangeran yang akan mencintai dan melindungi ku di musim penuh kebahagiaan ini. Aku masih menunggu orang itu, ini adalah impian keduaku sejak kecil." tanpa sadar, Sana menceritakan segala keinginan awam nya.

Taehyung tersenyum geli mendengar nya, gadis ini lucu sekali. Dia pandai berbicara dan bisa tidak terduga dalam berbagai hal.

"Kau ini lucu sekali ya... " Taehyung berkomentar dengan senyum kotak nya yang membuat siapapun berdebar termasuk gadis keturunan Jepang di hadapannya.

"Aku selalu senang mendengar anak-anak kecil bercerita tentang mimpinya padaku. Dan kau persis sekali dengan mereka. "

Pipi Sana merona, ia mencoba mencari alasan untuk mengganti topik pembicaraan nya. "Kalau kau? Musim apa yang kau sukai?"

"Um... Aku suka musim dingin. " jawab Taehyung antusias.

"Musim dingin? Kenapa kau menyukainya? Bukankah dingin itu tidak nyaman?" tanya Sana penasaran. Walaupun sejujurnya, ia juga menyukai hari-hari salju itu.

"Entahlah... Tapi musim itu benar-benar yang terbaik. Musim itu mengingatkan ku pada kakak ku, ia selalu bilang di musim dingin kita bisa membuat suatu permohonan terkabul." Taehyung tersenyum sendu menatap langit bertabur Bintang yang cahaya nya jauh lebih terang daripada manik gelap miliknya.

"Wah... Jinjjayo? Apa kau pernah mencobanya?" mata Sana berbinar.

"Aku selalu melakukan nya setiap salju pertama jatuh."

"Apa permohonan mu dikabulkan? " Sana penasaran jika itu benar-benar terkabul, ia ingin mencobanya di tahun ini.

"Tidak, karena permohonan ku terlalu mustahil untuk dikabulkan. " Taehyung menggeleng menatap gadis penasaran itu.

"Memang nya apa permohonan mu? "

"Aku selalu meminta agar kakak ku kembali."

"Kemana kakak mu? Apa dia pergi ke luar negeri?" tanya Sana mencoba mencari tahu.

"Dia sudah menjadi salah satu dari bintang-bintang itu." Taehyung menunjuk langit, Sana mengerti apa maksudnya dan itu membuat nya merasa bersalah karena bertanya. "Taehyung, mian... "

"Gwaenchana, aku mengerti kalau kau belum mengenal sepenuhnya tentang diriku." Taehyung tersenyum dengan sangat manis hingga menutupi rasa sedih dan rindu nya pada sosok kakak yang selalu membuat nya ingat untuk bahagia.

"Kuharap kakakmu dan ayahku bertetangga di langit. Mungkin mereka bisa saling bekerjasama untuk memperindah dinding luas tanpa batas di atas sana. "

"Sana? Ayahmu? " Taehyung kehilangan senyuman setelah Sana mengucapkan beberapa kata yang disusun rapih dari mulutnya itu.

"Ne, kau benar. Dia sudah tidak ada. Ayah selalu berpesan, supaya aku selalu bahagia dalam kondisi apapun. "

Ternyata mereka sama, hanya saja mereka yang terlambat mengetahui nya. Mereka sama-sama kehilangan orang penting di dalam hidup mereka. Rasanya sangat sesak, apalagi mereka terbebani oleh kalimat bahagia yang terngiang-ngiang jelas di dalam pikiran mereka.

"Sana kau tahu, kehadiran mu membuatku merasakan apa yang selalu kakak ku katakan padaku. " Taehyung menatap dalam manik coklat terang gadis Ayu itu.

"Apa itu? "

"Bahagia. "











Tbc!. (LOVE IT)

Spring Day [TaeSana] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang