"Yak Kim Jennie! Kau sudah keterlaluan!" bentak Taehyung pada wanita yang memeluk eomma nya itu ketakutan.
"Taehyung! Jangan marah-marah, ini sudah malam." larang nyonya Kim sambil mengelus punggung gadis yang memeluk nya itu.
"Apa pentingnya waktu ketika situasi sangat tidak memungkinkan?! Dia sudah keterlaluan eomma! Berani-beraninya kau memfitnah Sana didepan banyak orang! Jika bukan karena Sana, mungkin aku sudah menuntutmu karena pelecehan nama baik." Taehyung menatap sangar kearah Jennie yang sudah menangis saat ini.
"Taehyung! Hentikan! Kau menyakitinya! Lihatlah dia menangis!" Nyonya Kim mencoba menghentikan Taehyung.
"Dia mati pun aku tak peduli! Air mata palsunya tidak akan bisa membayar air mata berharga seseorang yang tersakiti olehnya! Kuperingatkan kepadamu! Jika kau mencoba menyakiti Sana lagi, aku bersumpah akan menghabisimu! Ingat itu baik-baik!" Taehyung berjalan dengan penuh amarah menuju kamarnya.
"Eomoni..." Jennie semakin mengeratkan pelukannya pada Nyonya Kim. Melampiaskan semua air matanya pada pakaian nyonya Kim.
"Gwaenchana... Aku akan berbicara padanya nanti."
*
"Ah... Hari ini benar-benar melelahkan." Taehyung memijat keningnya. Tadi ia terpaksa menyuruh Bogum menggantikan tugasnya karena ia menunggu cukup lama di kantor polisi untuk mengajukan surat pembatalan penyitaan fasilitas. Surat itu akan diproses selama 1 minggu, dan itu cukup membuat Taehyung kesal. Setelah menunggu berjam-jam, ia langsung menuju ke rumah Sana dan kembali dibuat menunggu selama 3 jam hingga tertidur.
Belum lagi perasaan bencinya kepada Kim Jennie yang semakin bertambah. Dan sepertinya ia menderita insomnia karena terlalu banyak pikiran sekarang.
Sangat berat baginya ketika ia sudah terlalu mencintai Sana. Ibunya tidak merestui dan Kim Jennie yang selalu berusaha menghancurkan hubungan mereka.
Kini ia percaya bahwa Cinta itu memang butuh perjuangan.
*
*
Seperti biasanya Sana selalu bangun pagi untuk bekerja. Namun di tempat yang berbeda. Dan karena kejadian semalam, ia jadi merindukan Taehyung. Ia benar-benar merasa bersalah pada pria yang dicintainya itu.
"Eomma, aku berangkat dulu ya." izin nya pada wanita paruh baya yang tengah memasak di dapur itu.
"Ne... Hati-hati."
Baru saja Sana membuka pintu, ia langsung dikejutkan oleh seseorang disana. Hingga terjatuh ke belakang.
"Yak! Kang Seulgi!" Sana pun langsung berdiri dari tempatnya.
"Hahaha... Mian." gadia bermarga Kang itu tertawa jenaka melihat kemarahan seorang Sana.
"Kenapa kau datang kemari tanpa mengabariku?"
"Aku sengaja ingin memberikan kejutan padamu. Lihat ini, aku membeli tiket untuk menonton film bersama." Seulgi menunjukkan empat lembar tiket masuk ke bioskop.
"Mian, tapi aku harus bekerja."
"Kan ada Imo. Kurasa dia bisa menjaga toko sendirian sebentar."
"Aku sudah tidak bekerja disana lagi. Aku bekerja di tempat orang lain dan aku tidak boleh melanggar aturan sebagai pegawai baru."
"Memang apa yang terjadi pada toko mu?" Seulgi nampak terkejut mendengarnya.
"Ceritanya panjang."
"Ayolah Sana... Minta izin lah sehari saja. Aku membeli tiket nonton jam pagi. Kalau tidak digunakan kan percuma." Seulgi menggunakan jurus andalannya di depan Sana. Merengek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day [TaeSana] ✔
Fanfiction(Completed) Mereka bertemu pada musim semi dalam sebuah tragedi. Lalu berpisah di musim dingin, dalam sebuah tragedi juga. Minatozaki Sana, gadis biasa yang berprofesi sebagai penjual kue di toko ibunya. Tak sengaja bertemu dengan pria karir dengan...