Chapter 14 : Slander

1K 149 18
                                    

Toko Minatozaki tiba-tiba sepi. Rui sangat risau karena kebutuhan ekonomi mereka semakin menurun setiap hari nya. Apalagi bahan-bahan baku mereka untuk membuat roti sudah mulai tak layak pakai karena mereka sudah jarang memproduksi banyak roti karena berkurangnya pembeli.

"Eomma, ini sudah bulan kedua toko kita sepi. Bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan? Dan... Kenapa bisa menjadi sepi seperti ini? Benar-benar aneh." keluh Sana menyangga meja.

Tiba-tiba pintu toko mereka terbuka lebar, menampakkan ada banyak orang datang. Sana dan Rui sangat bahagia, akhirnya banyak pelanggan kembali datang ke toko mereka.

"Kim Jennie?" ekspresi senang Sana memudar saat melihat wanita yang sering datang melabrak nya itu.

"Toko ini sudah berlaku curang! Mereka memakai bahan kadaluarsa dan busuk untuk membuat roti!" ujar Jennie memanasi banyak orang. Hal itu benar-benar membuat Sana geram, tak terima.

"Itu semua bohong! Itu tidak benar!" Sana membela diri.

"Kalau tidak percaya, mari kutunjukkan!" Jennie berjalan menuju ruang penyimpanan bahan baku mereka.

Memang benar terlihat banyak belatung dalam satu karung tepung, serta banyak bahan lain yang memucat dan berjamur. Tapi itu wajar saja karena mereka sudah lama tidak membuat roti dan bahan mereka membusuk.

"Ew... Lihat ini! Menjijikkan!" Jennie menunjuk semua bahan-bahan disana.

"Benar-benar tak terduga, dibalik kesuksesan mereka... Ada sebuah kecurangan..." ujar seseorang.

"Anniyo... Kami sudah lama tidak memproduksi roti. Jadi banyak bahan yang membusuk dan aku lupa membuangnya." jelas Sana supaya orang-orang tidak salah paham. Namun, siapa sangka mereka lebih percaya pada Jennie.

"Tidak perlu banyak alasan! Jelas-jelas kau salah! Kami akan melaporkan ini ke pihak berwajib dan akan kami pastikan toko ini akan ditutup!" ucapan seorang wanita disoraki oleh semua oramg disana kecuali Sana dan Rui.

"Kumohon jangan... Itu semua salah paham. Hanya ini sumber kebutuhan kami." mohon Rui hingga membungkuk.

"Eomma jangan..." Sana membantu Rui berdiri.

"Memohon sudah tidak berguna. Hu..." mereka berjalan keluar, namun juga membalik meja disana serta menghancurkan beberapa perabotan.

Dan yang hanya tersisa sekarang hanya Sana, Rui, dan Jennie.

"Rasakan itu! Harusnya kau sadar diri! Orang sepertimu tak pantas mencari masalah dengan ku ataupun keluarga Kim. Dan inilah akibatnya." ternyata ini sudah direncanakan, Ingin rasanya Sana mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ia tak menyadarinya dari awal?

Jennie tertawa penuh kemenangan sebelum berjalan pergi dari tempat itu dengan hak tinggi nya.

Sana terduduk di lantai. Rasanya benar-benar memfrustasikan.

"Eomma, ini salahku... Hiks." perlahan Sana menangis namun Rui segera merengkuhnya dalam pelukan.

"Anni, ini bukan salah mu. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk tidak menjadi tukang roti tetap. Gwaenchana." Rui menenangkan Sana.

"Aku akan mulai mencari pekerjaan Eomma. Lebih baik Eomma di rumah saja. Ini Saatnya aku menjadi tulang punggung keluarga." ujar Sana serius. Ia harus mengganti seluruh kesalahan nya, jika ia ingin membahagiakan ibunya.

"Tapi Sana... "

"Eomma, aku ini seorang anak yang selalu merepotkan. Dan sekarang aku tidak akan merepotkan mu lagi dan menjadi mandiri. Akan kuhidupi keluarga ini. Aku berjanji!"

Spring Day [TaeSana] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang