Chapter 20 : Goodbye

1.2K 165 34
                                    

Jun sudah sampai di rumah sakit sebelum badai salju turun deras. Kini Sana berada di ruang ICU, dan hanya Jun saja yang menunggui nya.

Ia sudah menghubungi Seulgi supaya memberitahukan kabar ini kepada Rui. Dan Rui akan kemari setelah petugas membuka jalan yang ditutup akibat badai salju.

Jun mondar-mandir kebingungan sekaligus khawatir. Hingga akhirnya ia duduk lalu ketiduran karena dokter tak kunjung keluar dari ruangan nya.

Pukul 2 dini hari, Rui datang bersama Seulgi dan membuat Jun terbangun.

"Imo?"

"Apa kau lakukan padanya?! Katakan padaku!" Rui mendorong tubuh Jun. Dengan cepat, Seulgi segera menariknya.

"Imo, Jun tidak salah. Dia yang menunggui Sana sejak tadi." Seulgi menenangkan Rui.

"Sana-ya... Eomma tidak tega melihatmu seperti ini." Rui menangis, Seulgi segera memeluk nya.

"Imo tenanglah, Sana akan baik-baik saja."

Tak lama kemudian, Dokter keluar dari ruangan nya. Membuat semua yang ada disana bertanya-tanya.

"Bagaimana kondisi putriku?" tanya Rui dengan suara meninggi.

"Jeongsohanmida." dokter itu menunduk. Hal itu membuat Rui menatap nanar tanpa tujuan.

"Apa maksudmu dokter?" tanya Seulgi akhirnya.

"Pasien Meninggal. Karena kehilangan banyak darah, serta terdapat keretakan parah pada tulang belakang dan tengkorak nya. kami tidak bisa menolongnya. Tabrak lari tadi benar-benar parah." jelas dokter itu.

Rui jatuh pingsan, dengan cepat para perawat membawanya ke ruang pemeriksaan. Sementara Seulgi segera masuk, untuk melihat sahabatnya itu.

Jun terjatuh di depan pintu, air matanya tak terbendung lagi. Ia tak sanggup melihat Sana seperti ini. Walaupun ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Sana, tapi gadis itu pernah menjamah hati nya dan tinggal disana untuk waktu yang cukup lama.

Tak ia sangka, gadis itu akan pergi secepat ini dalam kondisi yang sangat tragis pula. Jun mulai menyalahkan dirinya karena tidak bisa meyakinkan Sana.

"Sana-ya, Mian."

*

Acara pemakaman Sana juga harus ditunda karena salju yang menutupi seluruh kota Seoul. Hal itu menambah kesedihan setiap orang yang merasa kehilangan.

Jun masih terus mengusahakan agar Sana bisa mendapatkan tempat walaupun harus menggali salju.

"Sana-ya... Wae? Kau sangat menyedihkan,hiks..." Seulgi menatap peti mati itu, melihat betapa damai nya wajah Sana walaupun masih terlihat luka dibeberapa bagian tubuh nya yang darahnya sudah tak lagi mengalir dan membeku bersama tubuh gadis itu.

"Jun kau mau kemana?" tanya Seulgi, saat Jun berdiri dari tempatnya.

"Aku akan meminta data dari rumah sakit tentang kematian nya. Dan juga mencari tahu serta menuntut siapa yang menabrak nya." ujar Jun menghapus air mata yang masih bertengger di pipi nya.

"Baiklah..."

*

Jun berjalan melewati lorong rumah sakit untuk menemui dokter. Setelah itu, ia meminta izin lalu masuk ke ruangan dokter yang mengatasi Sana kemarin.

"Permisi dokter..." Jun memasuki ruangan yang didominasi oleh warna putih dan cyan itu.

"Silahkan duduk tuan Wen." dokter mempersilakan Jun untuk duduk. Tadi dokter menghubungi nya, ada yang harus mereka bicarakan saat ini.

Spring Day [TaeSana] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang