Chapter 23 : The One That Got Away

1.2K 162 29
                                    

Taehyung dan Jungkook tengah menunggui anak ibu Lee yang sedang operasi di rumah sakit. Mereka cukup penasaran dengan apa yang akan dikatakan mantan pembantu rumah tangga Taehyung itu.

"Apa yang ingin anda bicarakan Bu lee?" tanya Taehyung mencoba, supaya wanita baya itu menjelaskan sesuatu yang sedaritadi mengganggu pikiran nya.

"Tuan Muda jinjja jeongsohanmida..." ibu Lee menangis, menatap Taehyung dengan penuh perasaan bersalah.

"Kenapa kau menangis bu Lee? Katakan padaku."

"Sebenarnya tuan, nona Minatozaki itu tidak bersalah dalam pembunuhan nyonya."

Deg!

"Mwoya?! Apa yang kau katakan?! Apa kau sedang bercanda?!" Taehyung naik pitam. Hal seperti ini bukan sesuatu yang sepele dimata nya.

"Tidak tuan. Aku berkata dengan sesungguh-sungguhnya."

"La-lalu, siapa pembunuh Eomma?" Taehyung sedikit bergetar saat bertanya, membahas masalah ini selalu membuat nya mengingat masa lalu. Jungkook segera menepuk bahunya supaya ia tetap tenang.

"Nona Kim, tuan."

Taehyung kehabisan kata-kata, ia tak tahu bagaimana ia harus menanggapi pernyataan yang baru saja diucapkan oleh wanita yang cukup dekat dengan nya itu.

"Saat itu saya ada di dapur, Nona Kim menukar Kimchi yang dibawa Nona Minatozaki dengan yang dibawanya hanya dengan memindahkan tempatnya. Sepertinya itu bukan hal yang Bagus. Dia juga mengancam saya. jika saya tidak bisa menjaga rahasia, dia akan menghancurkan keluargaku tuan. Hiks... Saya adalah tulang punggung keluarga, anak hanya satu, saya tidak bisa membiarkan siapapun menghancurkan kebahagiaan putriku. Dan saya baru sadar bahwa yang aku lakukan ini salah. Tak seharusnya saya menyembunyikan hal besar yang akan berdampak besar pada orang yang tidak tahu apa-apa."

Air mata lolos dari iris gelap pria 27 tahun itu. Jennie membuatnya membenci Sana dengan merenggut nyawa ibu nya. Dan selanjutnya ia membunuh Sana karena alasan yang tidak pasti. Seketika, ucapan kakak nya dalam mimpi terngiang-ngiang di pendengaran nya. "Kadang, musuh itu bersembunyi di balik selimut."

Taehyung jatuh ke lantai. Keseimbangan nya runtuh setelah mengetahui segalanya. Seakan-akan ia yang membunuh Sana, ia sangat menyesali perbuatannya.

Seolah-olah apa yang ia lempar kembali kepada dirinya sendiri. Jungkook dan Ibu Lee menyaksikan sendiri bagaimana C.E.O Kim's Company yang terkenal dingin itu menangis sejadi-jadinya.

"Hyung." Jungkook memegang bahu Taehyung, tapi pria itu tak berpindah dari tempatnya. Pria yang terkenal di kalangan masyarakat Korea Selatan karena produk dari pabriknya itu menjadi pusat perhatian saat ini. Jika biasanya orang-orang mengagumi ketampanan dan sosoknya yang tegas, kali ini mereka memandang Taehyung dengan penuh tanda tanya.

"Nyonya Lee. setelah Putri anda selesai operasi, bisakah anda ikut saya ke kantor polisi untuk menjelaskan semuanya? Saya akan melindungi anda." ujar Jungkook dijawab anggukan oleh wanita itu.

*

*

Angin semilir setelah es mencair. Udara dinginnya menusuk hingga ke nadi. Hijaunya pepohonan mulai terlihat lagi setelah butiran-butiran putih itu melebur menjadi air.

Seorang pria tengah berdiri di sebuah tempat suci. Ia hanya mengenakan sweater fleece berwarna merah dan membawa sebuket bunga. Tampilan sederhana nya itu sangat melekat dengan seseorang di masa lalu.

Bibirnya menyungging menatap kaca yang membatasi dunia luar dan dunia tertutup yang tak mungkin dapat dilihat sebelum manusia melewati proses setelah kehidupan.

Sebuah foto terpampang rapih disana dengan rangkaian bunga yang sudah kering. Foto gadis yang dulu pernah mengisi hati nya, berjajar diantara ratusan foto orang yang bernasib sama dengan nya.

Gadis itu tersenyum. Senyuman yang lebih manis daripada madu itu, menunjukkan bahwa si gadis sedang bahagia. Duduk di sebuah bangku taman sambil mengaitkan lengannya pada lengan seorang pria yang gambarnya sudah ter crop.

"Annyeong... Bagaimana kabarmu?"

Taehyung tersenyum menyapa foto yang tak mungkin menjawabnya itu.

"Aku tahu, kau pasti membenciku disana. Tapi ketahuilah, aku menyesali segalanya." Taehyung menyentuh kaca itu dengan lembut, dengan harapan yang ada disana dapat merasakannya.

"Sana-ya... Jinjja Mianhaeyo. Aku benar-benar bukan orang yang cukup mengerti dengan arti Cinta. Cinta adalah sebuah kepercayaan, tapi aku yang bodoh ini tidak dapat memahami nya. Jika kau bisa mendengar ku sekarang, kuharap kau mendengar ini. Aku sangat mencintaimu, tapi kebencian telah menutupi nya. Aku sangat menyesal..."

Pria itu masih tersenyum walaupun kesedihan terlihat sangat jelas di matanya. Ia menganggap ini adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Hatinya membeku setelah semua kepalsuan ini, bahkan kini telah membatu. Ia telah menyakiti, seseorang yang lebih berharga dari apapun dan hanya bisa menyesali nya sekarang.

"Sana-ya... Apa kau tahu, musim semi akan segera tiba. Kau sangat menyukai bunga kan? Jadi kubawakan bunga-bunga segar ini. Kupilih yang paling cantik hanya untukmu. Aromanya benar-benar memikat seperti dirimu. Astaga kau telah membuatku gila. Aku akan menaruhnya disini, dan akan selalu kubawakan setiap minggunya. Kuharap kau menyukainya."

"Aku pulang dulu ya... Ada suatu hal yang sangat besar, yang harus kuselesaikan. Annyeong..."

Taehyung berbalik, air mata jatuh tanpa ia sadari. Ia segera menghapusnya lalu berjalan keluar dengan tatapan dingin nya. Iris nya bahkan bisa memotong tatapan-tatapan yang ada di hadapan nya.

"Akan ku akhiri semua kepalsuan ini."

*

*

Jungkook berhasil menangkap orang yang telah menabrak Sana dengan saksi dan bukti nyata. Kepolisian mulai menginvestasi mereka.

Dan kini, Taehyung yang akan menyelesaikan bagian akhirnya.

"Hyung, aku yakin kau bisa melakukannya."

*

"Yeobo... Aku pulang!" teriak Jennie memasuki rumah sebesar kastil itu.

Ia berjalan menyusuri setiap ruangan dan menemukan Taehyung di dapur. Apa dia tidak salah lihat, pria yang selalu menatap nya dengan tajam itu tersenyum padanya.

"Selamat datang Yeobo..." Taehyung tersenyum lebar dengan box smile nya yang lebih indah dari apapun. Tentu saja Jennie bahagia melihatnya.

"Apa kau memasak?" tanya Jennie penasaran karena melihat Taehyung memakai celemek merah muda pemberian ibu nya yang seharusnya dipakai nya itu.

"Ne... Aku memasak sesuatu untukmu. Duduklah, akan kuambilkan."

Jennie tersenyum girang dan dengan antusias duduk diantara belasan kursi di meja makan itu.

Taehyung membawa nampan tertutup dan berjalan bak pramusaji kearah Jennie.

"Kuharap kau puas dan senang." Taehyung menaruh nampan itu dan membuka penutup nya.

Senyuman Jennie menghilang setelah melihat isinya.

Kimchi dengan kotak makan yang sama persis dengan milik Sana. Dan setangkai bunga Mawar disana.

"Apa ini?"

"Sesuatu yang kurasa akan mengingatkan mu terhadap sesuatu." ujar Taehyung tersenyum sambil mengelus lembut pundak Jennie.

Keringat bercucuran di sekujur tubuh wanita itu. Dengan gemetaran ia meraih bunga di meja itu lalu mencium aroma nya.

"Aroma nya enak. Tapi ini terbuat dari plastik. Apa maksud semua ini?!"

"Kau belum sadar ternyata. Bunga Mawar plastik ini sama sepertimu. Penuh dengan kepalsuan."

















Tbc!

Author back... Kenapa akhir-akhir ini jadi mager nulis ya?

Spring Day [TaeSana] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang