22/ 67

521 47 0
                                    

Sebelum baca vote ya! Tinggalkan jejak kalian di kolom komen dong! Dan follow akun WP ini! Supaya author semakin semangat ☺️.


     Tiga orang siswi sedang berkaca di depan cermin. Mereka merapikan seragam putih abu-abunya dan menyisir rambut hitam  berkilaunya. Mereka adalah Genk siswi di SMA Budi Mulia yang sering menggosip.

    "Eh, guys. Tau nggak  anak PA namanya Tina? Dia itu ternyata cewek cabe-cabea. Booking'an om-om," ucap Aneta, wanita berambut ikal itu kepada samping kanan-kirinya.

    "Kenal gue. Cewek sok perfect and sok kecakepan itu. Tiap malem nongkrong di club, yakin gue dia cuma mau jual diri. Keliatannya aja cewek baik-baik," sahut Feby dengan tertawa sinis.

    "Gue denger dia bisa dipake siapa aja.Tongkrongannya aja di club. Anjirr gak! Ngeri gue parah dia." Aneta berdecak.

     "Aduh Net, ngapa ngomongin Tina sih? Nggak penting benget sih," ucap Rasti, menatap bayangannya di depan cermin. "Nggak selevel dia mah sama kita, ngebayangin dia carper sama alumni kita aja gue geli," lanjut Rasti tertawa.

   "Tuh anak emang udah kelewat, berani  deketin Raka. Sok kecakepan."

    "Haha, Tina. Tina dasar cabe!"

    Kuping Nayla cukup panas mendengar nama Tina  diumpat dengan kata-kata kasar. Terlanjur dia masuk ke toilet melihat Genk yang selalu menindas orang lain itu moodnya rusak. Dengan cepat Nayla  memutar kakinya ke arah pintu keluar. Tapi mata tajam Feby keburu melihat.

   "Masuk aja kali kayak mau dimakan aja. Lo temen Tina kan?" ucap Rasti dengan jutek.

     Sungguh, Nayla tidak ingin  terlibat dengan Genk yang tak berguna itu. Nayla masuk tanpa membalas ucapan Feby. Dia langsung mengarah pada kran air  di depannya, kemudian melihat ke kaca tiga gadis itu mengawasinya dengan seksama.

    "Lo masih temenan sama Tina? Gue nasehatin, gak usah mau temenan sama dia," ujar Feby. Nayla menatap Feby dari cermin dengan kening berkerut.

     "Hei, lo Nayla Anastasya kan? Diajak ngomong kok diem aja," ucap Rasti menatap Nayla. "Bisu lo ya?" Nayla tidak menggubris.

      "Jangan temenan sama Tina, nggak ada bagus-bagusnya. Mentang-mentang sekertaris PA, banyak dekat sama alumni belagu," kata Aneta. Menyisir rambutnya.

      Tiga serangkai yang tidak punya otak. Nayla mencoba menahan emosi.  Walaupun hubungan Nayla dan Tina tidak baik. Sumpah, Nayla tetap tidak terima  Tina dikatain seperti itu. Tangannya dikepal dengan geram.

   "Namanya juga DJ, sama aja kayak cabe!" runtuk Aneta. Mereka bertiga tertawa bersahutan.

    "Emang DJ itu salah? Gue malah salut sama dia punya talenta,  daripada kalian bertiga. Talenta ngomongin orang."  Nayla menatap ketiganya  dengan tajam. Wajah ketiganya berubah kesal.

   "Hei anak baru! Jangan gara-gara lo pernah dekat sama Raka jadi sok berani." Feby  mendorong bahu Nayla.

    "Ohh hellow ...Dia cuma mantan Feb. Mereka udah putus," ucap Rasti sambil melipat tangannya dengan tawa meledek.

    "Hadehh, dasar biang gosip. Putus atau nggak bukan urusan kalian. Beraninya ngomongin orang dibelakang," ujar Nayla dengan dingin.

    "Bacot ya! Kurang ajar lo ya!"

    Rasti mendorong Nayla sampai bagian belakang badan Nayla terkena dinding. Nayla merasakan sakit, tapi berusaha menahan. Mata mereka sangat beringas, satu lawan tiga yang bener saja. Nayla bukan takut malah tersenyum sinis, dalam hati juga was-was.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang