Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Kalian spam komen di setiap paragrafnya dong! Dan follow akun WP ini! Supaya author semakin semangat, Okeh!
Sebulan berlalu, akhirnya Raka dibebaskan. Orangtuanya tidak tega melihat Raka ditahan. Tetapi, ayahnya memberi persyaratan untuk kebebasan Raka. Seharusnya Raka sudah bisa menebak ini, dimana ayahnya tidak akan melepaskannya begitu saja.
Sekedar informasi yang menjebak Raka akhirnya ditangkap atas bantuan teman-teman Raka.
Tepat pukul satu siang Raka keluar dari kantor polisi, setelah semua diselesaikan oleh pengacara ayahnya. Raka menghirup udara sekuat-kuatnya, terlihat Anjani dan Gavin di samping Raka saat berjalan.
Walaupun saham keluarga mereka anjlok, bukan berarti keluarga Ciputra langsung jatuh miskin.
Raka duduk di belakang bersama ibunya. Anjani dari tadi tidak melepaskan tangan Raka, wajah wanita separuh baya itu tampak berseri-seri. Gavin duduk di samping supir, ia tidak bicara satu kata pun. Tapi tetap saja terbaca dari matanya dia bahagia anaknya bebas.
"Raka ingat janji kamu untuk membantu Papa di perusahaan," ucap Gavin. Ia sudah menegaskan saat di dalam kantor polisi, jika Raka bebas harus bekerja di perusahaannya sambil kuliah.
Anjani menatap Raka supaya menyetujui. Raka akhirnya pasrah. Sebenarnya Raka tidak mau seperti ayahnya menjadi pengusaha.
"Raka mengangguk, "Iya, Raka tahu Pah."
"Good."
Gavin menghela nafas lalu tersenyum, berharap Raka akan berubah. Dia mau Raka menjadi satu-satunya ahli waris perusahaannya, meskipun Raka selalu saja menolak. Dan ia bersyukur kelakuan Raka belum taraf luar biasa, seperti memakai narkoba.
Sampai di rumah, ketiga kawannya sudah ada di ruang tamu. Kebiasaan Bi Surti setiap kawan Raka datang selalu dipersilahkan masuk walaupun si empu-nya tidak ada di rumah.
"Sorry Rak kita langsung ke rumah lo, nggak jemput ke sana," ucap Doni memberikan kepalan tangan pada tangan Raka.
"Siang Om," sapa Erga melihat orang tua Raka masuk.
Tidak ada yang berani melihat wajah Gavin, semua tertunduk saat laki-laki paruh baya itu mendehem lalu melewati mereka.
"Santai aja ya. Mau apa aja kalian minta sama Bi Surti," pesan Anjani, membuat kecanggungan mereka lumer. Kedua orangtua Raka meninggalkan mereka, tidak mau ikut campur urusan anak muda.
Doni melemparkan tubuhnya ke dalam sofa, ia bernafas lega. Mereka bersyukur ayah Raka tidak mengusir mereka. Tentu saja karena saat penangkapan Raka, mereka ada bersama Raka dan tidak ditangkap.
"Spot jantung gue liat bokap lo, Rak." Mike mengelus dadanya.
"Periksa ke dokter mana tahu ada yang salah sama jantung lo," ucap Raka santai.
"Beneran Rak, kita bertiga nggak enak soalnya cuma lo yang ditahan." Erga menyerup minuman yang sudah disediakan Bi Surti.
"Tenang aja. Masalah udah selesai, kalian juga udah bantuin gue buat bales si Roy," kata Raka sambil memperhatikan handphone-nya. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan.
"Lo ngapain liatin handphone terus? Ada yang lo tunggu?" tanya Erga yang refleks menaikan kakinya ke atas meja, tapi langsung diturunkan kembali takut tiba-tiba ayah Raka datang.
Raka tidak menjawab, mata dinginnya susah ditebak apa yang dipikirkan cowok itu.
"Mungkin Jennifer belum tau lo udah keluar. Makanya dia belum ngasih kabar," kata Doni melihat Raka yang masih asyik melihat ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAYLA (Tamat)
RomantikaNayla Anastasya Susanto murid baru SMA Budi Mulia. Karena bujukan kawannya dia mengikuti ekskul Pecinta Alam (PA) dan bertemu dengan Raka Nicholas Ciputra, alumni sekaligus mantan Presiden PA mereka. Cowok yang membuatnya sial pertama kali bertemu. ...