24/74

520 48 0
                                    

"Babe, di mata kamu ada apa?" Bagas mendekatkan tangannya ke mata Beca sambil fokus nyetir. Gadis itu tetap tidak perduli gombalan Bagas. Dia marah karena Bagas menerima kado valentine dari gadis-gadis di kampusnya.

"Gak usah pegang-pegang! fokus nyetir aja. Kalau bukan gara-gara Nayla. Aku nggak bakalan nebeng sama kamu," ucap Beca dengan nada jutek.

"Gue juga nggak bakalan mau dianterin kalau bukan karena anak PA minta kumpul malam-malam di cafe. Tenang Bek, gue dipihak lo," ucap Nayla tidak kalah jutek dari Beca.

"Abang lo emang mesti dijutekin La, biar nggak tebar pesona," ucap Beca kesal.

"Kompak banget kalian." Bagas tertawa, "Tapi aku serius Babe, mata kamu ada belek kayanya." Bagas menoleh pada Beca yang duduk di sampingnya.

"Bek, lo jorok banget sih! Mandi nggak tadi?" Nayla serius menanggapi ucapan Bagas.

"Enak aja, gue mandi tadi ya." Beca mendekatkan diri pada kaca mobil yang ditengah.

"Apaan sih, nggak ada apa-apa kok." Beca menatap teliti matanya pada kaca.

"Terang banget kaya masa depan kita," gombal Bagas melihat Beca.

"Udah deh, nggak usah gombal. Garing! Geli dengernya. Pakek acara masa depan segala, emang mau ngajak nikah?" celetuk Beca. "Sorry ya Babe, aku belum siap."

Nayla dan Bagas terkekeh mendengar ucapan Beca. Wajah Beca merona, ia menekan bibirnya dengan kesal.

"Ketawa aja terus," bentak Beca jengkel.

"Kamu lucu sih. Iya kali kita nikah muda. Kamu aja belum lulus SMA. Waktu kita masih panjang, Babe. Hadeh!" Bagas masih tertawa.

Sampai di depan Cafe, Bagas pergi membawa mobilnya. Mereka berkumpul di cafe bergaya House Rooftop. Cafe ini tempat nongkrong favorit seluruh kalangan. Ada live music-nya, hidangannya juga bervariasi. Dan juga ada meja bilyard-nya juga. Wah lengkap ya.

"Gimana hubungan lo sama Reno? Ada kemajuan nggak?" goda Nayla pada Tina yang duduk di sampingnya. "Jangan bilang lo nggak gerak. Cewek gakpapa gerak duluan. Gue tau lo nggak bakalan bisa lupa sama Reno," kata Nayla panjang lebar. Baru datang di langsung mengintrogasi Tina yang datang lebih dulu.

"Tenang aja misi bakalan gue selesain. Gue juga nggak mau dong sampe tamat cerita ini, cinta gue gak kelar-kelar sama dia," balas Tina dengan pelan pada Nayla.

"Berarti ada kemajuan dong," goda Nayla seraya mencolek pinggang Tina.

"Kemarin dia jemput gue di tempat kerjaan," sahut Tina, wajahnya merona. Nayla terdiam sebentar sebelum tersenyum ikhlas.

"Kayaknya bakalan ada yang mau traktir." Mereka masih bicara bisik-bisik.

Rangga melirik kawan sebelahnya. Sedari tadi dia pasang kuping mendengar pembicaraan Nayla dan Tina.

"Bukannya Reno ngasih lo bunga, La? Kok sekarang malah jalan sama Tina?" Rangga nimbrung. Membuat suasana canggung. Beca langsung sadar keadaan, lalu membuat suasana mencair kembali.

"Cinta itu sulit Rangga, cowok kayak lo belum bisa menyelami," ucap Beca melihat Rangga. Anak PA belum banyak yang datang.

"Gaya bahasa lo, Becak." ketus Rangga.

"Gue kasih Reno coklat," ucap Tina dengan pelan takut terdengar orang lain.

"Terus?" Nayla penasaran. Rangga dan Beca menatap Tina pengen tahu kelanjutan.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang