28/85

540 46 0
                                    


Jennifer membawa mobilnya sampai ke parkiran di cafe yang berada ditengah kota, tadi Doni menelpon mengatakan Raka sedang bersama mereka main billiard.

Setelah Jenni melewati tempat makan di cafe kemudian menaiki tangga di lantai dua yang ada meja billiard. Matanya tampak menelusuri tiap sudut mencari keberadaan Raka, kemudian tertuju pada Doni yang melambaikan tangan. Jenni berjalan menghampiri mereka.

Raka sedikit terkejut melihat kedatangan Jenni, melihat Jenni tersenyum pada Doni langsung tahu kalau Doni yang mengajak Jenni untuk datang.

"Raka mendingan lo selesain masalah kalian. Gue jadi nggak enak ngeliat lo nekuk wajah terus. Kayak nggak ada masa depan," ujar Doni yang ada di samping Raka, menunggu Raka menyodok bola.

Raka menoleh pada Jenni yang sedari tadi melihatnya tanpa berkata apa pun.

"Kamu dari mana?" tanya Raka pada Jenni yang berdiri sambil melipat tangannya.

Jenni hanya diam tidak menjawab pertanyaan Raka. Dia sedang memutar kata-kata tidak mau memberitahu Raka bahwa tadi dia mendatangi sekolah Nayla dan bertemu dengan wanita itu.

"Kenapa kamu nggak nelpon aku?" Jenni balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Raka supaya terhindar dari pertanyaan pacarnya itu.

"Aku nanya nggak dijawab. Malah balik nanya. Kamu kan lagi marah sama aku. Makanya aku nggak nelpon," balas Raka dingin. Lalu menyodok bolanya, dan masuk.

"Jadi kamu nggak mau bikin aku nggak marah lagi. Nggak ada niatan baikan?"

"Bukan gitu. Aku cuma nggak mau bikin kamu tambah marah," jelas Raka sambil melihat meja billiard. Sedang berpikir strategi untuk menyodok bola.

"Alesan!"

"Kamu kenapa sih? Lagi PMS ya? Jutek banget." Raka menoleh pada Jenni, gadis mungil dan ramping itu menekuk wajahnya. "Aku lagi nggak mau ribut ya."

Jenni membuang nafas kecil. Lelaki di depannya yang sudah jadi pacarnya tidak peka sama sekali. Dalam keadaan seperti ini cewek itu maunya dibujuk dirayu. Huhu, bukan Raka orangnya kalau harus merayu. Jenni mendesah panjang.

"Masih marah sama aku?" tanya Raka. Merasa serba salah melihat wajah cantik Jenni cemberut.

"Menurut kamu?" kata Jenni kesal. "Nggak peka banget."

"Jangan cemburu terlalu lama, karna aku sama Nayla nggak pernah macem-macem," tutur Raka menatap Jenni.

"Aku nggak cemburu. Tapi kesel. Kamu bawaannya slow aja. Nggak ada usaha buat nelpon aku. Temuin atau apalah biar aku nggak marah."

"Tadi aku niat mau ke rumah kamu. Tapi Doni ngajakin main billiard." Raka menunjuk Doni menumpahkan kesalahan.

Doni yang masih ada di dekat mereka langsung melongo. Gila aja salah lagi gue, batin Doni.

"Gue niatnya mau nyatuin kalian. Ehh, malah salah lagi," runtuk Doni seraya menggaruk kepala yang gatal.

"Lo juga salah Don. Masa mau bikin baikan sejoli di tempat billiard," ejek Erga yang dari tadi menunggu giliran main. Ia fokus mengelilingi meja bilyard mengikuti bola yang ingin disodoknya.

"SALAH LAGI! SALAH LAGI!" decak Doni. Dia pasrah diserang terus. "Tapi kalian sekarang udah baikan kan?" tanya Doni menatap Raka dan Jenni bergantian.

"Masih marah nggak?" tanya Raka menatap lembut pada Jenni.

Cewek itu menarik nafas. Sebenarnya dia mengharapkan Raka akan berbuat lebih untuk memperbaiki hubungan mereka, tapi hanya dengan tatapan Raka, Jenni luluh.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang