17 / 55

580 44 0
                                    

    Hai semuanya.... Sebelum baca, vote dulu ya! Jangan lupa untuk spam komen di setiap paragrafnya dong! Dan Follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️

Selamat membaca

      Rumah Nayla begitu damai dipenuhi hiasan bunga-bunga di halaman rumahnya. Nayla berdiri ditepi jendela kamar melihat panorama keindahan taman halaman rumah. Sudah sebulan semenjak Nayla memutuskan Raka, seakan kejadian itu baru terjadi semalam. Masih terdengar suara Raka yang berteriak-teriak memanggil namanya saat dia meninggalkan Raka, wajah sayunya. Nayla menghela nafas pelan.

    Tubuh langsing Nayla masih berbalut dengan baju tidurnya, terasa dingin saat angin pagi menghembus tubuhnya dari jendela. Wajahnya masih murung dan tidak ceria.

     Nayla melangkah ke kasur. Dia duduk sambil memandang sekelilingnya, suasana seperti kapal pecah, plastik bekas cemilan tergeletak di lantai. Laptop terbiar di atas kasur, tadi malam dia begadang nonton film. Kebiasaan lamanya kambuh. Tidak ada lagi baju Raka yang biasa digantung di depan lemari.
Dihempaskan tubuhnya ke dalam kasur menggeliat malas, hari ini libur membuat Nayla malas melakukan aktifitas. Bahkan untuk mandi pun dia masih berfikir.

    Entah mengapa wajah Raka yang bagaikan polesan itu terbayangkan oleh Nayla. Raka yang selalu membantunya saat dalam kesulitan. Raka yang membawanya naik motor. Raka yang menggenggam tangannya, dan Raka yang pernah mencium bibirnya.

Nayla mengeluh perlahan dan menutup wajahnya dengan bantal di sampingnya. Semenjak itu mereka tidak pernah berkomunikasi lagi.

    "Ma...masak apa Nayla bantu ya?" ucap Nayla saat berjalan ke dapur melihat Ayu sedang memasak. Ayu menghela nafas saat melihat Nayla masih dengan baju tidur.

    "Sayang mandi dulu aja. Nanti baru bantuin Mama," sahut Ayu sambil tersenyum. Dia tahu anaknya sedang dalam keadaan sedih.

"Nanti abis masak Nayla mandi." Nayla mengambil bumbu yang sedang diracik Ibunya. Baru dua butir bawang yang diiris air matanya sudah menetes.

    Ayu melihat Nayla tersendu-sendu sambil sekali-kali menarik ingusnya dari hidung yang  sebenarnya tidak keluar hanya suara saja yang keluar.

    "Udah kamu mandi aja. Biar Mama yang ngelanjutin." Ayu mengambil alih pekerjaan Nayla. Bingung air mata yang keluar itu  karena bawang atau memang karena ingin menangis? Sebulan ini Nayla memang lebih banyak diam.

    Setelah pengusiran Ayu dari dapur. Nayla melarikan diri ke ruang TV sambil membawa cemilan yang dia punya ke ruang TV lengkap dengan sebotol minuman susu strawberry yang ada dalam kulkas bahkan cemilan potato Bagas di atas kulkas pun dibawanya untuk dieksekusi.

     "Cemilan gue itu!" teriak Bagas saat melewati Nayla hendak ke kamarnya, diurungkannya lalu berputar ke ruang TV. Melihat gaya Nayla yang sudah di posisi enak di atas sofa sambil ngemil, ia pun terfikir ingin mengganggu adiknya.

     "Sama adek sendiri aja pelit banget sih," sahut Nayla dengan mata dingin.

    "Mau tah jadi cewek gendut? Entar nggak  laku baru tau rasa," ledek Bagas seraya duduk di sofa menarik keluar kaki Nayla yang sudah di atas sofa. Nayla mengerucutkan bibirnya kesal.

     "Ganti cemilan gue. Pokoknya harus sama persis yang kaya gitu," ujar Bagas menunjuk dengan jarinya ke arah cemilan.

      "Ini gue nggak mau lagi, gitu aja  perhitungan," jawab Nayla menyodorkan cemilan ke depan dada Bagas, lalu menjilati jarinya bekas bumbu. Bagas menggeleng dengan bahu terangkat.

     "Dasar jorok."

    "Biarin, jari-jari gue," ketus Nayla. Matanya melihat ke arah tv dengan tatapan kosong.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang