40

902 43 5
                                    

  

  Raka mengerutkan dahinya. Melihat Beca, Tina, Rangga, Reno dan Dimas. Nayla juga mengajak Dimas? Padahal dia ingin berduaan dengan Nayla. Raka semakin kesal karena Nayla satu mobil dengan Dimas, gadis itu sengaja. Mereka pergi ke warung bakso dekat sekolah.

     Raka tersenyum datar melihat ekspresi Nayla yang pasang wajah lebih kesal padanya. Sesekali dia melengos untuk membuang jauh rasa kesalnya melihat Nayla lebih banyak tersenyum pada Dimas.

       "Ka Rangga, nice tag," puji Rangga setengah berbisik, Raka mengerutkan keningnya, "Ukiran hati di baju Nayla," katanya lagi. Raka tertawa. Sekarang tahulah dia penyebab Nayla kesal padanya.

       "Makasih Ka Raka udah mau ajak kita makan bakso, gratis. Lain kali restoran dong. Ya, ya, ya," ujar Beca yang di duduk di samping Nayla. Untungnya Nayla tidak duduk di samping Dimas. Kalau tidak, sudah pasti Raka akan membuat masalah. Sekarang mereka bukan anak SMA lagi bukan.

     "Gue aja nggak pernah dibawa ke restoran mewah, Bek," sindir Nayla tetap buang muka dari Raka.  Cowok itu sedikit tersindir dengan ucapan Nayla. Sungguh ia menyesal belum pernah membawa Nayla date romantis di restoran. Tapi baginya makan berdua di tempat umum dengan lampu remang-remang lebih romantis.

     "Mau? Lain kali aku ajak ya. Terserah kamu milih tempatnya." Kata Raka santai. Membuat yang lain menoleh. Mungkin harus ada yang mengingatkan kedua orang itu tentang Jenni.

Tidak lama Abang bakso membagikan semangkuk bakso satu persatu pada mereka.

     "Jangan banyak-banyak ngambil sambelnya. Nanti sakit perut," ucap Raka, saat melihat Nayla menuang dua sendok sambel ke dalam baksonya. Hm, duduk di depan Nayla membuatnya bebas menatapi gadis itu. Erga benar, Nayla akan semakin cantik seiring waktu. Gadis itu tidak akan memakai putih abu-abu lagi.

      "Yang nggak baik itu kepengen tapi ditahan-tahan," ujar Nayla tetap memasukkan dua sendok sambel. Lalu menyingkirkan toge yang ada di dalam mangkuknya seperti menghitung satu-persatu toge dan meminggirkan. Raka menggeleng dan kembali fokus dengan baksonya.

       "Kenapa nggak suka toge?" Dimas melihat mangkuk Nayla, "Sini kasih gue sayang kalau dibuang." Dimas memberikan mangkuknya supaya Nayla bisa memindahkan toge ke mangkuk Dimas.

Nayla melirik sebentar ke arah Raka. Laki-laki itu tidak berekspresi, sepertinya bakso itu terlalu nikmat hingga ucapan Dimas angin lewat. Tapi saat melihat Nayla menyendoki toge ke mangkuk Dimas dan tersenyum. Raka merasa terganggu.

"Toge itu bagus untuk kesehatan perempuan, terutama bagian kandungan," ucap Raka tiba-tiba.

     Sejak kapan Raka pindah jurusan kesehatan. Nayla sudah memberikan ke mangkuk Dimas, masa mau diambil lagi. Nayla tidak mau ambil pusing dengan perkataan Raka ia memakan baksonya dengan santai.

    "Kamu liburan sekolah ini udah mulai aktif lagi nge'DJ, Yang?" tanya Reno seraya memakan baksonya.

    "Iya. Semenjak ujian aku nggak nge'dj sekarang udah harus mulai lagi," jawab Tina.

    "Kirain lo udah berhenti jadi Dj." Raka menoleh pada Tina, selama ini mereka sudah jarang bicara. Raka membatasi dirinya pada Tina setelah kejadian itu.

      Tina mencoba berwajah biasa saja tapi kadang ia merasa geli pada dirinya sendiri, pernah menyukai Raka pacar sahabatnya. Untunglah ada Reno, jadi cinta bertepuk sebelah tangan itu tidak terlalu sakit.

      "Masih Ka. Emang udah nggak pernah ke sana lagi Ka?" giliran Tina bertanya. Nayla melirik Raka.

     "Udah nggak pernah kok, aku sibuk sekarang," jawab Raka namun matanya melihat Nayla
Keduanya bertemu pandang.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang