29/ 88

497 38 2
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat, Okeh!





Keadaaan keluarga Ciputra sangat kacau. Saham perusahaan keluarga-nya anjlok. Berita Raka Nicholas Ciputra beredar sangat cepat, maklumlah keluarga mereka termasuk keluarga pengusaha yang sukses.
Anjani tidak henti-henti menangisi anak satu-satunya sedang ada di dalam kantor polisi. Gavin sudah menelpon pengacara handal di Jakarta untuk menangani kasus Raka.

Saat pemeriksaan urine Raka dinyatakan negatif. Dia bukan pemakai tapi Raka masih ditahan karena tuduhan pemukulan pada Roy. Laki-laki itu melaporkan Raka atas pemukulan terhadapnya.

Sayangnya kabar Raka terlibat narkoba sudah menyebar.

Raka duduk dengan kepala tertunduk saat kedua orangtua-nya datang ke kantor polisi. Ayahnya tampak kecewa dan marah. Raka tidak tega, Ibunya dengan mata berkaca-kaca melihat Raka duduk dengan kriminal lain.

"Mam Raka baik-baik aja." Raka menghampiri Anjani.

"Coba kamu tanya sama orang lain Ibu mana yang tega lihat anaknya masuk kantor polisi." Isak Anjani.

"Raka nggak akan lama di sini. Papa pasti bisa ngeluarin Raka dengan cepat dari sini," ucap Raka yakin.

"Tidak. Kamu akan tetap dihukum sesuai kesalahan kamu. Itu pelajaran buat kamu, supaya tidak seperti preman lagi. Papa sudah tarik semua pengacara Papa," tegas Gavin Ciputra tiba-tiba dari belakang.

Raka menoleh pada suara itu seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Sekarang laki-laki paru baya itu menatapnya tajam. Raka tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kenapa Papa tega sama Raka? Dia nggak make Pa, hasil tes negatif. Mama nggak mau Raka ditahan. Papa minta pengacara lagi untuk keluarin Raka," kata Anjani penuh penekanan pada suaminya.

"Raka harus belajar bertanggungjawab. Walaupun dia nggak make. Raka mukul orang," suara berat Gavin terdengar kecewa.

Anjani memegang tangan Raka dengan erat menahan tangis. Benar yang dikatakan suaminya laki-laki harus bertanggungjawab. Apapun yang dikatakan suaminya tidak akan bisa ditentang. Kebiasaan Raka yang seperti ini sudah sering kali ditegur Gavin, tapi tidak membuat Raka jera. Kedua orang tua Raka pergi setelah menyelesaikan urusan.

* Nayla *


"Raka. Sorry kita baru bisa jenguk lo."

Raka tersenyum ringan saat ketiga kawannya memasang wajah bersalah, seakan dia tidak keberatan tinggal di dalam sel.

"Santai. Gue gakpapa." Raka menatap Doni, Mike, dan Erga bergiliran. Cowok itu memang terlihat santai dan tidak ada sedih-sedihnya.

"Kalau aja gue tau kedatangan Roy ada rencana jahat, gue nggak akan biarin dia kemarin." Erga mendengus kasar. Doni menekan bahu Erga memberi ketenangan. Semua juga merasa bersalah melihat Raka dipenjara sendiri.

"Ini kerjaan Roy yang fitnah lo, kita bakalan bales apa yang dia buat sama lo." Mike mengepalkan tangannya. Mereka bicara di ruang tunggu.

"Gue udah punya firasat pasti dia, tapi kan gue ditahan bukan karna itu. Gue ditahan karna mukulin Roy. Lebih keren dari pada terbukti ngobat." Raka tersenyum lebar. Seolah kebanggaan bisa memukul Roy hingga babak belur. Salahkan ucapan Roy yang membuat iblis di dalam Raka terbangun.

"Iya, tapi kan lo tau berita selalu menghebohkan yang nggak ada malah ada," kata Erga.

Raka menepuk pundak Erga. "Tenang aja. Gue gakpapa. Tapi gue mau Roy kena ganjarannya. Ngerti kan kalian?"

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang