37/105

529 41 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di kolom komen dong! Dan follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat, Okeh!





Di sekolah Nayla bingung dengan sifat Beca yang berubah, biasanya gadis itu selalu menyapa terlebih dahulu dengan senyuman lebar pada bibirnya. Mereka satu kelas selama masa ujian ini, tapi tampaknya Beca tidak menghiraukan keberadaan Nayla bahkan Beca melewati Nayla begitu saja.

Tak puas hati Nayla mendatangi Beca yang sudah ada di kantin bersama Rangga dan Tina.

"Bek, kita ada masalah?" tanya Nayla, ia berdiri di depan Beca. Rangga dan Tina saling memandang. Beca hanya menggelengkan kepalanya dengan tertunduk tidak mau melihat Nayla.

Hari ini Nayla punya tenaga lebih untuk menghadapi Beca dan soal-soal ujian.

"Kenapa lo ngindar dari gue?"

Sekali lagi Beca tak menjawab, kali ini dia menundukkan kepala tanpa menggeleng atau mengangguk. Membuat Nayla semakin penasaran plus emosi. Gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba diemin.

"Liat gue dong, Bek. Gue kan lagi ngomong," bentak Nayla menaikan kedua alisnya. Rasanya hambar kalau gak denger suara Beca, biasanya cewek itu gak akan berhenti mengikuti Nayla.

"Kalian ada masalah?" tanya Tina, heran. Tina menyentuh lengan Beca yang tidak menjawab. Beca menarik nafas lalu melihat Nayla.

"Kok lo melototin gue gitu banget?" Nayla terganggu dengan pandangan Beca. "Gue ada salah? Apa? Ngomong aja, kalau lo diem aja gue nggak tahu masalahnya apa," kata Nayla kesal, mengingat kejadian terakhir mereka. Semua baik-baik saja.

"Lo marah gara-gara gue tinggalin pulang duluan kemarin. Lo kan tahu Dimas ngajakin gue balik bareng. Masa gitu aja marah?" keluh Nayla. Beca menggeleng lalu menaikan sudut bibirnya ke atas.

"Jadi apa? Jangan bikin gue bingung Beka." teriak Nayla yang mulai tidak sabar. Kini wajah Beca tidak seperti baik-baik saja, rona wajahnya jadi berkaca-kaca.

"La. Jangan teriak-teriak kasian Beka. Anaknya udah mau nangis." Rangga mengelus bahu Beca.

"Maaf-maaf. Gue keterlaluan ya. Lo kenapa?Biar gue tahu salah gue apa. Gue kan bingung. Gue nggak bisa didiemin lo, Bek." Nayla melembutkan suaranya. Menatap Beca yang duduk di depannya.

"Abang lo. Bagas itu kurang ajar!" kata Beca terdengar serak. Nayla melihat kanan-kiri. Beca mampu membuat mereka jadi pusat perhatian.

"Abang gue ngapain lo?" suara Nayla sudah negatif, ia sudah lebih dahulu memperingati Beca untuk tidak dekat dengan Bagas. Nayla duduk di samping Beca penasaran.

"Lo hamil?" terka Rangga, Nayla dan Tina menatap Beca penuh tanda tanya dan khawatir.

"Gaklah. Kurang ajar! Lo kira gue cewek apaa... gue masih punya ahlak. Nilai agama gue bagus!" hardik Beca.

"Syukurlah." Nayla menarik nafas. "Bagas ngapain lo? Kasih tahu biar gue bisa minta orang tua gue nyuruh Bagas tanggungjawab sama lo, Bek."

"Lo nggak perawan lagi dibuat Ka Bagas," tebak Tina. Beca kini menoleh pada Tina dengan tajam. Tina terlalu.

"Apaaan sih! Tebakan kalian itu berasa gue cewek cabe-cabean tauk!" sembur Beca tidak terima. Tina menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung mau nebak apa lagi.

"Terus apa? Lo jangan buat kita bertiga jadi nebak-nebak gini." satu alis Nayla naik. Kalau bukan temen dan pacar kakaknya, lebih baik gak ikut campur urusan Beca. Ribet.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang