Sampai akhirnya ... ia sampai di tempat yang sama seperti kemarin. Abah menghentikan mobil, dan tanpa babibu Brendon keluar dari mobil dan sedikit berlari hingga akhirnya sampai di depan pintu rumah itu. Ia memegang ganggang pintu dan mendorongnya agar terbuka.
"Heh! Kamu apa-apaan?! Gak ada diajarin tata krama bertamu ke rumah orang, ya?" Brendon membeku, ia menjauhkan tangannya dan sesaat kemudian mengetuk pintu.
"Pe-permisi ...," panggil Brendon sesopan mungkin, kemudian mengetuk lagi. "Permisi ...." Menunggu selama beberapa saat, masih tak ada reaksi.
"Keknya anak saya enggak ada di rumah, mungkin dia di tempat gotong royong tadi. Kamu ada lihat dia, gak?" Brendon menggeleng pelan. "Ya udah, kita balik lagi ke sana."
Brendon lalu membalikkan badan, ia siap berjalan namun seseorang yang ada di hadapannya menghentikan langkahnya seketika.
"Kamu teh siapa dan pengen apa ke rumah Neng Tyas?" tanya pria gemuk itu dengan bingung, menatap Brendon yang berantakan dari atas ke bawah.
"Saya ... ada urusan sama Tyas. Tyasnya di mana?" Bukan Brendon yang berucap, pria itu terlalu membeku hingga abahlah yang membuatnya bertanya demikian.
"Jawab pertanyaan pertama saya dulu, kamu teh siapa? Penampilan kamu kek berandalan begini ... sekalipun ganteng bisa aja kamu punya niat jahat ke dia? Jawab! Kamu siapa!" Si pria gemuk itu mulai menekannya.
"Saya Brendon Anderson, saya mau tanggung jawab soal kebakaran yang terjadi sama gudang beras Tyas. Saya yang nyewa orang buat lakuin itu."
"Apa kamu bilang?!" Pria gemuk itu menghampiri Brendon, ia menatap nyalang pria itu meski perlu mendongak dan kemudian memegang kerasnya. Tangannya terkepal, siap melayangkan tinju namun sebuah suara menghentikan mereka.
"Kang, jangan!" teriaknya, keduanya menoleh dan menemukan Tyas tak jauh dari mereka berdiri. Langsung, ia menghampiri kedua pria itu. "Kang, jangan!"
"Tapi, Neng! Dia ternyata yang nyuruh orang buat ngebakar gudang Eneng! Akang gak bisa diem!" Siap ia melancarkan pukulan, namun Tyas menghentikannya.
"Akang tahu dari mana? Bukan dia orangnya, pelakunya itu om om tua yang kitaran mulutnya ada hutan rimba, bukan cogan," kata Tyas, menjauhkan tangan si pria gemuk dari Brendon, namun ia tak melepaskannya.
"Tapi, Neng! Dia tadi ngaku sendiri! Heh! Ngaku kamu!"
Brendon memejamkan mata sesaat, ia menarik napas dalam-dalam, kemudian tanpa disangka menangis. "Iya, itu saya ... itu saya yang lakuin."
Tyas membulatkan mata sempurna sementara si pria gemuk yang memeganginya langsung melepaskan pegangan di kerah baju dan menatapnya bingung serta jijik. Tanpa disangka, Brendon lalu duduk di hadapan Tyas.
"Maafin saya ... saya bener-bener minta maaf! Saya bakal tanggung jawab! Saya ... saya ...."
"Tanggung jawab, huh? Ya udah, ayo kita ke kantor polisi!" Pria itu lalu mengangkat Brendon yang masih menangis berdiri, menyeretnya menjauh sementara Tyas masih menatap tak percaya. Namun, melihat mobil itu ....
Sungguh?
"Neng Tyas, ayo kita bawa ni orang ke kantor polisi!" Tyas pun langsung mengekori mereka.
Rasa heran, takjub, dan terkejut seketika tergantikan dengan marah dan kesedihan setelah yakin siapa orang di hadapannya. "Lo tuh tega, ya!" Tyas mendorong Brendon, menampari tubuhnya. "Bisa-bisanya ada orang seberengsek elo yang egois, dan menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang dimau, monster! Psikopat! Lo udah ancurin usaha keluarga gue!" teriaknya menangis, masih memukuli pria itu yang hanya diam saja.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]
Romance18+ Ketika bos songong dihadapkan dengan gadis indigo yang akrab dengan hantu ... apa jadinya? Berawal dari Tyas Yusuf yang menolak menjual sawah warisan ayahnya yang harus ia jaga ke seorang pemimpin perusahaan, Brendon Anderson. Siapa sangka, sete...