Tyas memperhatikan Brendon makan, sangat lahap, dan ia sedikit kasihan melihat keadaan pria itu. Ia geleng-geleng kepala dan memakan sarapannya sendiri.
Selesai hal tersebut, Tyas lalu mengambilkan perlengkapan mandi dan pakaian untuk pria tersebut.
"Gak ada celana dalam sama yang lain," kata Tyas, dan Brendon hanya diam menerima semua itu di tangannya. "Sana, mandi!" Tyas pun meninggalkannya ke depan.
Brendon diam sejenak sampai akhirnya suara abah terdengar di kepalanya. "Ke belakang, dekat sumur." Ia pun mulai berjalan ke belakang rumah, dan di sana hanya ada sumur, kayu gantungan ....
"Ka-kamar mandinya mana?"
"Mandinya ya di deket sumur itu! Ayo jangan manja! Gak bakal ada yang kepengen lecehin cowok!" kata sang abah membentak, Brendon pun buru-buru menghampiri sumur itu dan tiba-tiba.
"Hai, Cogan!" sapa sosok abu-abu perempuan yang tiba-tiba muncul. Brendon yang terkejut spontan berteriak dan terduduk di tanah. "Mau mandi, ya? Sini aku mandiin!" katanya turun dari sumur, dan Brendon menarik badannya mundur.
"Jangan kamu berani deket-deket!" kata Brendon tiba-tiba dengan nada kesal, dan sosok itu kaget melihat Brendon sekilas berubah menjadi abah yang berwarna abu-abu sama sepertinya.
"Eh, Abah ... enaknya ngerasukin cogan. Aku mau juga, dong."
"Kamu mau kena bogem?" Ia menyengir lebar, takut, sebelum akhirnya badannya mentransparan dan menghilang kemudian.
Brendon menggedikkan badan sejenak sebelum akhirnya menatap sekitaran.
"Udah, dia udah gak ada, sana mandi! Saya juga jijik rasukin manusia bau!" bentak abah, dan Brendon bisa merasakan urat malunya putus. Ia pun mandi saja dengan hanya memakai celana pendek di sana, membersihkan seluruh tubuhnya yang baru ia sadari sakit semua, namun ia tak mempedulikan apa pun.
Usai membersihkan diri, ia mengeringkan diri dengan handuk, dan memakai pakaiannya. Baju dan celana milik abah yang sederhana dan pas untuk badannya berupa kaos oblong abu-abu dan celana kain hitam.
Dan baru keluar, ia menemukan kedatangan sang sekretaris bersama koper di tangannya.
"Se-segini ganti ruginya, Pak?" tanyanya ragu-ragu.
Brendon mengambil koper itu dari tangan si pria. "Iya," katanya singkat.
"Ya udah, saya ... pergi dulu?" Brendon tak menjawab, ia masuk ke dalam rumah. "Permisi, Pak!"
Dan sekretarisnya itu pun pergi, sementara Brendon duduk di sofa di lantai, meletakkan koper itu di hadapannya, dan membukanya. Isinya adalah uang tunai seratus ribuan penuh satu koper.
Tyas baru keluar kamarnya dengan perlengkapan mandi dan ia ternganga melihat itu semua. "Woah ... duitnya ...."
"Ini ... ganti rugi ...." Brendon menyerahkan itu ke Tyas.
"Tapi ini kebanyakan, anjir!"
Brendon menggelengkan kepalanya. "Terima aja."
"Ogah, gue ambil sesuai total kerugian aja nanti." Tyas mendengkus pelan. "Sisanya buat lo sendiri aja, bertahan hidup di sini." Brendon hanya diam, sementara Tyas kemudian meninggalkannya untuk membersihkan diri di belakang.
Brendon duduk di sana, setia menunggu hingga Tyas datang lagi dan mengambil sebagian yang bahkan tak sampai seperempat sesuai kerugian yang ia derita.
"Gila, banyak amat duit lo! Lo sebenernya sekaya apa, sih?" tanya Tyas tertakjub. Brendon hanya tersenyum sekilas. "Hm ... ya udah, lo mau beli pakaian di toko, gak? Kita abis ini ke kost-an dulu bareng Kang Reza."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]
Romansa18+ Ketika bos songong dihadapkan dengan gadis indigo yang akrab dengan hantu ... apa jadinya? Berawal dari Tyas Yusuf yang menolak menjual sawah warisan ayahnya yang harus ia jaga ke seorang pemimpin perusahaan, Brendon Anderson. Siapa sangka, sete...