Part 18

7.3K 633 3
                                    

"Diem kamu!" kata Reza kesal.

Mereka pun sampai di kost, menemui ibu kost yang ada di sana namun siapa sangka nyatanya ....

"Kost-nya udah full, ada yang isi kemarin," kata sang ibu kost. "Eh, tapi kalau Bang Cogan pengen ibu usir tu anak, enggak masalah!" Reza dan temannya menatap tak percaya.

"Eh, jangan, Bu! Masa Ibu begitu!" kata Tyas, berdecak sebal.

"Iya, Ibu gak tau dia ini yang nyuruh orang bakar gudang Tyas?" Reza menimpali dan temannya mengangguk.

"Tau, kok. Tapi, kan, dia udah mau berubah dan tanggung jawab ... ya, kan, Bang Cogan? Ibu kost janda, lho." Brendon hanya menatap tanpa ekspresi.

"Ya udah, gak usah, Bu! Permisi!"

Dan mereka pun pergi dari sana.

"Jadi kita mau ke mana?" tanya Reza bingung.

"Ya mau ke mana lagi? Brendon tinggal sama gue." Tyas memutuskan.

Reza dan temannya langsung terkejut.

"Neng, jangan atuh! Gak boleh cewek cowok tinggal cuman berdua! Terus, apa nanti kata warga sama Pak RT?" tanya Reza takut.

"Ada gudang samping rumah, tinggal dibersihin, jadi gak masalah, kan? Coba tanya Pak RT soal itu."

"Ta-tapi, Neng ...."

"Terus Brendon mau tinggal di mana? Bareng Akang? Kost kalian itu sempit!" Tyas mendengkus. "Apa?" Reza tak punya kata-kata menyelanya lagi.

Sesampainya di rumah, meletakkan barang-barang Brendon ke rumah Tyas, mereka pun menuju ke gudang samping rumah. Memulai pembersihan di gudang yang penuh barang-barang rongsokan tersebut.

"Ini dipindah di mana, Neng?" tanya Reza melihat tumpukan barang rongsokan yang beragam itu.

"Sebagian bisa dijual, sisanya nanti dikubur aja."

Mereka bergotong royong membersihkan seisi gudang yang kotor dan penuh debu itu, menutupi pernapasan masing-masing dengan kain seadanya. Sesekali, Tyas memperhatikan Brendon ....

Menyedihkan ....

"Neng, ini biar Akang aja, cewek gak perlu yang berat-berat," kata Reza, dan Tyas tak menolak pertolongannya. Setelahnya ia pun bersama sapu menuju ke area Brendon yang tengah memasukkan banyak papan-papan tak terpakai ke kardus.

"Brendon?"

Brendon menoleh menatap dengan tatapan polos ke Tyas, pria itu seakan menunggu Tyas melanjutkan kalimatnya. Tatapan itu membuat Tyas lupa ingin mengatakan apa, hingga ia menggeleng pelan.

"Lanjut, ya."

Lama, lama, dan lumayan lama. Tak disangka gudang yang begitu kotor berubah lebih nyaman. Setelahnya mereka mengangkut matras tipis yang diletakkan di lantai, kemudian lemari, dan jadilah sebuah kamar sederhana.

"Akhirnya selese juga," kata Reza, mengepak-ngepakkan tangannya. "Eh, udah sore, tuh. Ini jadi ... belum disuruh kerja ke sawah si Brendonnya, Neng?"

Tyas menggeleng. "Kemarin itu dia kerja keras banget, takutnya kenapa-napa kalau langsung kerja. Jadi mungkin besok atau lusa." Brendon yang mendengarkan ungkapan itu ternganga sesaat, sebelum akhirnya menunduk. "Kalau kenapa-napa kita juga yang susah, ya kan?"

"Oh, begitu, ya udah kalau gitu, Neng." Reza menyengir lebar. "Kamu, jangan mentang-mentang dibaikin Neng Tyas jadi manja. Dan awas juga kamu, jangan ngapa-ngapain Neng Tyas, saya bogem kamu nanti!" Ia menunjukkan kepalannya ke Brendon yang masih menunduk seakan memikirkan sesuatu.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang