Part 33

7K 604 3
                                    

"Sekalipun demikian ... aku tetap mencintai kamu, lebih dari apa pun! Ini semua kesalahpahaman ... aku bahkan enggak menyetubuhi wanita itu!"

Mata si wanita membulat sempurna. "Apa maksud kamu?"

"Dia bukan hanya anakku ... tapi faktanya dia tetap anak kandung kita. Karena kamu harus tau, aku meminjam rahim wanita itu ... untuk mengandung anak kita! Dia anak kandung kita!"

"Ma-maksud kamu ...."

"Ya, dia anak kandung kita ...."

"Kenapa kamu gak jujur soal itu?!"

"Karena wanita yang mengandung dia meninggal, aku tahu keadaan kamu kalau kamu tahu itu! Kesehatan kamu menurun, kamu terlalu banyak pikiran tentang orang lain! Aku gak mau kamu kenapa-napa, cukup—"

"Tapi kamu harusnya tahu kalau itu juga membuatku sakit hati! Itu yang membunuh aku perlahan-lahan! Karena kamu enggak jujur!"

"Itu ... pedang bermata duaku ... aku sangat minta maaf ...."

"Dan kamu juga harusnya tahu ... aku menyiksa dia karena kupikir dia anak hubungan gelap kamu dan wanita lain! Aku gak menyangka ...." Wanita itu menangis. "Ya Tuhan ... aku ...."

Si pria memeluk istrinya. "Ini bukan salah kamu, ini salah aku. Aku minta maaf ...."

"Brendon yang malang, ya Tuhan ...."

"Aku juga menyiksanya karena aku pikir dia gagal menghindarkan kamu dari rasa sakit ... padahal aku sendiri yang membuat kamu sakit!"

Dan kemudian, semuanya terulang. Tenggorokan Brendon sakit, matanya berkaca-kaca mendengar fakta aneh itu. Benar-benar memusingkan.

"Cuman kamu yang bisa nolongin mereka, kamu mau nolong mereka?"

Brendon menghela napas panjang. "Kita lanjutin kerja aja."

Tyas menghela napas, ia tahu Brendon perlu memikirkan hal itu. Ia akan menunggunya ... ia yakin pria itu akan berubah pikiran suatu saat nanti.

Terus bekerja, bekerja, dan bekerja hingga semuanya beres.

Keduanya duduk di sofa yang tersedia di sana, tampak kelelahan dengan keringat membanjiri dan napas agak terengah. Walau Brendon, sesekali melihat ke arah di mana orang tuanya berada namun kini tak bisa melihatnya lagi.

Ia memilih diam saja ....

"Tyas, ayo aku anter ke—" Brendon menghentikan kalimatnya karena melihat si gadis yang tertidur, dan kini kepalanya bersandar di bahunya. Brendon tersenyum hangat, ia menyeka kening berkeringat gadis itu dengan lembut. "Aku anter ke kamar ...."

"Bagus! Saya masih di sini." Suara abah terdengar di kepala Brendon.

Brendon pun menggendong Tyas dengan gaya bridal, membawanya ke salah satu kamar yang tersedia di sana. Ia membaringkan si gadis lembut, menarik selimut hingga sedada, sebelum akhirnya mengecup keningnya.

Kedua pipi Brendon memerah dan sesuatu tegak di bawah sana.

"Aduh ... saya spontan," kata abah di dalam kepalanya. "Cepet ke kamar, simpan semuanya!"

Brendon dengan berat hati keluar dari kamar Tyas, menutup pintunya, dan kini memasuki kamarnya sendiri yang telah bersih dan rapi. Dibaringkannya badannya ke kasur, menidurkan dirinya kemudian dengan mimpi indah menyenangkan bersama putri ratunya ....

Tyas ....

Begitupun Tyas sendiri, bermimpi tentang pangerannya ....

Brendon ....

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang