"Dua puluh tahun lebih sebelumnya, gak kangen? Kayak saya enggak tahu soal kata minta hak kamu, kenapa kamu datang ke sini! Sudah, enggak usah basa-basi soal perasaan, keluarga, omong kosong! Bawa pergi sana!"
Wanita tua itu menggeleng.
"Tyas, sudah ...." Dua wanita itu kaget mendengar suara itu, terlebih kala menoleh, tampak abah yang memakai baju Brendon tadi berdiri dari duduknya di lantai.
"Abah ...." "Abang ...." Tyas dan ibunya bergumam bersamaan.
"Abah, jangan begitu! Kalau Abah kerahin semua kekuatan Abah, Abah bakal ...." Mata Tyas berkaca-kaca.
"Enggak papa, kamu udah punya seseorang buat jaga kamu." Pria tua itu tersenyum hangat, ia memakai sisa kekuatannya untuk bertukar tempat dengan Brendon. Kini, pria itu melangkah ke istrinya tersebut, masih tersenyum. "Adek bahagia sama keluarga baru ...?"
Wanita itu menggeleng. "Adek sama sekali gak punya keluarga baru, Bang. Ini ... ini anak kita. Adek pergi dalam keadaan hamil, anak Abang." Mata Tyas dan ayahnya membulat sempurna, sementara pria muda itu masih mencerna apa yang tengah terjadi. "Abang ... kenapa bisa ...."
Abah menggeleng pelan. "Itu enggak penting, yang terpenting adalah ... kenapa kamu datang sekarang? Dan apa maksud kamu meminta hak kamu? Harta Abang?"
"Adek selama ini jadi TKW, Bang. Dan masa-masa sulit ... hingga akhirnya bisa balik lagi ke Indonesia. Dan soal minta hak ... Adek baru tahu kalau Abang udah meninggal, Tyas selama ini sendirian ... itulah hak Adek, Bang. Tyas. Dan dia juga kewajiban Adek. Maaf udah ninggalin kalian ... maaf ...."
Mata Tyas berkaca-kaca, sementara si wanita menangis. Abah langsung memeluknya erat, sementara pria muda di sampingnya, adik Tyas mengusap punggung ibunya.
Tyas masih berusaha mencerna apa yang terjadi, ia menatap mereka bertiga bergantian. Ibu ... ayah ... adik ...?
Tangisan kemudian pecah.
"Tyas," panggil abah, melepaskan pelukannya. Kedua orang tuanya itu menatap sang putri yang menangis tersedu-sedu, tangisan yang sedari tadi ia tahan.
"Maafin Emak," kata sang wanita, langsung keduanya memeluk Tyas. "Maafin Emak ... Emak janji mulai sekarang kalian gak akan Emak lepaskan, kita bakalan terus bersama ...."
Pria muda itu berdiri dari duduknya, melangkah mendekat dan berdiri di samping mereka, lalu abah langsung menariknya ke dalam pelukan. Setelah melepaskan pelukan, mereka kaget melihat tubuh abah yang mulai bercahaya.
"Bang ...," gumam istrinya.
"Nama putra kita siapa, Dek?" tanya abah, seiring cahaya menerang.
"Yusuf, Yusuf Junior ... nama Abang ...." Dengan keadaan masih menangis, sang wanita menjawab.
"Yusuf," panggil abah, Yusuf menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Abah bersyukur bisa ngeliat kamu sebelum Abah pergi ... maaf Abah gak ada semenjak kamu kecil."
Yusuf menggeleng. "Yusuf lebih bahagia ngeliat Abah sebelum Abah pergi ...."
Abah tertawa. "Kayaknya kamu kebiasa soal fenomena ini, Emak pasti sering cerita banyak soal keluarga Abah yang kayak paranormal, ya?" Yusuf mengangguk. "Kamu laki-laki di keluarga ini ... kamu pasti tahu tugas kamu, kan? Jaga ibu dan kakak kamu, jadi pria yang baik ... kejar cita-cita kamu ...."
Yusuf mengangguk. "Iya, Bah!"
"Dan Adek, jaga anak-anak, Adek udah janji gak bakal ninggalin mereka lagi, kan? Adek pegang janji itu, jadilah ibu yang baik. Jangan labil kayak zaman dulu."
"Iya, Bang. Adek janji!"
"Lalu Tyas," panggil abah, Tyas dengan mata berkaca-kaca menatapnya.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]
Romance18+ Ketika bos songong dihadapkan dengan gadis indigo yang akrab dengan hantu ... apa jadinya? Berawal dari Tyas Yusuf yang menolak menjual sawah warisan ayahnya yang harus ia jaga ke seorang pemimpin perusahaan, Brendon Anderson. Siapa sangka, sete...